Ahad pagi. Sekitar pukul sembilan, Adrian tiba di rumah Alisha, bersama Regina, ibunya. Menjemput Alisha dan Laras, tante Alisha yang sejak kemarin menginap di rumah keluarga Alisha. Namun, Hilman tetap di apartemennya.
Alisha mengenakan kemeja putih lengan panjang tiga per empat dengan kerah berbentuk rumbai, dan celana kulot hitam, sengaja mengikat rambut ikal panjangnya agar terlihat rapih. Sementara Laras mengenakan pakaian terusan berwarna peach, membuatnya terlihat lebih muda untuk wanita seusianya.
Mereka tengah membahas konsep acara pernikahan Alisha nanti, di dalam rumahnya, ketika Regina dan Adrian tiba.
Tampak Adrian mengenakan kemeja kotak-kotak biru navy dan celana cargo hijau army. Rambutnya yang melewati kupingnya dibiarkan tergerai, kacamatanya tidak ia kenakan saat itu, membuat Alisha terpana. Warna mata hazel mirip Hilman, mengingatkan Alisha padanya. Ada perasaan aneh menelusup tiba-tiba di hatinya. Seharusnya hal ini tidak perlu membuatnya terpana seperti itu, karena Adrian dan Hilman bersaudara, tentu saja banyak kesamaan di antara mereka.
Regina mengenakan pakaian terusan berwarna peach, serupa dengan yang dikenakan Laras, hanya berbeda model dan potongan. Membuat Laras tergelitik untuk memberi komentar.
"Wah, kita kembaran hari ini, Jeng," ucap Laras saat mempersilahkan Regina dan Adrian masuk ke rumah.
"Eh, iya, ya. Padahal gak janjian," tanggap Regina seraya tertawa kecil.
"Mau minum apa, nih, sambil istirahat dulu?" tanya Laras.
"Wah, gak usah, Jeng. Kita langsung jalan aja, biar gak kena macet. Fitting baju juga bakal makan waktu, lho," tolak Regina, halus.
Akhirnya, mereka segera bersiap-siap. Seperti biasa, tas selempang coklat Alisha setia menemani, salah satu produk terbatas dari Sophia. Ukurannya yang tidak besar maupun kecil, namun cukup untuk menyimpan dompet dan ponselnya.
Alisha duduk di kursi penumpang di samping pengemudi, sesuai permintaan Regina, agar Adrian dan Alisha bisa lebih akrab, sementara Regina sendiri, duduk bersama Laras di kursi penumpang di belakang. Tujuan pertama adalah memilih pakaian pengantin. Mereka melaju menuju kota. Ada tempat penyewaan pakaian pengantin yang mewah dan elegan, namun dengan harga terjangkau, Jenifer Wang, berada di kawasan jalan Raya Pajajaran, Baranangsiang.
Mobil yang mereka tumpangi tiba sekitar dua puluh lima menit. Keadaan Bogor di pagi hari, masih cukup lengang, mengingat akhir pekan, daerah jalan Raya Pajajaran, biasanya ramai oleh pendatang dari Jakarta atau Bandung yang berburu tempat wisata kuliner, atau berkunjung ke beberapa mall yang ada di sekitar situ.
Hanya ada mobil mereka terparkir di sana, penanda mereka adalah pengunjung pertama. Kedatangan mereka disambut oleh dua orang asisten butik, setelah mengisi buku tamu, dan menjelaskan pakaian seperti apa yang Laras dan Regina cari untuk Alisha, mereka pun duduk menanti.
Dua asisten yang memperkenalkan diri mereka, Ara dan Sarah, membawakan beberapa potong pakaian pengantin berupa gaun. Alisha pun mulai mencoba beberapa pakaian yang dipilihkan oleh Regina dan Laras.
Alisha keluar dari fitting room setelah berganti pakaian. Gaun pertama yang dicoba Alisha, yaitu gaun berwarna putih yang akan dikenakan saat akad nanti. Pakaian yang panjang menjuntai dan melebar ke bawah bak putri.
Gaun pengantin itu dibuat dengan kain pilihan heavy silk agar terlihat jatuh. Kain yang berat namun halus, dengan aksen draperi yang lembut dipadupadan lace pada bagian atas gaun. Bagian atasnya dibuat terbuka tanpa lengan, sehingga mengekspos leher jenjang Alisha dan bahunya yang mulus. Dari dada hingga pinggangnya begitu pas di tubuhnya. Dengan ornamen bunga mawar kecil putih. Membuat Adrian yang sedang mematut diri di depan cermin besar yang ada di ruangan itu, mencoba jas putihnya, menoleh, dan terpesona seolah kehabisan oksigen.
"Cantik sekali," puji Regina dan Laras hampir berbarengan.
Terdengar Adrian berdeham, kemudian berkata, "Coba yang lain dulu, boleh?"
Alisha masuk kembali ke fitting room, dan keluar dengan mengenakan gaun putih yang lainnya. Masih dengan bahan yang sama, ditambah sedikit brookat di bagian dadanya, tali kecil di pundaknya, belahan dadanya terekspos, membuatnya tidak nyaman dan menutupinya dengan kedua tangannya.
"Yang lain aja, ya?" ucap Alisha, malu-malu. Adrian tidak bisa menjawab hanya mengangguk.
Berbeda dengan tanggapan Regina dan Laras, mereka menyukai gaun ke dua itu, namun sepakat, potongan baju di bagian dadanya yang terlalu rendah, mungkin membuat Alisha tidak nyaman. Alisha akhirnya mencoba gaun yang lainnya.
