"Merpati 1-1-2," ucap Alisha memberi kode, meminta bantuan, suaranya terdengar tersengal. Kode itu diterima oleh tim Hilman. Namun, jarak mereka mengawasi terlampau jauh, jadi bakal sedikit terlambat tiba di lokasi.
***
Sekitar pukul tujuh pagi, sesaat setelah Adrian dan ibunya, Regina pergi meninggalkan apartemennya. Hilman, segera pergi menuju markasnya. Kemudian bersama timnya meluncur ke arah Bogor. Mengawasi Alisha dan Adrian, melalui alat komunikasi yang telah ditaruh di dalam tas Alisha, pada pertemuan pertama mereka, tanpa Alisha sadari saat akan pergi ke toilet di Paris Van Java Mall, Bandung.
Hilman yang mendengar ada tanda bahaya dari Alisha secepatnya berusaha tiba di tempat kejadian lebih dulu daripada timnya. Saat tiba, tampak tiga orang bersenjata, menyerang bersamaan dengan mengacungkan belati ke arah Alisha yang sudah terlihat letih. Masih bertahan dengan ancang-ancangnya, tidak menyerang terlebih dahulu.
Hilman langsung berlari, mengambil ancang-ancang untuk menendang lengan dua penyerang terdekat. Dan berhasil dilumpuhkan.
TRIING!! TRIING!!
Terdengar suara belati menyentuh lantai di basement.
Satu penyerang lagi, berhasil ditangkis serangannya oleh Alisha dengan menangkap lengan penyerang, memutarnya, kemudian membantingnya ke lantai, belati itu pun Alisha tendang dengan kuat, sehingga terlempar jauh dari si penyerang.
Tujuh penyerang lainnya, langsung maju mengepung Alisha dan Hilman. Mereka berduel dengan sengit. Gerakan menangkis, menghindar, menyerang lebih dulu, dilakukan Hilman dan Alisha dengan kompak. Seperti tarian duel. Alisha bertumpu pada kedua tangan Hilman, kakinya ia gunakan untuk menendang lawan. Benar-benar tarian duel yang indah, dengan suara latar tendangan, pukulan, dan teriakan.
Dalam sekejap, ketujuh penyerang itu berhasil dikalahkan. Saat Alisha akan mengambil kembali paper bag berisi cincin pernikahannya, tanpa disangka, penyerang lain datang.
Jumlahnya setidaknya, ada sepuluh hingga lima belas orang. Hilman pun tanpa pikir panjang, menarik lengan Alisha dan berlari menghindar untuk menyelamatkan diri.
Mereka berdua terus berlari sepanjang lorong basement yang sepi, hingga tiba di sudut jalan buntu. Hilman melihat ada lorong kecil yang cukup untuk mereka berdua bersembunyi. Ditariknya tubuh Alisha dalam pelukannya. Situasi masih belum aman. Para penyerang terdengar makin mendekat.
Debaran itu datang lagi ....
***
Debaran itu membawa ingatan Alisha kembali ke peristiwa sebelas tahun lalu, saat dirinya berusia empat belas tahun.
Setelah berhasil mengalahkan orang-orang yang menyerang ibunya, Alisha terjatuh pingsan karena kelelahan. Sebelum dirinya benar-benar jatuh tak sadarkan diri, Alisha sempat merasakan tubuhnya ada yang mengangkatnya dan membawanya, berada dalam gendongannya, melindungannya, sedekat itu, membuat aroma tubuhnya terpatri dalam ingatannya.
Perawakan orang itu dirasa Alisha adalah orang dewasa bertubuh kekar. Alisha tidak tahu siapa orang itu, karena kesadarannya mulai hilang, pandangannya perlahan menjadi buram, yang ia ingat lelaki yang menolongnya itu memiliki mata berwarna hazel.
Berhimpitan di celah sempit seperti ini, di dalam pelukannya. Membuat dadanya berdebar-debar. Hilman, dengan mata hazelnya mengingatkannya pada sosok pria misterius itu. Apakah pria itu, Hilman? Apakah dia pria yang sama, yang dahulu menolongnya? Pria di hadapannya tetap membisu, hanya deru napas keduanya yang terdengar bersahutan.
Tiba-tiba terdengar suara penyerang.
"Di mana mereka?" tanya salah seorang dari mereka.
"Seharusnya tidak akan bisa kabur," jawab orang ke dua.
Mendengar itu, Hilman lantas mendekatkan kepala Alisha di dadanya, posisi seperti ini membuat Alisha dapat mendengar detak jantung Hilman yang bertalu-talu, sangat jelas.
"Hei, siapa di situ," ucap orang pertama.
