Kini mereka sudah sampai ke tempat penginapan yang sudah Marvel siapakan.
Tidak mewah. Rumah khas pedesaan yang cukup nyaman untuk mereka tinggali beberapa hari.
"Kamar disini hanya tiga kamar. Dan, untuk kamar mandi ada dua". Kata Marvel sambil meletakan beberapa barang-Nya.
"Jadi? Satu kamar untuk para wanita.dan, satu kamar untuk para pria. Dan sisa-Nya tidak usah di gunakan biar adil". Kata Ivana.
"Tapi, kamar itu bisa kau gunakan .Kau membutuhkan kamar yang luar untukmu. Lagipula, Tasya tidurnya agak kesana kemari. Kami tidak apa-apa". Kata Clarissa.
"Benar. Kau butuh berilexskan pikiranmu. Kau tidak bisa tidur jika lampu menyala bukan? Sedangkan Tasya sama Stella tidak bisa tidur jika lampu mati". Kata Gibrella.
"Baiklah". Kata Ivana letih.
Marvel lalu tersenyum ."kenapa kau tersenyum ? Jangan bilang kau ingin satu kamar dengan Ivana ?". Tanya Arkan melihat ekspresi Marvel terlihat senang.
"Ya". Jawab Singkat Marvel sontak membuat mereka melembarkan mata-Nya.
Sedangkan Ivana hanya diam. Ia juga pernah tidur bersama. Ia tidak terlalu memikirkan-Nya lagi sekarang.
"Oke baiklah". Jawab Yang lain kompak.
Mereka hanya terkejut. Lagipula itu sering terjadi dalam setiap pasangan. Tapi, mereka percaya jika Ketua mereka tidak akan melakukan apapun melainkan hanya tidur.
"Baiklah.. aku akan mandi terlebib dehulu. Dan ya. Makan bagaimana ?". Tanya Stella kelaparan.
"Ada beberapa sayuran dan daging yang disiapkan. Kalian buat saja dulu dengan bahan seadanya. Aku akan membantu". Kata Ivana lalu pergi ke kamar untuk mandi.
Kini mereka semua sudah selesai membersihkan diri mereka. Kini, mereka berkumpul diruang tengah. Para wanita sibuk membuat sesuatu untuk dimakan. Sedangkan para lelaki sedang mencari informasi tambahan.
Ponsel Ivana berbunyi." Vann! Ponselmu!". Teriak Gibrella.
"Iya sebentar!". Teriak Ivana lagi.
Daddy is calling...
"Hallo dad". Jawab Ivana mengangkat telponnya.
"Gimana ? Kau sudah sampai?".
"Sudah dad. Kami semua sedang dipenginapan sekarang". Kata Ivana.
"Tetap jaga kesehatan ya sayang. Berhati-hatilah".
"Iya dad".
"Baiklah. Daddy tutup dulu telponnya. Byeee anak daddy".
"Byee. Umachh". Ucap Ivana lalu diakhiri memberi ciuman meski secara daring.
Marvel lalu merangkul Ivana dan memeluknya dari belakang." Siapa yang telpon? Hmm".
"Daddy".
"Owhh. Calon mertua".
"Iyaa".
Clara lalu datang dan merusap momen mereka. "Yaaa! Kalian disini enak-enakan. Cepattt! Makanan udah siap". Ucap Clara menatap sinis ke mereka.
Sedangkan yang kepergok hanya tertawa. "Akh sudah laper. ayo". Ajak Ivana tetapi Marvel menahan-Nya.
"Ada apa lagi sihh?!".
Cupp
Tanpa aba-aba Marvel menempelkan bibir-Nya ke Ivana. Sedikit melumatnya.
Dan dengan tiba-tiba Gibrella melihat mereka berdua yang sedang bercumbu mesra dihadapan-Nya.
"OMG!! My ayess!!". Teriak Gibrella sambil menutupi mata-Nya.
Sedangkan Ivana lalu membuka mata-Nya dan mendorong Marvel menjauh dari-Nya. Ivana merasa kepergok oleh polisi sekarang dan Marvel kini ia malah bersikap santai.
"Tidak apa-apa. Aku hanya terkejut. Lagipula, aku sudah sering melihat adengan ini". Kata Gibrella.
"Bisa kita lanjutkan sayang". Tanya Marvel membuat pipi Ivana memerah.
"Lanjutkan saja saat dikamar. Sekarang waktunya makan. Cepatlah!". Kata Gibrella ingin bernajak pergi.
"Oh ya Van. Bibirmu bengkak". Ucapnya pergi meninggalkannya lalu tertawa.
Ivana lalu memegang bibirnya dan benar saja. "Aiss". Desis Ivana lalu meninggalkan Marvel sendirian.
Sedangkan Marvel ia tengah tersenyum smrik. "Baiklah. Aku akan melakukan apa yang dikatakan-anya tadi". Gumam Marvel.