Gaun berikutnya, menggunakan kain chiffon yang termasuk salah satu kain luxury fabric. Kain ini memiliki tekstur tipis, transparan, ringan dan lembut saat dikenakan. Dan ditambahkan veil sebagai pengembang gaun. Bagian depannya tertutup sempurna dan berlengan panjang, namun bagian belakang gaun itu memperlihatkan punggung indah Alisha, lagi-lagi membuat Adrian keberatan dengan model gaun itu, dan meminta Alisha mencoba gaun yang lain.
Total tujuh gaun berwarna putih yang telah Alisha coba, hanya untuk acara akad, ditambah satu gaun berwarna hijau tosca, yang langsung mendapat persetujuan Adrian, karena modelnya yang sederhana dan tertutup.
"Ini aja, yah. Al cape bolak-balik ganti baju," ujar Alisha dengan muka memelas setelah mencoba gaun yang ke sembilan.
Fitting gaun pengantin selesai, gaun yang mereka sewa akan disiapkan dahulu hingga sepekan sebelum hari pernikahan. Kemudian mereka menuju sebuah mall yang terletak tidak jauh dari tempat Jenifer Wang, Lippo Plaza Bogor, berada di jalan Siliwangi, Sukasari.
Mobil Adrian diparkir di basement, kemudian mereka naik menggunakan eskalator menuju lantai upper ground (UG), letak toko emas berada.
Adrian langsung menunjuk dua cincin untuk pernikahannya. Yang pertama sepasang cincin dari bahan rhodium dengan ukiran sederhana, di bagian dalam cincin itu, Adrian sengaja memesan dengan ukiran nama Adrian dan Alisha. Yang ke dua, cincin bertabur berlian, dengan berlian besar di tengahnya, berbentuk hati, warna lembayung, khusus untuk Alisha. Alisha mencoba ke dua cincin itu di jari manisnya, yang langsung terlihat pas.
Selesai membeli cincin pernikahan, dan membawa pulang cincin itu, mereka mampir ke food court yang berada di lantai tiga. Tiga puluh menit lamanya mereka makan, kemudian beranjak dari sana untuk kembali pulang.
Saat mereka akan turun dengan menggunakan eskalator, tiba-tiba dari arah belakang, seseorang sengaja menabrakan diri ke arah Alisha yang menjinjing paper bag berisi cincin pernikahannya. Pegangannya terlepas, dan paper bag itu berhasil dirampas orang tersebut, dan langsung melarikan diri. Alisha seketika langsung berlari mengejar orang itu—yang berpakaian serba hitam, diikuti oleh Adrian.
"Hei!!" teriak Alisha sambil mengejar pencuri itu.
Laras dan Regina yang pada awalnya tidak menyadari telah terjadi sesuatu, dibuat bingung, karena tiba-tiba Alisha berteriak, kemudian berlari, diikuti Adrian. Setelah sadar, mereka menjadi lemas dan memilih untuk duduk menunggu.
Kejar-kejaran masih berlangsung di dalam mall itu. Mengundang penjaga keamanan untuk ikut mengejar. Namun, pencuri itu berlari sangat cepat dan gesit, seperti orang yang telah berlatih ilmu bela diri. Karena begitu menuruni eskalator terakhir, pencuri itu langsung melompat ke lantai di bawahnya. Mau tidak mau, Alisha ikut melompat. Meninggalkan Adrian dan para security di belakangnya.
Keluar dari mall, Alisha hampir menangkap pencuri itu di basement, yang terlihat masih sepi. Langkahnya terhenti, karena pencuri itu menggiringnya menuju sekumpulan orang berpakaian serba hitam yang menutup seluruh wajahnya dengan masker kecuali matanya. Jumlahnya sekitar dua puluh orang, mereka serentak menyerang Alisha. Seketika, ruangan yang digunakan untuk lahan parkir itu menggemakan suara teriakan, pukulan, dan tendangan orang berkelahi.
Pukulan dan tendangan berhasil Alisha tangkis dan melancarkan serangan balik. Dengan cepat menarik, memutar pergelangan tangan penyerangnya kemudian membantingnya ke bawah. Beberapa berhasil dilumpuhkan dengan tendangan dan tinjuan.
Satu orang menyerang Alisha dari belakang, menguncinya dengan kedua tangannya. Temannya yang lain menyerang dari arah depan hendak memukul, namun Alisha menggunakan kekuatan dengan perpegangan pada lengan lawannya, menahan di punggungnya, untuk kemudian mengangkat kedua kakinya menendang laki-laki di depannya dengan kekuatan penuh mengenai ulu hati lawan. Satu lawan berhasil roboh. Penyerang di belakangnya, Alisha lumpuhkan dengan menghantamkan kepalanya mengenai hidung penyerang. Kemudian menendang selangkangannya.
Namun, jumlah mereka yang banyak, melawannya seorang diri membuat Alisha kewalahan. Meski gerakannya tidak terbaca lawannya ketika menyerang, dan seketika mereka berhasil roboh. Tetap saja membuatnya kelelahan. Pertarungan itu tidak seimbang.
Sepuluh orang berhasil Alisha lumpuhkan dengan tangan kosong. Sisanya, karena melihat teman-temannya berhasil dikalahkan, tiga di antara mereka mengeluarkan senjata tajam berupa belati.
"Merpati 1-1-2," ucap Alisha memberi kode, meminta bantuan dengan napas tersengal. Peluh sudah membanjiri pelipisnya.
Tiga orang bersenjata itu langsung menyerang bersamaan dengan mengacungkan belati itu ke arah Alisha yang langsung mengambil ancang-ancang untuk bertahan ....
***