Chereads / ALISHA (PRETENDING) / Chapter 24 - 0024 Kau Menyesal Menikah Denganku?

Chapter 24 - 0024 Kau Menyesal Menikah Denganku?

"Bagus. Lanjutkan pernikahan kalian hingga mendapat keturunan." Kalimat terakhir Yahya membuat Alisha membelalakan matanya.

"Kenapa? Tidak sanggup?" Yahya menatap lekat Alisha, yang terdiam membisu.

"Tidak, Papa. Hanya saja, Al, baru aja datang bulan, semalam." Alisha menunduk malu.

Yahya tertawa, hingga matanya tinggal segaris. Kemudian berhenti tertawa dan memandang Alisha serius. "Jika itu masalahnya, selesaikan baik-baik pertengkaran kalian, sebelum Al ikut ke Bandung."

"Papa gak mau denger, keributan di antara kalian selama di Bandung," tegas Yahya. Kemudian kembali fokus menatap layar televisi. Yang kini beralih menayangkan informasi terkini wisata kuliner

"Baik, Pa." Alisha beranjak dan hendak kembali ke kamarnya.

"Kamu gak makan siang, Al?" tanya Yahya, karena mendapati Alisha hendak menaiki tangga, dan bukannya pergi ke meja makan. Hidangan makan siang untuk Alisha sudah tersaji.

"Al tadi di kantor baru makan kebab. Dan rasanya masih kenyang, Pa," jawab Alisha buru-buru, agar bisa segera meninggalkan lantai satu.

Yahya memberi kode agar Alisha pergi dari sana. Dan, itu yang dilakukan Alisha. Kembali ke kamarnya di lantai dua.

Alisha harus mulai berdamai dengan egonya. Melupakan perasaannya terhadap Hilman. Bukankah pria itu juga tidak pernah menyukai Alisha? Jadi, untuk apa mempertahankan perasaan yang hanya bertepuk sebelah tangan.

Fokus tujuan pernikahan ini adalah menyelesaikan misi dengan baik. Mendapat kepercayaan dari Adrian, agar bisa mendapatkan file yang diinginkan Hilman dengan mudah. Tanpa menumpahkan darah.

Alisha mendesah, sebelum tangannya memutar knop pintu kamarnya. Di balik pintu itu, ada Adrian yang tengah tertidur. Entah apa yang akan Alisha lakukan di dalam kamarnya dengan pria itu. Alisha tidak memiliki ide. Setiap kali memulai sesuatu, selalu berakhir dengan pertengkaran. Jangan sampai Adrian tidak tahan padanya, dan meminta cerai, sebelum file itu berada di tangan Alisha.

Pintu kamar terbuka perlahan. Alisha mengintip sebelum membuka lebih lebar pintu kamarnya. Setelah yakin Adrian masih tertidur, barulah Alisha membuka pintu kamarnya lebih lebar, agar bisa masuk.

Alisha duduk termenung menatap bayangan dirinya di dalam cermin riasnya. Membayangkan kehidupan pernikahannya dengan Adrian.

Bagaimana Alisha bertahan dalam pernikahan tanpa cinta? Bisa dikatakan, Alisha terjerumus dalam pernikahan perjodohan ini karena misi yang harus diembannya.

Dan mengapa harus dengan menikah? Tidak cukupkah hanya menjadi sepasang kekasih pura-pura? Jika seperti itu, kan, selepas misi, Alisha bisa saja memutuskan kekasihnya–Adrian, dan mengejar cintanya kembali.

"Apa yang kau pikirkan, hmm?" Adrian tiba-tiba berbicara begitu dekat di telinganya. Membuat bulu kuduk Alisha berdiri.

Hey! Sejak kapan pria itu bangun? Batin Alisha.

"Tidak ada." Alisha berharap Adrian percaya dengan ucapannya.

Sungguh, Alisha tidak pandai berpura-pura. Dan mengapa bisa-bisanya Alisha ikut terjun dalam misi penyamaran seperti ini. Ada yang salah dengan keputusannya dalam memilih ikut dalam misi penyamaran pertamanya. Bisa dipastikan gagal sejak awal.

"Kau menyesal menikah denganku?" Adrian menjauhi Alisha dan duduk di atas ranjang. Memandang ke bayangan Alisha di dalam cermin.

Alisha memandang pantulan bayangan Adrian di dalam cermin. Wajahnya terlihat serius. Apakah Adrian dan ayahnya bersekongkol? Batin Alisha.

Karena sesaat lalu, Yahya juga baru mempertanyakan hatinya dan pilihannya. Sekarang, Adrian pun mempertanyakan hal yang sama.

"Kenapa kau berpikir begitu?" tanya Alisha, yang sungguh terdengar konyol.

Adrian mengangkat bahu. Kedua tangannya di sisi ranjang. Menopang tubuhnya. "Sikapmu yang tidak bersahabat denganku."

