Semalam.
"Awas kalau macam-macam saat aku tidur. Aku bikin menyesal!" Adrian mendengar Alisha mengancam, namun ia memilih untuk mengabaikannya. Memejamkan matanya.
Tidak lama, Adrian merasa Alisha telah berbaring di belakang punggungnya, dengan dibatasi oleh guling.
Setelah malam kian larut Adrian terbangun, lampu kamar Alisha masih menyala dengan terang. Ia pun beranjak dari ranjangnya, mematikan saklar lampu dan bermaksud kembali tidur.
Ditatapnya wajah Alisha yang begitu tenang dalam tidurnya. Tidak akan ada yang mengira, dengan keadaan tenang seperti ini, Alisha, kala tersadar begitu mirip induk singa yang melindungi anak-anaknya.
Bibirnya yang merah, menggoda Adrian untuk menyicipnya sekali lagi. Perlahan, ia mendaratkan bibirnya di atas bibir Alisha. Begitu percaya diri, bahwa Alisha tidak akan terusik tidurnya oleh tindakan nekatnya. Tho, ia melakukannya pada istrinya sendiri. Tidak ada yang salah, bukan?
Dan, benar. Adrian berhasil mencuri ciuman Alisha. Begitu lihai, seolah ia pernah melakukan hal serupa pada wanitanya, tidak khawatir Alisha akan tiba-tiba terbangun. Dan memergoki perbuatannya.
Sebelum semua tidak terkendali, Adrian menghentikan aksi nekatnya, dan kembali tertidur. Seulas senyum terbit di sudut bibirnya. Ia berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya, meski sedikit nyeri akibat gigitan Alisha sebelumnya. Namun, ia puas malam ini.
Beberapa saat lamanya, keheningan di kamar Alisha terpecah. Tiba-tiba Adrian mendengar Alisha merintih.
"Jangan ... mama ...." Adrian yang saat itu tidur memunggungi Alisha menjadi penasaran untuk membalik tubuhnya menghadap Alisha. Mencari tahu.
Peluh membasahi kening Alisha. Dari bibirnya terucap lirih kata-kata permohonan. Alisha sepertinya bermimpi buruk.
Adrian enggan membangunkan Alisha, tidak ingin terjadi keributan di tengah malam.
Dengan hati-hati, Adrian memindahkan guling, yang membatasi dirinya dan Alisha. Merapatkan tubuhnya dengan tubuh Alisha. Merengkuhnya dari belakang. Membisikan kata-kata di telinganya, hingga akhirnya Alisha kembali tenang.
Adrian pun kembali tertidur hingga keesokan paginya. Merasakan ada yang menepuk-nepuk lengannya dan teriakan Alisha yang nyaring. Hanya saja, Adrian masih begitu didera rasa kantuk. Sehingga mengabaikan alarm tanda waspada.
"Hei! Bangun, Ian! Bangun! Lepaskan, aku!" Adrian mendengarnya, dan merasa Alisha masih meronta. Mencoba membebaskan diri.
Hingga Adrian merasakan lengannya begitu sakit menusuk, dan memaksanya untuk tersadar detik itu juga, menjerit kesakitan.
Keduanya melompat ke masing-masing sisi ranjang. Adrian memegangi tangannya. Bekas gigitan Alisha tercetak jelas di sana, meski tidak meninggalkan luka berdarah. Hanya sedikit lecet, ngilu, dan sakit jadi satu. Sementara Alisha bersiap dengan kuda-kudanya.
"Kau!"
Tuding keduanya bersamaan.
*
Setelah keduanya mandi bergantian dan berpakaian. Mereka pun turun ke lantai satu untuk bergabung, sarapan pagi bersama.
Saat Adrian dan Alisha duduk–bersebelahan. Alvian–yang duduk di hadapan mereka–memperhatikan mereka berdua bergantian.
"Wow, sepertinya ada yang melewati malam yang liar, semalam." Alvian mengedipkan sebelah matanya, menggoda Alisha.
Alisha memicingkan matanya ke arah Alvian, menunjukkan aura permusuhan. 'Bisa-bisanya kak Vian berkomentar asal dan ngawur di depan semua orang. Awas kau, ya, Kak!' Kata-kata ini tersirat dari pandangan mata Alisha.
Alvian tertawa. Tentu saja, siapa pun yang melihat bibir bawah Adrian yang kini terlihat bengkak, akan berpikir, semalam mereka melakukan 'adegan yang liar'.
Ditambah, pagi ini Adrian–yang tampak tenang dengan komentar kakak iparnya–memakai kaos hitam dengan lengan tiga per empat. Tanpa sengaja–atau sengaja–mengekspos bekas gigitan, siapa lagi pelakunya, jika itu bukan Alisha, adik kesayangannya.
Untung saja, alat komunikasi di antingnya belum ia aktifkan, jika tidak, Hilman dan timnya pasti bakal mendengar percakapan absurd ini.
