Saat malam hari. Cristian mengarahkan anggotanya untuk memesang Bom disekitar pesawat yang akan ditumpangi Putri dari Helina. "Cepat! Pasang dibagian-bagian pesawat". Ucapnya memerintah Anggotanya untuk memasang bom.
Cristian sudah berhasil memasangnya." Terimakasih! Aku akan mengingat ini". Ucapnya ke sahabatnya yang bertugas sebagai direktur Bendara itu.
"Aku sudah memesang peledak dipesawat. Jadi, giliranmu untuk menculik wanita itu". Ucapnya ditelpon.
"Tentu saja". Jawab Ducsha.
Skip
Duscha lalu mendatangi rumah Helina. Ia sengaja menyewa beberapa orang untuk menculiknya. "Bawa wanita itu kehadapanku!". Perintah Duscha sambil memberikan sebuah Foto.
"Baik Boss".
"Gunakan bius ini". Ucapnya lalu memberikan cairan bius untuk membuatnya pingsan agar mempermudah mereka mengangkatnya.
Ia hanya menunggu mereka untuk membawa wanita itu kehadapannya. Ia tau bahwa Ayahnya itu memasang kamera cctv disetiap sudut rumah wanita ini untuk mengintainya." Sungguh posessif. Dasar gila!". Gumamnya diiringi senyum Menakutkan.
Mereka berhasil membuat Wanita itu pingsan dan memasukannya kedalam mobil. "Kalian pergilah! Gunakan mobil yang lain. Dan dengarkan aku. Jika kalian tertangkap. Jangan ada yang menyebut namaku! Apa kalian paham!". Ucap Duscha lalu beranjak pergi dari tempat itu.
Skip.
Ivana ia kemudian pergi untuk menemuo kliennya. Untuk membahas masalah kontrak kerjasama mereka. Ivana sudah sampai diperusahaanya.
Ia menggunakan Mobil BMW berwarna hitam. Saat ia keluar dari mobil itu orang-orang pada kagum melihatnya. Adapula yang tidak menyukainya.
Ivana memakai Jas hitam dan memakai Mantel berwarna Coklat Tua. Tidak lupa kacamata hitam menambah kesan modis untuknya. "Dimana ruang Directur?". Tanya Ivana kesalah satu karyawan disana.
"T-tuan sedang tidak berada disini Nona. Kami bahkan tidak mengetahui siapa Directur perusahaan ini. Hanya ada Skertarisnya saja". Jawab mereka.
Ivana mengkerutkan alisnya lalu memahami keadaan." Sama sepertiku ternyata". Gumam ivana .
"Baiklah. Dimana aku bisa menemuinya?".
"Biar saya antar Nona". Ucap Salah satu mereka.
Ivana mempersilahkannya untuk memberitahunya dimana Skertarinya berada. Terlihat Pria yang sedang duduk santai sambil meminum kopi. Tidak lupa kakinya yang berada diatas meja.
"Dia adalah skertaris Direktur perusahaan ini".
"Baiklah. Terimakasih, kau boleh pergi". Ucap Ivana diiringi senyuman.
"Ekhem". Dehem Ivana.
"Sudah ku bilang!! Aku tidak membutuhkan jalang itu! Suruh saja pergi!". Teriaknya tanpa menoleh siapa yang sedang berada dihadapannya.
"Maafkan saya tuan. Jika kau seperti ini. Saya akan membatalkan kerjasama ini". Ucap Ivana tiba-tiba.
Alvin sontak bangkit dari tempatnya dan melihat siapa yang sedang berbicara dengannya." Kau siapa? Apa kau pegawai baru? Tetapi pakaianmu sangat tidak cocok disini". Ucapnya tidak henti-hentinya menatap Ivana dari atas sampai bawah.
Ivana menghela nafasnya kasar. Bagaimana bisa ia disangka pegawai disini sedangkan ia terlihat keren dan mewah. "What!". Ucap Ivana tidak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Aku dari Perwakilan Vancompy!". Teriak Ivana.
Ia sengaja tidak menunjukan identitas aslinya. Dan mengatakan ia dari perwakilan Vancompy untuk menandatangani kontrak perjanjian kerjasama.
"Maafkan aku. Silahkan kita berbicara diruanganku". Lalu meninggalkan nya .
"Ikuti saya". Ucapnya sambil menggerakan Tangannya untuk mengikutinya.
"Apa-apaan ini?! sangat tidak sopan". Gumamnya lalu mengikuti pria yang sungguh tidak mempunyai rasa bersalah terhadapnya itu.
"Silahkan duduk". Ucapnya menyuruh Ivana untuk duduk disofa.
"Mana dokumen yang anda bawa?". Tanya Alvin.
"Bicaralah santai. Jangan berbicaraa bahasa formal. Dan, untuk dokumen. Aku tidak membawanya". Jawab Ivana datar.
"Apa?! Jika tidak ada dokumen untuk apa kau kemari?". Tanya Alvin tidak habis fikir.