"Maaf," jawab Alisha lirih. Memutar tubuhnya agar berhadapan langsung dengan Adrian.

"Aku masih belum terbiasa dengan pernikahan ini ...."

"Kalau begitu, kau harus mulai membiasakan diri," Adrian memotong alasan Alisha.

"Iya." Alisha menundukkan kepala. Baiklah, ini semua salahnya. Seharusnya tidak bersikap barbar di malam yang seharusnya menjadi malam pertama bagi mereka berdua. Malam pertama yang indah dan penuh cinta.

Di manakah cinta itu? Alisha belum menemukannnya. Apakah Adrian sudah?

Adrian beranjak dan mendekati Alisha. Duduk bersimpuh di hadapannya. Memegang lutut Alisha dengan tangan yang satu, dan tangan lainnya memegang bahu Alisha.

"Kalau kau masih menolakku. Tidak ada alasan lain yang bisa mempertahankan pernikahan ini. Aku tidak mungkin mempertahankan wanita yang tidak menyukaiku."

Alisha mendongak, menatap ke dalam mata hazel milik Adrian. Bertanya-tanya dalam hatinya, apakah Adrian sama seperti Yahya? Memberinya ultimatum?

"Kau ingin aku bagaimana, Ian?"

"Setidaknya belajar menyukaiku. Meski kau mungkin enggan. Aku tahu, siapa yang sudah mengisi hatimu, Al." Adrian menunjuk dada Alisha, nyaris menyentuhnya.

Alisha beranjak, berusaha melepaskan diri dari Adrian. Tanpa kata, tanpa peringatan, menarik wajah Adrian mendekat ke wajahnya, dan memberikan ciumannya. Membuat Adrian terkejut.

"Itu yang kamu mau, kan, Ian?" ucap Alisha datar. Kemudian membebaskan diri, merebahkan tubuhnya di ranjang. Mengabaikan Adrian yang masih tampak bergeming. Menutup mata dengan lengannya.

"Apa itu tadi?" tanya Adrian setelah hilang rasa terkejutnya.

Alisha mengangkat lengan yang tadi digunakan untuk menutup matanya. Mendesah kesal. "Ciuman!" Alisha kemudian membalikan badannya memunggungi Adrian.

Haruskah hal itu dibahas? Bahkan meski Alisha melakukannya setengah hati, seseorang di sana pasti mendengarnya. Menyebalkan! Tidak ada privasi sama sekali.

Alisha menunggu. Seseorang atau siapa pun di ruang kendali sana yang mendengarkan percakapan mereka, untuk berbicara sesuatu.

Lima menit berlalu, dan tidak ada seorang pun yang berbicara. Bahkan Adrian kini memilih ikut merebahkan diri di sampingnya. Dan sepertinya kembali tertidur.

Programmer seperti Adrian ternyata gemar sekali tidur. Alisha harus memperhitungkan lamanya Adrian tidur. Siapa tahu berguna untuk menjalankan aksinya nanti saat di Bandung.

Alih-alih tertidur, Alisha di siang itu memperhatikan lamanya Adrian tertidur. Menatap wajahnya yang terlihat tenang. Alisha baru tahu, Adrian memiliki bulu mata yang lebat dan juga lentik. Alisnya yang tebal, terbentuk sempurna. Rahangnya yang kokoh. Serta dagunya yang terbelah. Kulit wajahnya terlihat bersih. Apakah Adrian melakukan perawatan wajah?

Bibirnya tebal dan berisi, Alisha akui sesaat tadi begitu menggoda. Untung Adrian tidak membalas ciumannya yang tiba-tiba. Entah apa yang akan terjadi, jika Adrian sempat membalas ciumannya. Alisha masih datang bulan.

Hey! Mengapa pikiran Alisha meracau ke mana-mana?

Sepertinya, rencana untuk pergi ke Bandung, harus dipercepat dari rencana awal. Semakin cepat semakin baik. Semakin cepat memulai misi, semakin cepat misi itu berakhir.

Mendapatkan file yang begitu diinginkan oleh para petinggi BIN, maka tugas pertama Alisha selesai. Selanjutnya, terserah Alisha akan melanjutkan pernikahan ini atau tidak.

Ya, Alisha sudah membulatkan tekad. Akan menjalankan misi ini dengan sepenuh hati. Meski harus menyerahkan diri sepenuhnya kepada Adrian. Rasanya tidak akan sesulit itu, bukan?

Malam pertama. Konon katanya rasanya begitu menyakitkan bagi wanita, tetapi para pria menyukainya. Apa Adrian akan menyukainya juga? Berapa lama pria ini melajang? Tiga puluh tiga tahun. Dan selama itu, apakah Adrian masih perjaka? Seperti Alisha yang tetap menjaga keperawanannya hingga usianya dua puluh lima tahun.