"Hei! Burung gagak! Patahkan sayap! Patahkan sayap!" Terdengar suara orang ke tiga berteriak, memberi perintah, membuat dua orang yang tadi hampir mendekati Hilman dan Alisha, kembali kepada komplotannya.
Mereka kabur! Sepertinya ada hal lain yang lebih mereka takuti, daripada memergoki Hilman dan Alisha di sana, kemudian menangkapnya.
Setelah tidak terdengar suara, dan aman. Hilman langsung melepas pelukannya. Spontan Alisha mengangkat tangannya, menampar pipi Hilman. Namun, karena tenaganya sudah benar-benar terkuras, dan tempatnya yang sempit, tamparannya terasa seperti belaian di pipi Hilman. Alisha pun limbung, yang langsung ditangkap Hilman. Kemudian Hilman memapahnya keluar dari tempat sempit itu.
"Kau masih bisa jalan?" tanya Hilman khawatir. Alisha mengangguk memberi jawaban.
Tak lama, terdengar suara yang memanggil Alisha. Alisha menoleh mencari sumber suara itu. Dilihatnya seseorang berlari mendekat.
Adrian.
Alisha masih bergeming di tempatnya. Adrian langsung memapahnya menuju mobil ambulance, yang telah terparkir tepat di luar mall. Tampak beberapa mobil polisi dan brimob di sana. Para penyerang pun sudah dibekuk. Tepat sebelum mengikuti langkah Adrian, Alisha sempat menoleh ke arah Hilman tadi berada. Hilman telah pergi dari sana.
Hilman bergegas meninggalkan basement, sambil mendengarkan laporan Arya, suami Mia, operator lapangan, tentang situasi yang tadi terjadi di basement, saat dirinya dan Alisha berlari menghindar. Rahangnya mengeras, dirinya hampir saja kehilangan Alisha, andai tadi datang terlambat.
Mobil van hitam yang terparkir agak jauh di seberang mall menjadi tujuan Hilman, di dalam ada Arya yang siap memberi laporan lebih lengkap. Darinya, Hilman mengetahui bahwa komplotan itu sepertinya bukan menargetkan Adrian, namun seperti dugaannya, komplotan itu sengaja menyerang Alisha. Seperti menguji kekuatan bertarungnya.
Timnya saat datang untuk memberi bala bantuan terasa sia-sia. Komplotan itu sudah lebih dahulu dibereskan oleh angkatan dan aparat, yang membuat Hilman bingung, dari mana mereka tahu tentang kejadian pada hari ini. Mereka masih menyelidiki siapa dalang penyerangan itu.
***
Alisha mendapat pertolongan pertama di dalam ambulance. Tampak Laras, tantenya dan Regina, ibu Adrian menemaninya di dalam selama mendapat cairan infus. Alisha mengalami dehidrasi. Adrian sendiri berada di luar, memberi keterangan kepada polisi.
"Al, kamu ini, sampai kaya gini, gara-gara ngejar pencuri," ucap Regina, menyesalkan. "Padahal, Adrian bisa pesan cincin baru lagi."
Baik Laras maupun Regina tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya. Adrian pun tidak mengatakan apa-apa.
"Iya, ya. Untung kamu gak kenapa-kenapa, Al. Mau nikah, kok, malah nekat ngejar pencuri," ucap Laras menyambung perkataan Regina. "Habis ini, kamu dipingit, ya. Jangan kemana-mana, sampai hari pernikahan," lanjut Laras.
Alisha hanya mengangguk pasrah. Dirinya tahu betul telah salah bertindak hari ini. Bisa semudah itu terprovokasi dan terjebak oleh pencuri itu. Sepertinya mereka bukan orang biasa, pencurian itu hanya pancingan. Dan dirinya sudah masuk perangkap.
Andai Hilman tidak datang tepat waktu, entah apa yang akan terjadi pada Alisha. Bagaimana dengan pernikahannya nanti, jika dirinya tewas dalam misi.
***
Sesuai permintaan Laras, Alisha menghabiskan sisa waktunya yang tinggal lebih kurang tiga pekan lagi, hanya di rumah saja.
Membuka laptopnya, menghidupkannya, menunggu sesaaat, kemudian mengetikkan alamat salah satu situs dari platform novel online, Webnovel, untuk memulai bab baru dari novel yang sedang digarapnya selama dua hingga tiga bulan terakhir.
Alisha mulai rutin menabung beberapa bab dari novelnya, yang telah terkontrak, untuk diikutsertakan dalam program MGS.
Novel yang berjudul Elegi Cinta Asha, novel romansa kontemporer, yang tokoh utama wanita digambarkan juga bisa bela diri, seperti dirinya.
Berharap selama tiga pekan ini, bisa mendapatkan setidaknya enam puluh hingga tujuh puluh ribu kata dari sekitar seratus ribu kata yang harus dipersiapkannya.
***