Ivana yang merasa diperhatikan lalu membuka suaranya. "Jika kalian tidak berhenti menatapku seperti itu, Aku akan menusukkan garpu ini ke kedua mata kalian". Ucapnya yang sudah duduk dimeja makan.
Mereka semua langsung tersadar dan mengambil makanan masing-masing. Sedangkan mata Marvel masih saja tertuju ke Ivana.
"Ya !! Berhentilah menatap lapar seperti itu" Ucap Zaen sambil menepuk pundak Marvel.
"Aku lapar. Tapi aku tidak ingin memakan-makanan ini. Aku ingin sesuatu yang lain". Jawab Marvel yang melirik Ivana.
Ivana yang mengerti maksud pria itu tidak merespon percakapan mereka. Ia hanya fokus makan saja. Jujus saja ia cukup lapar sekarang.
"Tidak usah makan!! Dasar pemilih!!". Ucap Tasya tidak merasa tersinggung.
"Kau ini kenapa sih ?! Baby ku sudah membuat masakan ini dengan penuh cinta. Dan bisa-bisanya kau mengatakan ini dihadapan mereka yang sudah memasak ini untuk kita". Kata Zaen tidak terima dengan perkataan Marvel.
"Ih. Jijik". Ucap Lorenzo mendengar kata Baby ku dari mulut lemes Zaen.
"Bukan seperti itu maksutku. Ah. Sudahlah". Ucap Marvel lalu mengambil nasi goreng dan menuangkannya dipiringnya.
Ivana hanya diam. Ia masih fokus dengan makanannya. "Kalian memasaknya sangat baik. Terimakasih atas kerja keras kalian. Dan makanan ini". Ucap Ivana ke Tasya dan Clara.
Jackson is calling...
"Ya ada apa ?". Jawab Ivana sambil minum.
"Kami sudah mendapatkan informasi dari mereka mengenai siapa yang mengirim mereka".
"Siapa ?".
"Dia adalah Nikolai". Jawab Jackson dari seberang sana.
"Sudah kuduga. Bunuh saja mereka semua. Lalu kirim kepala mereka ke alamat rumah Nikolai". Ucap Ivana.
Mereka mendengar Ivana mengatakan itu sedikit penasaran. Apa yang sebenarnya terjadi.
"Sesuai perintahmu" jawab Jackson.
Ivana lalu berdehem dan mematikan telponnya.
"Kau berbicara dengan siapa Van ?". Tanya Clarissa.
"Jackson. Penyusup itu sudah menberitahu bahwa Nikolai yang mengirim mereka".
"Wah. Pria itu. Sudah beberapa orang yang ia suruh untuk menghabisi anggota DOM". Gumam Gibrella.
"Sebenarnya siapa Nikolai ?". Tanya Marvel.
"Dia adalah pria yang membunuh nenekku. Dan kakekku membalaskan dendamnya dengan cara memasang bom dipesawat dan menyebabkan kecelakaan pada waktu itu". Jawab Ivana.
Mereka semua mendengarkan Ivana. "Dulu waktu kecil. Aku, sering mengikuti kakek ku untuk memeriksa pekerjaannya sebagai mafia. Nikolai dan kakek ku cukup dekat dan ada suatu kejadian yang membuat mereka menjadi bermusuhan sampai saat ini. Saat kakek ku mengetahui isterinya meninggal karena ulah Nikolai ayah dari ayahku itu langsung terkejut dan marah. Ia tidak menyangka bahwa sahabatnya yang membunuh isterinya".
"Jadi? Kakek mu dulu seorang mafia?." Tanya Mark.
Ivana mengangguk." Tapi mengapa anaknya tidak menjadi mafia melainkan kau". Tanya lagi.
"Daddy ku sibuk mengurus masalah perusahaannya saat itu. dan daddy tidak tertarik sama sekali masuk kedunia kakek ku".
"Maka dari itu daddy tidak berekspresi apapun saat mengetahui menjadi mafia". Jawab Ivana panjang lebar.
"Jadi kau mengetahui semuanya ?". Tanya Clarissa lagi.
"Ya".
Setelah Ivana bercerita panjang dengan asal usulnya menjadi mafia. Mereka semua kembali kekamar untuk sekedar mengobrol dan bersenang-senang. Sedangkan Ivana lebih memilih menyendiri daripada berkumpul bersama para sahabatnya itu.
Ivana memandangi langit-langit malam yang dipenuhi dengan bintang. Angin malam yang menyentuh kulit Ivana menambah kesan menenangkan menurutnya sendiri.
"Hah. Kapan ini berakhir". Gumam Ivana yang sambil merentangkan kedua tangannya agar menambah rilexsnya.
Ivana tiba-tiba menangis." K-kenapa i-ni terjadi kepadaku. Hiks". Ucapnya sambil menangis.
