Chereads / ALISHA (PRETENDING) / Chapter 7 - 0007 Alisha Bintu Yahya

Chapter 7 - 0007 Alisha Bintu Yahya

Tujuh belas tahun lalu ....

Derap langkah sepatu pantofel wanita memenuhi lorong di sekolah dasar negeri di kota Malang. Wanita sekitar awal tiga puluhan berjalan menuju ruang Bimbingan Penyuluhan (BP). Dilihatnya anak bungsunya di sana. Satu-satunya anak perempuannya. Duduk bersama dua orang guru BP-nya.

Raihana, nama wanita yang terlihat anggun itu memperkenalkan dirinya, ibu dari Alisha. Kedua guru BP itu menjelaskan alasan Raihana dipanggil ke sekolah, di saat jam pelajaran sekolah baru saja dimulai beberapa menit lalu.

Keterangan ibu guru yang bernama Anita, Alisha terlibat perkelahian dengan sesama murid di sekolah itu. Bapak guru yang bernama Anton menambahkan, bahwa muridnya itu sampai harus dilarikan ke rumah sakit terdekat, karena mengalami luka yang cukup serius.

Raihana tidak menerima begitu saja berita itu. Dia harus tahu, apakah penyebab perkelahian itu. Dan sangat tidak masuk akal, kala pak Anton mengatakan bahwa Alisha berani meninju anak laki-laki kelas enam. Bahkan hingga harus dilarikan ke rumah sakit. Sekuat itukah anaknya? Alisha baru saja naik ke kelas dua sekolah dasar. Apakah mungkin, bisa mengalahkan kakak kelasnya?

Alisha kemudian ditanyai langsung oleh Raihana, dan Alisha mengakui memang memukul anak lelaki kelas enam itu, alasannya karena berani menarik rok temannya. Raihana menganggap, ini bukan murni kesalahan anaknya, Alisha hanya membela teman perempuannya yang diperlakukan tidak senonoh oleh anak laki-laki itu.

Masalah dianggap selesai karena Raihana bersedia menanggung biaya pengobatan anak laki-laki itu hingga sembuh. Sementara Alisha harus menerima hukuman, diskors—tidak diperbolehkan sekolah selama sepekan dan harus mengerjakan banyak tugas, lalu diserahkan saat Alisha masuk sekolah kembali.

Satu hari setelah masa skors Alisha, Raihana dan Yahya, ayah Alisha mengunjungi anak laki-laki yang sempat terlibat perkelahian dengan anak mereka, hingga membuat anak itu harus dirawat.

Dean, nama anak laki-laki itu. Perawakannya tinggi besar, tampak sebagai anak laki-laki yang kuat. Fakta ini membuat Raihana dan Yahya terkejut.

Bagaimana bisa, anak perempuan mereka yang masih berusia delapan tahun bisa mengalahkan anak laki-laki berusia mungkin sebelas atau dua belas tahun? Dilihat dari perawakannya saja, tubuh Alisha terbilang mungil. Lawan yang tidak seimbang.

Sebulan setelah kejadian, Raihana kembali di panggil oleh guru BP Alisha. Kali ini, ibu Anita mengabarkan bahwa Alisha dikeroyok oleh teman-temannya.

Namun, Alisha berhasil mengalahan lima orang anak yang mengeroyoknya. Mereka adalah murid-murid laki-laki dari kelas di atasnya, dua orang anak kelas lima dan tiga orang anak kelas enam.

Alasan pengeroyokan, lagi-lagi karena Alisha membela temannya yang diganggu oleh anak-anak yang mengeroyoknya. Dengan sangat menyesal dan menyayangkan kejadian yang sama itu terulang, ibu Anita menyampaikan pesan dari kepala sekolah, untuk mengeluarkan Alisha dari sekolah mereka. Mereka khawatir, Alisha akan berulah kembali.

Alisha akhirnya dipindahkan ke sekolah lain, namun, belum setahun, Alisha kembali dikeluarkan dari sekolah.

Total sudah enam kali Alisha pindah sekolah dalam dua tahun, karena alasan yang sama. Berkelahi dengan murid lain karena membela diri atau teman-temannya.

Bahkan di dua sekolah terakhirnya, Yahya dan Raihana akhirnya memutuskan untuk pindah ke kota lain, di Surabaya. Salah satu guru olahraga di sekolahnya yang terakhir, menyarankan agar Alisha dimasukkan ke dalam sebuah klub bela diri, agar Alisha tidak lagi terlibat perkelahian dengan sesama murid di sekolahnya yang baru dan bisa menyalurkan kebiasaan berkelahinya dengan mengikuti turnamen bela diri.