"Kau bisa membuat pengajuan dokumen bukan? Buatlah. Banyak perusahaan yang mengantri untuk mendapatkan kerjasama ini. Dan beruntunglah kau mendapatkannya". Kata Ivana santai.
"Kau hanya suruhan dari Vancompy dan kau sekarang bertingkah seperti pemiliknya. Dan bisa-bisanya kau memerintahku seperti itu?!".
Alvin tidak habis fikir dengan wanita yang dihadapannya ini. Mereka baru saja bertemu dan membuat darahnya mendidih seketika. Belum lagi tingkahnya yang seperti Boss besar dan gaya berbicaranya yang cukup menyebalkan.
"Dimana Bossmu itu? Aku ingin bertemu dengannya". Ucap Ivana.
"Tidak ada yang bisa bertemu dengannya selain denganku! Kau hanya orang suruhan. Jadi tidak usah mencari Tuanku". Jawab Alvin terdengar menyebalkan.
"Cih. Dia membuatku ingin menarik mulut yang lembek itu". Batin Ivana sambil berdecah.
"Kenapa kau menatapku seperti itu? Aku tau, aku tampan". Ucapnya bangga.
"Huek. Dimana toilet?. Ucap Ivana ingin mengeluarkan isi perutnya mendengar perkataan yang keluar dari mulut Alvin.
Alvin lalu menunjukan toiletnya tepat disampingnya. Ia langsung bergegas memasuki toilet ."kenapa aku mudah sekali bergaul dengannya?". Gumamnya sambil melihat dirinya dipantulan cermin.
Sedangkan Alvin ia nampak berfikir." Apa jangan-jangan aku ditipu? Aku belum mengetahui namanya?! Ya. Aku harus menanyai namanya saat keluar". Gumamnya.
Ivana lalu keluar dan dihadang tatapan Intens Alvin." Ada apa ? Kenapa kau menatapku seperti itu".
"Nama kau siapa ?".
"Nama ? Namaku Ivana". Jawabnya santai.
Alvin mengangguk." Kenapa kau tidak membawa dokumen? Sedangkan kedatangan kau kesini untuk mendatangani kontrak". Tanyanya.
Ivana menghela nafas kasar." Aku akan diintrogasi sepertinya". Batin Ivana.
"Dengarkan aku. Biarku perjelas ini. Aku disini karena dikirim untuk mendatangani kontrak yang seharusnya ditandatangani Boss ku. Sama dengan seperti boss mu yang misterius itu. Sama dengannya dengan ku, kenapa aku tidak membawa dokumen-dokumennya. Simple saja. Aku lupa. Dan aku ingin kau membuatkan dokumen baru". Jawab Ivana panjang lebar.
"Tapi tetap saja. Kau seakan-akan mengenalku. Sedangkan kita baru saja bertemu". Kata Alvin.
"Kau terlalu banyak bertanya! Buatkan saja dokumennya!! Dan, jika kau masih mencurigaiku. Telpon saja mereka untuk memastikan". Ucap Ivana dingin.
Skip
Ivana terpaksa keluar dari perusahaan itu dengan tangan kosong. "Sialan! Berani-beraninya dia mengusirku dan mencurigaiku". Gumam Ivana lalu beranjak ke tempat parkir.
Brakk
Ivana tidak sengaja menabrak seseorang saat berjalan. Ponsel pria yang ia tabrak terjatuh dan pecah.
Pria itu hanya diam menatap layar ponselnya dan beralih melihatnya. "Apa kau tidak mempunyai mata?". Ucapnya terdengar menyakitkan.
Ivana tidak merasa tersinggung sekalipun. Lagipula ini kesalahannya ."maafkan saya. Saya akan mengganti kerusakan ponsel anda". Ucap Ivana khawatir.
"Tidak perlu. Apa yang kau lakukan disini?". Tanya Ducsha tiba-tiba.
Ivana mengkerutkan Alisnya atas pertanyaan tiba-tiba kepadanya. "Agh! Apa kau tau? Aku disini untuk mengajukan kontrak. Hanya saja aku tidak membawa dokumennya pria itu mengusirku! Apa aku harus membatalkan perjanjian ini". Ucap Ivana kesal.
Ivana lalu melirik ke pria itu." Ah. Maafkan aku, aku terbawa emosi". Ucap Ivana.
"Kau dari perusahaan mana ?".
"Vancompy. Direktur mengirimku untuk pertemuan ini". Jawab Ivana tanpa menumbulkan curiga kepadanya.
Pria itu mengangguk paham. Lalu, menanyakan namanya ." Siapa namamu?".
"Ivana".
"Kau ?".
"Duchsa".
Ivana membulatkan matanya tidak percaya ." Kau pemilik perusahaan ini! Wah. Kenapa kau tidak memberitauku?". Ucap Ivana.
"Rahasiakan ini! Dan Masuklah. Kita akan membahas masalah kerjasama diruanganku"