Seperti inilah sifat asli Ivana yang jarang diketahui. Ia juga bisa menangis dan rapuh. Ia bahkan bertanya kedirinya kenapa ia tidak pernah menikmati hidupnya seperti orang-orang pada umumnya.
Meski ia suka pekerjaan yang ia ambil ini. Menjadi seorang pengusaha sekaligus Mafia. Setiap detik hidupnya selalu diambang kematian. Meski, dirinya cukup kebal akan hal itu.
Tok tok tok
Ivana lalu menghapus air matanya meski matanya yang terlihat sembab karena habis menangis."Tunggu". Teriak Ivana. Meskipun ia beteriak sekencang apapun. Orang yang diluar kamar tidak akan mendengar. Karena kamar Ivana kedap suara.
"Kau!". Ucap Ivana saat tau siapa yang mengunjunginya.
"Kau kenapa ? Habis menangis?". Tanya Marvel lalu masuk ke dalam kamar Ivana.
Ia lalu memegang mata Ivana yang terlihat bengkak akibat menangis." Keluarlah. Aku tidak mau berdebat denganmu sekarang". Usir Ivana membelakangi Marvel.
Marvel lalu menutup pintu kamar Ivana dan menguncinya, untuk berjaga-jaga jika yang lainnya belum tidur.
"Tenang. Aku hanya menguncinya agar tidak ada yang melihatku masuk kekamar ini". Ucap Marvel memberi penjelasan.
"Ada apa? Mengapa kau ke kamarku?". Tanya Ivana.
"Hanya ingin tidur".
Ivana membulatkan matanya." Apa ?! Apa kau gila?!".
"Kenapa kau menangis?". Tanya Marvel tiba-tiba.
"Hanya. Kemasukan debu". Jawab Ivana santai.
"Kau sangat pandai menyembunyikan sesuatu. Tapi tidak untukku".
"Maksutmu?".
Marvel lalu menarik tangan Ivana kedekapannya. Ivana tidak memberontak. Sekarang ia benar-benar pelukan." Ceritalah. Aku akan mendengarkan". Ucap Marvel yang masih mendekap Ivana.
"Tidak ada". Jawab Ivana dingin.
Marvel lalu memandangi wajah Ivana." Kau tidak memberontak saat aku memelukmu. Apa kau suka".
"Ya". Jawab singkat Ivana.
"Apa aku boleh tidur disini?". Tanya Marvel mengharapkan jawaban Iya.
"Hm, boleh. Tapi kau tidak boleh melakukan apapun". Jawab Ivana disambut antusias oleh Marvel.
"Jangan berfikiran kotor. Aku akan menghabisimu jika berani menyentuhku".
"Tapi. Apa yang kita lakukan sekarang ini ?". Ucap Marvel yang sedari tadi mereka masih dalam keadaan berpelukan.
Ivana lalu tersadar dan mendorong Marvel untuk menjauh darinya. Sebenarnya ia merasa nyaman dengan Marvel. Hanya saja ia cukup malu sebagai perempuan jika berlama-lama memeluknya tanpa ada suatu hubungan.
"Menjauhlah! Dasar mesum!". Teriak Ivana lalu pergi ke ranjangnya.
Marvel lalu tertawa dan mendekati Ivana. Ia lalu membaringkan tubuhnya disamping Ivana." Agh. Akhirnya". Gumam Marvel.
"Jangan melakukan apapun. Hanya tidur. Jika kau melebihi pembatas ini. Maka, lihat saja juniormu akan ku potong!". Kata Ivana memandang sinis kearah Marvel.
"Kau sangat mengerikan. Jika juniorku dipotong. Kau tidak akan mempunyai anak dariku nanti." Jawab Marvel terlihat tertekan.
"Dih. Singkirkan mimpimu itu Marvel alexsander!". Ucap Ivana sambil mengangkat sudut bibirnya.
"Kau tau? Banyak perempuan disana yang menginginkanku menyetubuhi mereka. Tapi, aku tidak tertarik dengan mereka. Aku hanya tertari denganmu. Jadi bagaimana?". Ucap Marvel lalu memandangi Ivana.
Ivana lalu memposisikan dirinya untuk berhadapan dengan Marvel. "Kenapa kau menyukaiku?". Tanya Ivana tiba-tiba.
"Kau berbeda. Aku menyukai hatimu". Jawab Mavel.
"Aku ini kejam. Tidak berperasaan. Dan, aku ini seorang pembunuh".
Marvel lalu meletakan tangannya kerambut Ivana dan mengusapnya pelan." Dengarkan aku. Kau itu sebenarnya memiliki hati yang baik. Hanya saja, sifat baikmu tertutupi oleh propesimu yang dipandang buruk dengan orang lain. Kau tau? Aku mengetahui banyak tentangmu. Kau selalu memberikan donasi kepada anak yatim tanpa nama itu kan ?". Tanya Marvel sambil tersenyum.
"Bagaimana kau tau ?".
"Yayasan yang kau sering memberikan donasi itu adalah yayasan punya keluargaku.