Dimeja makan. Sedari tadi Marvel menatap Ivana dengan tatapan yang sulit diartikan. Ivana sebenarnya merasakan firasat tidak enak dan akan berhati-hati malam ini.
"Jadi? Bagaimana? Apa kalian sudah mendapatkan dimana orang itu tinggal sekarang ?".
"Ya. Kami mendapatkan-Nya. Dia bekerja sebagai petani sekarang".
Ivana mengangguk ."besok kita akan bertanya kepadanya. Jangan sampai kita kehilangan dia" kata Ivana.
"Oke".
Kini mereka kembali kekamar masing-masing. Ivana yang mendapatkan kamar berdua untuk Marvel. Kini. Ivana sudah mengistirahatkan seluruh badan-Nya dan ingin beranjak tidur.
Marvel lalu membuka pintu dan langsung membaringkan tubuh-Nya disamping Ivana.
Ia lalu memeluk Ivana dari belakang dan menghirup aroma tubuh Ivana.
"Jangan macam-macam. Atau, aku akan membuatmu tidak bisa berjalan" ancam Ivana.
Marvel mengangkat sudut alisnya ." Bukankah terbalik?".
"Aku juga bisa membuatmu tidak bisa berjalan!". Jawab Ivana.
"Ohh benarkah sayang?".
"Tentu!".
Marvel mendesih ."tidur saja. Kita harus mendapatkan informasi besok. Dan waktu kita tidak banyak".
"Kau tau? Aku mendapatkan informasi baru saja. Ada beberapa mafia berasal dari rusia sedang kemari".
Ivana lalu memutar badannya dan menghadap ke marvel ." Apaa ?! Kenapa aku tidak tau?".
"Apa Jackson baik-baik saja sekarang ?". Gumam Ivana mengkhawatirkan Seluruh anggota-Nya yang di rusia.
"Entahlah. Tapi, percayakan saja kepada mereka".
"Tapi tetap saja. Ini sangat berbahaya".
Ivana menghela nafas kasar. Ia cukup memikirkan keadaan Anggota-Nya di Rusia. Tiba-tiba ia mendapatkan sebuah ide untuk mengetahuinya.
Ia lalu mengambil ponsel disamping tubuhnya dan menekan beberapa nomer. "Kau menelpon siapa?".
"Temanku. Dia adalah Vice. Dia salah satu kumpulan dari berbagai elemen kejahatan terorganisir dirusia. Aku akan meminta bantuan-Nya untuk masalah ini".
"Ahh. Aku mengenalnya".
"Benarkah?".
"Tentu saja. Dia selalu membantuku mengenai masalah pekerjaanku".
"Wahh. Aku tidak menyangka".
"Dia adalah sepupuku". Jawab Marvel membuat Ivana terkejut bukan main.
"Apaaa! Apa kau berbohong?".
"Tentu saja tidak".
Ivana benar-benar tidak percaya. Satu fakta yang membuat-Nya sedikit tidak mempercayainya adalah Temannya adalah sepupu dari Marvel.
"Kenapa dia tidak memberitahuku tentang ini ? Kenapa dia lebih memilih menjadi bidang sendiri sedangkan kau adalah rajanya para mafia?".
"Kami memiliki keinginan masing-masing. Dan untuk pertanyaanmu ini. Ini bisa diibaratkan api dan air".
Ivana mencoba memahami perkataan Marvel ."ahhh. Aku paham sekarang".
"Nah seperti itulah". Kata Marvel.
Cukup lama mereka saling bertukar cerita masing-masing mengenai kehidupan mereka. Marvel yang tidak memiliki rencana untuk membuat Ivana tidak bisa berjalan hanya menunggu waktu yang tepat setelah menikah tentu-Nya.
Mereka berdua memiliki kekuasaan yang cukup bisa yang bisa mengalahkan presiden sekalipun. Tetapu, mereka tidak memilih untuk melakukan hal kejahatan lain selain menjual senjata ilegal hasil rancangan-Nya yang bisa dibilang berbahya untuk yang negara.
Selain menjual senjata ilegal. Mereka juga menerima tawaran untuk mengambil kerjaan seperti membunuh pesaing bisnis atau yang suka menghabiskan uang rakyat/perusahaan.
Selain itu mereka tidak akan menggangu jika tidak ada yang memulai menggangu mereka. Jika ada yang menggangu mafia. Maka bersiap-siaplah. Hidupmu tidak akan tenang.
Kadang orang berfikir menjadi seperti Ivana dan Marvel hanya mendapatkan kedudukan yang tinggi dan ditakuti. Mereka tidak berfikir. Resiko yang mereka hadapi untuk pekerjaan mereka.
DOM dan Avigator adalah gangster terkuat dan cukup mempunyai kekuasaan dalam urusan dagang. Kedua gangster ini kadang saling membantu. Tidak ada permusuhan sebelum kedua Leader mereka bertemu.