Mempertimbangkan hal ini, Yahya akhirnya memasukan Alisha ke dalam klub Judo. Bersyukur, Alisha sepertinya dapat menyalurkan energinya di sana. Berlatih dengan giat hingga ikut turnamen bela diri. Di sekolahnya yang terakhir pun tidak lagi terjadi peristiwa perkelahian Alisha dengan murid lain. Hingga ia lulus sekolah dasar dan memasuki sekolah menengah pertama.

Tahun pertama di sekolah menengah pertama, Alisha bisa melewatinya dengan baik. Sambil terus berlatih ilmu bela diri, selain Judo.

Melihat bakat anaknya di ilmu bela diri, apalagi tidak hanya satu atau dua cabang ilmu, membuat Raihana khawatir dan cemas. Apa yang selama ini ia sembunyikan akan terekspos.

Raihana mulai mengurangi kegiatan Alisha di klub bela diri dan membuatnya agar berlatih di rumahnya. Agar putrinya aman. Raihana kemudian menghubungi teman lamanya yang sudah belasan tahun tidak melakukan kontak dengannya.

Hari nahas itu pun tiba, Alisha di tahun keduanya di sekolah menengah pertama, kala itu ia genap berusia empat belas tahun. Tanpa sengaja, sepulang sekolah melihat ibunya sedang bertarung dengan beberapa pria dewasa berpakaian serba hitam yang tidak dikenalnya. Tidak jauh dari tempatnya bersekolah.

Alisha kemudian turut membantu ibunya mengalahkan orang-orang asing itu. Dalam sekejap, mereka berhasil dilumpuhkan. Setelah itu, Alisha terjatuh tak sadarkan diri karena kelelahan.

Saat sadar, Alisha sudah berada di rumah sakit, dirawat bersama ibunya. Satu hari setelah itu, ibunya dinyatakan meninggal. Penyebabnya masih belum diketahui hingga Alisha tumbuh dewasa.

Setelah kematian ibunya, Yahya membawa Alisha dan juga dua anak laki-lakinya pindah ke Bogor. Dan tinggal menetap di sana.

***

Sebelas tahun kemudian ....

Mobil CRV hitam tampak memasuki kawasan perumahan di jalan KH Sholeh Iskandar. Hilman kemudian memarkirkan mobilnya tepat di belakang mobil lainnya. Tampak ada beberapa mobil di sana.

Adrian, Hilman, dan Regina, turun dari mobil mereka, langsung menuju rumah keluarga Alisha. Mereka disambut oleh Yahya, ayah Alisha.

Tampak beberapa keluarga Alisha sudah berkumpul di sana. Laras beserta suaminya, Dzakaria—kakak dari ayah Alisha. Sari bersama suaminya Niko dan anaknya, Abyan yang berusia tiga tahun. Dan kedua kakak kembar Alisha, Aldian dan Alvian. Alisha sendiri ikut bergabung bersama mereka, duduk di sebelah Aldian.

Kedatangan keluarga Adrian tepat pada saat makan siang, sehingga setelah beristirahat sejenak dan berbincang-bincang ringan antar keluarga. Yahya mempersilahkan para tamunya untuk makan siang terlebih dahulu sebelum melanjutkan ke acara inti, yaitu melamar Alisha.

Selepas salat Zuhur, Dzakaria, paman Alisha membuka acara dan mengenalkan beberapa keluarga mereka, kemudian mempersilahkan pihak keluarga Adrian menyampaikan maksud dan tujuan mereka datang ke rumah keluarga Alisha.

Hilman yang menjadi juru bicara bagi keluarganya, karena ayahnya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Hilman menyampaikan tujuan mereka datang ke rumah Alisha, adalah untuk melamarnya, menjadi istri dari Adrian, kakak satu-satunya. Saat berbicara, sesekali diliriknya Alisha, yang tertunduk diam. Hatinya bergetar.

Tiba saat kedua mempelai ditanyai, tentang nama lengkap, tanggal lahir, status pernikahan, latar belakang pendidikan, dan pekerjaan, dan terakhir kesediaan mereka untuk melanjutkan hubungan ini ke jenjang pernikahan.

Adrian yang pertama kali mengenalkan diri dengan lancar, lelaki lajang—belum pernah menikah, berusia tiga puluh tiga tahun, bekerja sebagai programmer di salah satu perusahaan IT yang berada di Bandung. Adrian menyatakan kesediaannya menerima perjodohan ini, dan siap melanjutkan niat ibunya, Regina, untuk menikahkannya dengan keponakan dari temannya, Laras, tante dari Alisha.

Giliran Alisha ditanya oleh pamannya, Dzakaria. Alisha menjawab dengan lancar tentang usianya, statusnya, dan pekerjaannya. Saat ditanya tentang kesediaannya menerima lamaran Adrian, Alisha terdiam beberapa saat.

"Alisha bintu Yahya, keponakan om yang cantik. Apa mau menerima lamaran Adrian?" tanya Dzakaria mengulangi pertanyaannya.

Semua mata menatap Alisha yang bergeming. Menanti jawabannya.

***