"Bicara apa kalian ini?!"teriakan Tuan Gale menggema ke seluruh ruangan. Alaric dan Darren saling bertatapan dan melihat raut wajah bingung pada semua orang.
"My Rose korban kecelakaan Airlain 356,Dad."ujar Darren.
"Darren,sejak kapan kamu suka membual?"tanya Tuan Cashel. Pria berkepala 5 tersebut bahkan sampai berdiri dan mendekati Darren.
"Aku tidak membual Dad,"balas Darren. Dia sudah menganggap orang tua Alaric adalah orang tuanya juga sehingga memanggilnya dengan sebutan tersebut.
"Darren tidak berbohong,aku tau ini berita yang sangat mendadak tapi...hiks...My Rose....hiks....benar-benar sudah pergi,"sahut Alaric dengan air mata yang tak dapat terbendung lagi.
"Sebentar,Mom tidak bisa mencerna ucapanmu Alaric."Nyonya Cashel ikut berdiri menghampiri anaknya dan menuntut penjelasan.
"Rosea sudah meninggal,dia korban dari kecelakaan Airlain 356."jelas Darren.
Semua yang berada di sana terlihat bingung. Bahkan Tuan Cashel hingga memijat pelipisnya yang terasa sakit akibat hal ini.
"Sepertinya kalian kelelahan,kalian istirahat dulu saja di dalam kamar."ujar Nyonya Gale.
Alaric dan Darren akhirnya memutuskan kembali ke kamarnya dan sedikit merasa janggal dengan respon yang didapat dari keluarga mereka. Sepertinya ada yang tidak beres di sini.
***
Seorang pria tua bernama Bara tengah menatap pemandangan Kota Jakarta melalui balkon Penthouse miliknya. Pikirannya hanya tertuju pada seorang gadis yang telah berhasil membuatnya merasa dendam dan penuh amarah. Gadis itu benar-benar telah menghancurkan harga dirinya sebagai seorang pria. Apapun yang terjadi,Bara akan membalas dendam.
"Tuan?"suara seseorang membuat Bara menoleh. Dia mendapati asistennya tengah membawa sebuah dokumen berisi data diri Rosea yang kurang lengkap. Ternyata keamanan identitas gadis itu terkunci sangat rapat oleh pemerintahan,asistennya merasa sulit mendapatkan itu.
"Kau mendapatkannya?"tanya Bara. Asisten Bara memberikan dokumen berisi identitas Rosea yang langsung membuat Tuannya tersenyum puas.
"Tapi Tuan,gadis itu sudah meninggal."ujarnya membuat Bara sedikit terkejut. Dia bahkan belum sempat membalas dendam,tetapi gadis itu sudah ke dunia lain secepatnya? Apa perlu Bara membalas dendam antar dunia berbeda agar dia dapat tidur dengan nyenyak?
"Dia benar-benar mati? Apa penyebabnya?"tanya Bara sambil mengusap rahangnya yang dipenuhi rambut lebat.
"Korban kecelakaan Airlain 356,memang belum dikonfirmasi karena belum ada potongan tubuh atau apapun yang terdapat sidik jari atau DNA nya,walaupun begitu barang-barang gadis itu ada di sana."ujar Asisten tersebut sebelum akhirnya undur diri atas perintah Bara.
"Kau sepertinya tidak mati,jalang."gumam Bara dengan sebuah seringaian.
***
Alaric membuka matanya sambil meringis kesakitan. Pelipisnya terasa berdenyut sangat cepat menimbulkan rasa sakit yang luar biasa. Pria tersebut membuka matanya lalu berteriak lirih di sisa tenaga yang ia miliki,Alaric jatuh sakit.
"Mom?"teriak Alaric.
Nyonya Cashel yang kebetulan tengah menuju kamar Alaric langsung mempercepat langkahnya dan mendapati putra kesayangannya sudah pucat pasi seperti mayat hidup. Saat Nyonya Cashel menyentuh dahi anaknya,hanya panas yang ia rasakan. Dia segera menghubungi dokter keluarga untuk datang dan memeriksa Alaric. Setelah menghubungi dokter,Nyonya Cashel segera mengambil termometer yang berada pada laci kamarnya dan memeriksa tubuh Alaric.Suhu tubuh anaknya terbilang cukup tinggi berada pada temperatur 37,4.
"Ada apa Mom?"tanya Darren saat menyadari Nyonya Cashel tengah panik di kamar Alaric.
"Al demam Darren,pasti karena dia kelelahan."Nyonya Cashel terlihar sangat khawatir terhadap putra tunggalnya tersebut.
"Mom,dia bukan kelelahan tetapi dia terlalu terpukul akibat kematian Rosea. Paling besok dia sudah sembuh dan mulai mau menerima kenyataan."Darren mencoba menenangkan Nyonya Cashel.
Bukannya Darren tidak terpukul,tetapi pria itu selalu berusaha mengikhlaskan Rosea meskipun hatinya terus menolak. Bahkan semalaman dia menangis sambil memandangi foto Rosea yang terpajang pada dinding kamarnya. Dia merasa kehilangan,hanya saja dia tidak ingin terlihat oleh orang lain. Darren memang sedewasa itu dibandingkan Alaric yang masih menikmati hidupnya dalam sifat kekanakan dan manja.
