You don't even need a gun
You don't even need a pill
If you ever wanna die
Fall in love and you'll get killed
(Unknown)
***
Hilman baru saja bergabung dengan agensi yang berada di Bogor. Dengan kecakapannya dalam hal ilmu bela diri, ia diminta untuk melatih beberapa personel yang baru.
Ada satu wanita muda yang menarik hatinya. Gerakannya sangat gesit dan luwes, berhasil melewati semua rintangan dan jebakan yang dipasang oleh tim divisi lapangan.
Kekagumannya makin menjadi, saat melihat wanita muda itu bertarung. Satu lawan satu, satu lawan dua, hingga dalam sekali serangan melawan lima orang sekaligus. Tangguh!
Ketahanan fisiknya benar-benar baik. Sangat prima, untuk ukuran seorang wanita. Ia pun mulai menguji dengan bertarung melawan wanita muda itu.
Alisha sudah berada dalam posisi siap bertarung. Melebarkan kedua kaki selebar pundak, menekuk sedikit kedua lututnya, sehingga tidak berdiri tegak sepenuhnya. Sikap ini dilakukannya agar tetap seimbang sehingga tidak terlempar ke tanah. Bersikap santai. Melompat sedikit ketika menyesuaikan posisi dengan mengambil langkah-langkah kecil, dan tetap mengangkat kedua tangan ke atas untuk melindungi wajah.
Mengatupkan gigi untuk memperkecil kemungkinan mengalami patah rahang jika terkena pukulan.
Dan, pertarungan dimulai.
Alisha melancarkan serangan terlebih dahulu. Hilman, tentu saja dengan lihai berhasil menghindari serangan pertama hingga ke enam Alisha. Dengan pongahnya, menjulurkan tangan kanannya, memberi isyarat untuk maju—menantang dengan mengejek.
Serangan ke tujuh, hampir mengenai pelipis Hilman. Hilman menahan serangannya dengan mengunci kedua tangannya di depan dada Hilman. Kemudian dengan gerakan cepat telah mendekap Alisha dari arah belakang. Lagi-lagi Alisha gagal, membuat Hilman tergelitik untuk menggodanya dengan jarak sedekat ini.
"Hanya ini kemampuanmu?" sindirnya di telinga Alisha.
"Buka kacamata hitammu! Kau memuakkan." Wow, kata-kata pedas meluncur dari bibirnya.
Hilman memang sengaja mengenakan kacamata hitamnya, untuk mengelabui lawannya, karena tidak bisa membaca gerakannya melalui gerakan mata.
Alisha mencoba membebaskan diri dengan menginjak punggung kaki Hilman. Mendaratkan tumitnya sekeras mungkin pada punggung kaki lawannya dan menunggu Hilman berteriak kesakitan. Namun, ternyata Hilman mampu menahan rasa sakit yang mendera punggung kakinya. Tangannya masih tetap mendekap Alisha dari arah belakang.
Tidak menyerah, Alisha mengayunkan kepala ke arah belakang. Menghempaskan kepalanya ke belakang hingga mengenai hidung Hilman. Lagi-lagi Hilman berhasil mengelak.
"Hanya itu saja usahamu, heh?" Hilman lagi-lagi memprovokasi Alisha.
Dengan sekuat tenaganya, Alisha menyerang dagu Hilman, dengan gerakan cepat kemudian memiringkan badan dengan cukup miring, dan membanting tubuh Hilman ke tanah dan menahannya di tanah dengan menekan punggungnya.
"Satu nol!!" seru Alisha, dengan masih menekan punggung Hilman ke tanah.
Ya! Alisha, meski tidak langsung bisa merobohkan dirinya, wanita itu berhasil mengalahkannya. Tak hanya teknik bela dirinya yang berhasil dikalahkan, namun hatinya juga. Saat itu, Alisha belum mengetahui siapa Hilman.
Hilman terkenal sebagai pria berhati es. Pikirannya hanya untuk negara. Sangat langka, ia bisa tertarik pada lawan jenis, namun bukan berarti Hilman penyuka sesama jenis. Dia pria normal, yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Itu saja.
Waktu berlalu, Hilman kembali ke agensi di Jakarta. Dia mendapat tugas baru, mengawasi kakaknya, Adrian.
Adrian kedapatan telah berhasil membobol sistem keamanan tingkat tinggi, yang sangat rahasia, milik negara. Ada satu file data yang sangat rahasia, yang berhasil ia ambil, dan file data utamanya telah dihapus dari sistem data base, tanpa salinan atau backup.
Para petinggi, sudah mencoba memanfaatkan para hacker, ahli koding, untuk mengambil kembali data itu kembali, namun selalu gagal, dan perangkat mereka malah terkena virus.
Ia pun meminta Hilman mencari tahu, wanita seperti apa yang disukai kakaknya itu. Agar bisa dijadikan agen mata-mata sekaligus umpan, untuk mendapatkan kembali file tersebut dari dalam.