Yahya, ayah mereka menghentikan aksi jahil anak ke duanya, dengan menegurnya.
"Vian, berhenti menggoda adik dan adik iparmu!" Seketika, Alvian terdiam. Meski wajahnya masih tampak berseri. Ingin terus menggoda Alisha.
Aldian mendelik ke arah adik kembarnya. Seketika Alvian benar-benar terdiam, berdeham, memasang wajah serius, dan melanjutkan makan.
Hening beberapa saat, hanya denting sendok dan garpu beradu dengan piring di meja makan di pagi hari itu.
Yahya menghabiskan suapan terakhir sarapannya, dan membuka percakapan, "Kalian akan pergi hari ini?"
"Iya, Pa. Al, ada janji sama editor." Alisha menjawab seraya menatap sang ayah.
"Bukannya hari ini libur?" Alis Yahya terangkat.
Sial! Alisha tiba-tiba lupa hari. Pasti gara-gara Adrian. Huh! Rutuknya dalam hati.
Alisha melegakan tenggorokannya dengan seteguk air putih di hadapannya. Baru kemudian menjawab pertanyaan sang ayah, "Hanya pertemuan biasa, Pa. Kemarin-kemarin, kan, Al gak bisa ke mana-mana." Alisha mendelik kedua kakak kembarnya.
Aldian dan Alvian kompak saling bertukar pandang. "Hei!" Seru mereka bersamaan.
"Kami hanya melaksanakan tugas dari papa." Alvian berisyarat tangan menunjuk sang ayah yang duduk di ujung meja makan.
"Demi kebaikanmu sendiri," sambung Aldian.
Alisha bermuka masam. Menyudahi sarapan paginya, membereskan piring kotor dan membawanya ke bak cuci piring. Ada ARTnya nanti siang yang akan mengerjakan pekerjaan rumahnya.
"Al, berangkat dulu," pamit Alisha pada Yahya, setelah mengambil kunci mobil yang tergantung di dinding.
"Aku antar." Adrian mengulurkan tangannya meminta kunci mobil Alisha. Alisha terdiam sesaat. Duh! Alisha melupakan lelaki satu ini.
Tanpa peringatan, Adrian langsung merebut kunci mobilnya dan menggamit tangan Alisha. "Berangkat dulu, Pa, Kak."
Alisha mengikuti permainan Adrian. Berpura-pura di hadapan ayah dan kedua kakak kembarnya, bahwa mereka benar-benar pasangan suami istri yang akur. Hingga ....
"Lepaskan tanganku!" Alisha berseru, berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tangan Adrian, saat mereka berada di garasi. Dan kunci mobil otomatis telah terbuka.
Adrian memilih mengabaikannya. Membukakan pintu untuk Alisha, baru kemudian melepaskan genggaman tangannya setelah Alisha naik ke mobilnya.
Alisha terlihat gusar. Pandangan matanya mengikuti Adrian yang memutari mobil dan duduk di balik kemudi.
"Terpana?" Alisha tersentak, ternyata Adrian menyadari tatapan matanya. Kemudian memilih memalingkan wajahnya, menatap keluar jendela, dan menggerutu lirih.
'Ge er.'
Adrian tersenyum. Dari sudut matanya, Alisha masih dapat melihat senyuman Adrian yang menawan.
Hah? Menawan? Jaga pandanganmu Alisha! Jangan sampai kau jatuh cinta padanya! Jika tidak, di kemudian hari kau bakal menyesal! Suara di kepalanya mengingatkan.
Kendaraan jenis city car, merah, terlihat melaju meninggalkan kawasan perumahan tempat Alisha tinggal.
"Jakarta?" tanya Adrian setelah beberapa saat mobil serupa milik Mr Bean itu melaju di jalan raya.
"Ya." Adrian langsung berputar arah, mengambil jalur tol untuk menuju Jakarta.
Hening beberapa saat.
"Semalam ...." Alisha membuka percakapan. Adrian terlihat tersentak sepersekian detik, namun ia buru-buru menutupinya. Khawatir ulahnya diketahui Alisha.
Memang nekat dan nakal kau Adrian!
"Semalam, kau yang mematikan lampu, ya?" Adrian terlihat lega. Aman!
"Kau kira siapa lagi?" Alisha menoleh, menatapnya tajam. Adrian tampak fokus memperhatikan jalan. Sesekali matanya melirik kaca spion.
"Aku tidak bisa tidur dengan lampu menyala di malam hari."
"Tahu begitu, kenapa tidak pindah kamar saja!" Alisha kembali terlihat kesal. Gara-gara kamarnya gelap, ia jadi tidak bisa segera menyadari lengan siapa yang melingkari tubuhnya.
Merasa Adrian tidak merespon ucapannya, Alisha kembali berucap, "Kau dengar ucapanku, tidak?"
Mata Adrian tampak fokus pada kaca spion di atas mobil. Ada yang mengikuti mereka ....
****
Follow IG @sere_nity_lee ada ilustrasi bab ini lho ... hehe.