"Kalian ini bicara apa? Kehilangan siapa maksudnya?"tanya Nyonya Cashel.
"Mom,kau harus menerima kenyataan bahwa Rosea sudah meninggal. Kita harus mengikhlaskannya,"ujar Darren sambil memegang kedua tangan Nyonya Cashel.
"Mengikhlaskan bagaimana maksudmu? Meninggal bagaimana jika dia saja sedang berada di belakangmu dengan rambutnya yang terlihat sangat berantakan!"balas Nyonya Cashel membuat kening Darren berkerut. Sedetik kemudian,dia memutar tubuhnya dan menemukan seorang gadis dengan piayama satin berwarna marun dan rambut berantakannya sedang berdiri di depannya.
Gadis itu Rosea. Itu adalah Rosea yang menjadi cinta pertamanya semenjak usia Darren 5 tahun. Gadis yang dikabarkan meninggal dunia itu terpampang nyata di depannya dengan rambut acak-acakan dan wajah bangun tidur,bahkan masih ada kotoran mata yang menempel di ujung matanya.
Darren melangkah perlahan menemui gadis tersebut lalu membelai wajah cantiknya. Ini terasa sangat nyata,jikalau ini mimpi tolong jangan pernah bangunkan Darren sampai kapanpun. Dia harus menikmati sisa hidupnya bersama gadis di depannya itu. Hingga akhirnya sebuah senyuman terukir indah pada bibir Darren sebelum pria tersebut jatuh pingsan seketika. Entah apa yang terjadi hingga membuatnya tak sadarkan diri begitu saja.
"Darren!"teriak Nyonya Cashel dan Rosea bersamaan.
***
"Mereka seperti sudara kembar. Yang satu syok,yang satunya lagi malah demam tinggi."gumam Rosea sesaat setelah dokter selesai memeriksa kedua sahabatnya.
"Sebaiknya kau urus Alaric dulu,dia pasti sangat terpukul terhadap berita tersebut. Apalagi dia yang memesankanmu tiket saat itu,pasti Alaric memiliki penyesalan yang sangat besar. Masalah Darren,Mom bisa mengurusnya,"ujar Nyonya Gale sambil memegang tangan putranya.
"Baiklah Mom,"ujar Rosea sambil melangkah keluar dari kamar milik Darren.
Setelah Darren jatuh pingsan,Tuan Gale dan Cashel memberitahu Rosea bahwa ada namanya dalam daftar penumpang pesawat yang baru saja mengalami kecelakaan. Hal tersebut membuat Rosea maklum atas apa yang terjadi pada kedua sahabatnya secara tiba-tiba.
Gadis itu sudah duduk di atas ranjang milik Alaric. Dia terus memperhatikan wajah tampan tersebut dan mengelus rahangnya pelan. Alaric sepertinya sangat betah tertidur,bahkan hingga sore hari pria itu masih memejamkan matanya dengan kedua infus yang menjadi pengganti makanannya.
"My Rose,apa kau baik-baik saja?"suara Darren yang tergesa membuat Rosea segera menuntun pria itu agar pergi dari kamar Alaric. Dia tidak ingin Alaric terganggu dalam istirahatnya.
Di sinilah Rosea dan Darren berada,taman belakang milik keluarga konglomerat itu terlihat sangat megah dengan air mancur mewah pastinya memakan biaya besar dalam pembuatannya. Ukiran pada air mancur tersebut dibuat secara khusus yang bertuliskan silsilah keluarga mereka bertiga selama tiga generasi berturut-turut.
"Aku baik-baik saja,seperti yang kau lihat."ujar Rose berusaha menenangkan Darren. Bahkan gadis itu sudah berputar menunjukkan hampir setiap inci tubuhnya yang mulus tanpa luka.
Darren menghela nafasnya lega. Dia sampai jatuh lemas di atas tanah sekarang. "Apa yang terjadi sebenarnya?"Darren bertanya sambil berusaha berdiri dibantu oleh Rosea.
"My Mom masuk rumah sakit hari itu dan Dad segera mengirimkan pesawat pribadi kita untuk menjemputku. Yah,memang saat itu aku benar-benar sudah di dalam pesawat serta barang-barangku bahkan sudah masuk di dalam sana. Dan aku lupa membawanya saat turun sebelum pesawat itu lepas landas,"Rosea berusaha menjelaskan yang sejelas-jelasnya kepada Darren.
"Lalu kenapa kau tidak bisa dihubungi?"tanya Darren.
"Handphone milikku jatuh di rumah sakit dan sedang di service saat ini,"jawab Rosea dengan santainya.
Darren segera memeluk Rosea dan mengecup rambut gadis itu. Dia sangat merindukan Rosea bahkan saat gadis itu berada di depannya.
"Beli ponsel baru saja,"kata Darren membuat Rosea menggeleng cepat.
"Aku suka ponsel itu,tidak akan pernah kuganti hingga aku bosan."tolak Rosea sambil berkacak pinggang.
"Kalau begitu,jangan pernah ganti cintamu padaku dengan dirinya,"balas Darren.