Hilman akhirnya kembali ke Bandung, berpura-pura menginap di apartemen Adrian, untuk menyusup. Mencoba mencari sendiri file itu. Namun, nihil. Data itu disembunyikan dengan dengan rapi.
Saat Adrian pergi dari apartemennya untuk suatu keperluan, Hilman mulai memeriksa apartemen itu, sekali lagi, untuk mencari petunjuk. Tanpa sengaja, Hilman lantas menemukan satu album foto berisi foto-foto seorang gadis. Mulai dari usia belasan tahun, hingga dewasa.
Foto-foto itu diambil secara diam-diam. Seolah-olah yang mengambil foto adalah seseorang yang terobsesi pada gadis yang telah beranjak dewasa itu. Hilman baru menyadari, gadis itu adalah personel baru di agensi setelah melihat dengan seksama metamorfosis gadis lugu tersebut.
Ternyata, mereka menyukai wanita yang sama. Hilman lantas mengembalikan album foto itu ke tempatnya kembali, agar Adrian tidak curiga.
Penemuannya ini kemudian dilaporkan kepada atasannya. Jadilah ia ditugaskan menjadi supervisor wanita, yang akhirnya ia ketahui bernama Alisha. Menyingkirkan perasaannya dan membantu Adrian untuk bisa menikah dengan wanita bernama Alisha itu.
Segalanya terasa mudah, saat ibunya, Regina, memberitahukan perihal perjodohan antara Adrian dengan keponakan temannya, Alisha. Berangkatlah mereka untuk menemui Alisha di sebuah mall di Bandung.
Alisha, kala itu tidak langsung mengenalinya, karena Hilman hanya beberapa kali berinteraksi dengannya selama di Bogor.
Tanpa disangka, Hilman yang saat itu sudah memasukkan diam-diam alat penyadap, mendengar percakapan antara Alisha dan Mia. Bahwa Alisha, tertarik padanya.
Hatinya saat itu sempat dilanda keraguan. Tetap melanjutkan misi, dan kehilangan wanita yang dicintainya, yang ternyata memiliki ketertarikan yang sama dengannya. Atau keluar dari misi dan memperjuangkan cintanya. Hilman memilih mengedepan misi, demi negara, di atas kepentingan pribadinya.
Jadilah ia bertindak menjadi orang brengsek, melecehkan Alisha, agar Alisha membencinya. Namun, usahanya tidak berhasil.
Rasa suka yang tumbuh di hati Alisha telah berkembang menjadi cinta. Dan itu menjadi pilihan yang sulit. Ketika Alisha, dengan tidak tahu malunya, menyatakan perasaannya.
Hal serupa kembali terjadi saat acara lamaran, Alisha kembali membuat goyah pertahanan Hilman. Pilihan harus ditegaskan. Karena, Alisha harus tetap berada dalam misi. Memberinya pilihan, siapa yang harus keluar dari misi.
Dan akhirnya Alisha mengalah, tetap berada dalam misi. Meski, lagi-lagi ujian datang kala Alisha terlibat pertarungan yang tidak seimbang. Membuat jantungnya berdetak tidak normal, kala harus berduaan dengan Alisha dengan jarak yang nyaris tidak ada. Kondisi Alisha yang lemah, membuatnya sedikit terenyuh. Ingin melindunginya.
Namun, dirinya lantas tersadar, setelah melihat Adrian, yang mengurus Alisha, saat ia lemah dan kelelahan setelah bertarung dengan tidak imbang. Meninggalkannya bersama Adrian. Kakaknya lebih berhak, karena Alisha calon istrinya.
Mengubur dalam-dalam perasaannya, adalah satu-satunya cara agar dirinya tak lagi goyah. Hingga tiba saat hari pernikahan kakaknya dengan Alisha, hatinya kembali merasa cemburu melihat kedekatan Adrian dengan Alisha. Semua di luar kuasanya. Pesona kecantikan Alisha sudah membuatnya lemah.
Dia harus menyerah pada titik ini. Agar tidak semakin terluka. Setelah malam pertama mereka nanti, Alisha telah menjadi milik Adrian seutuhnya. Dan memang begitu seharusnya.
***
.
.
.
Jadi penggemar setia AP [Alisha (Pretending)] dengan memberikan POWER STONE atau GIFT untuk cerita ini.
Baca juga ceritaku yang lain ya:
Elegi Cinta Asha
Mendadak Menikah
Jangan lupa, dukung cerita-cerita ini dengan POWER STONEnya ya. Satu power stone akan mendapatkan fastpast voucher untuk membuka bab terkunci gratis.
Cara mendapatkan Fast Past:
1. Mengeluarkan POWER STONE untuk cerita ini.
2. Mengeluarkan ENERGY STONE
3. Log In
4. Membuka bonus iklan di aplikasi Webnovel
5. Menukar poin waktu membaca