Chereads / Penyihir Pemanggil / Chapter 13 - Berlatih Dengan Keras

Chapter 13 - Berlatih Dengan Keras

Aku dan juga Mielda beristirahat sejenak di sebuah bukit di mana kami pun menggelar sebuah karpet yang mana kami guna kan untuk menghidang kan makanan kami, setelah kami menggelar karpet tersebut, di mana kami berdua mencoba menghidang kan sebuah makanan yang mana membuat kami sangat ingin untuk bisa melaku kan sebuah hal yang membuat kami menikmati hari yang tersisa dan juga membuat kami sangat senang, ku lihat senyuman di wajah nya ketika aku menggelar karpet bersama dengan dirinya.

Setelah kami selesai menggelar karpet kami di atas sebuah bukit yang di penuhi dengan rumput hijau, begitu subur dan juga indah pemandangan yang kami lihat, desiran angin yang menghembus membuat kami merasa kan sejuk nya hembusan angin yang kami rasa kan, pohon tinggi yang menjulang dengan rindang nya, daun – daun di atas nya menutupi matahari yang menyinari membuat kami merasa kan sebuah kenikmatan di atas bukit saat kami beristirahat, terlena sejenak dengan keadaan yang bisa kami nikmati, dan entah sampai kapan kami bisa menikmati keadaan seperti ini, sebab di depan nanti apa yang menunggu kami, masih menjadi sebuah misteri yang harus kita nikmati .

" Indah nya Felso " Mielda mengarah kan wajah nya kepada ku, dengan sebuah senyuman dan mata yang sedikit tertutup, alis mata, raut wajah, rambut yang terurai oleh angin, membuat ku membeku untuk beberapa saat ketika menatap nya, sambil memegang makanan dia pun kembali menyantap nya setelah selesai mengucap kan kalimat tersebut .

Kami pun menikmati suasana siang ini dengan sebuah senyuman sambil memakan semua makanan yang ada di hadapan kami, tepat tadi pagi, ketika aku hendak berangkat ke tempat latihan yang akan kami kunjungi, di mana aku pun membawa makanan dan minuman yang sudah ibu ku siap kan, sebab sesaat setelah aku sarapan, masih ada makanan yang sengaja sudah di siap kan oleh ibu ku, dan menyuruh diri ku untuk membawa nya agar bisa di makan saat siang hari.

Benar – benar sebuah makan siang dengan nuansa yang sangat estetik, di mana desiran angin yang berhembus, di tambah dengan bunga di sekeliling serta rumput yang bergoyang, kami bertiga, aku, Mielda, dan juga Punsi membuat kami menghabis kan makanan kami dan terlihat wajah yang penuh senyum ketika memakan makanan, membuat ku mengerti kebersamaan memang sangat amat menyenang kan untuk terus di nikmati dan di syukuri, dan entah esok akan seperti apa, yang terpenting bagaimana kami melaku kan yang terbaik yang kami bisa saat ini.

"Ah kenyang sekali rasa nya . . . " Setelah menghabis kan makanan nya, Mielda pun merapih kan semua bekas sisa makanan yang masih ada, kemudian kami pun berdiri sambil merapih kan semua sisa makanan kami, dan juga kembali menggulung karpet yang sudah kami pakai bertiga, di mana Punsi memang belum terlalu bisa untuk membantu kami, di karena kan badan nya yang kecil dan hanya bisa untuk mengguna kan sihir bila harus melaku kan sesuatu, namun demikian bila dia banyak mengguna kan sihir nya membuat dia akan cepat kelelahan dan harus kembali ke dunia mereka.

" Waah rasa nya enak sekali makanan di dunia ini " Ucap Punsi sambil tersenyum dan terbang berkeliling di karena kan sudah memakan dengan sangat senang nya diri nya pun terbang berkeliling mengitari aku dan juga Mielda.

" Iya kebanya kan makanan di dunia kami memang di hidang kan dengan bumbu dan juga kualitas makanan yang sudah terjaga, di tambah lagi pengalaman dalam memasak dan juga penambahan bumbu yang sangat menarik membuat dunia ini memiliki berbagai macam makanan yang sangat enak untuk di santap dan juga sangat nikmat ketika kita nikmati " Ucap ku yang menjelas kan kepada Punsi yang mana membuat kami sangat menikmati apa pun yang barusan tersaji, apa lagi makanan tersebut merupa kan makanan yang kami dapat kan dari bekal yang di bawa kan oleh orang tua ku dan juga orang tua Mielda.

" Yuk kita kembali untuk berlatih Felso " Mielda dan aku yang sudah merapih kan makanan dan juga minuman , serta sudah memberes kan semua nya dan juga membuat kami menyelesai kan makan siang dengan sangat senang serta dengan begitu membuat kami sangat senang dan juga membuat kami benar – benar merasa kan sebuah kenikmatan dari makan siang yang sudah orang tua kami sama – sama buat kan dan juga membuat kami sangat ingin untuk bisa memberi kan sebuah hal yang sangat amat untuk bisa di beri kan pada sebuah hal yang sangat besar kedepan nya.

Kemudian aku dan juga Mielda pun segera bangkit dari tempat kami duduk dan juga bersiap – siap untuk kembali berlatih di tempat yang sangat lapang dan juga sangat membantu kami untuk bisa mengeluar kan kemampuan terbaik kami.

Lalu aku dan juga Mielda kemudian segera untuk ke tengah lapangan dan juga segera untuk melatih kemampuan kami bersama dan dengan ini juga aku segera menonton Mielda yang mana diri nya akan menguasai sihir bintang dua lanjutan dari sihir es yang biasa dia gunakan.

Kemudian Mielda pun mengarah kan tangan nya ke atas dan mengeluar kan terlebih dahulu sihir bintang satu yaitu dengan membentuk air di tangan nya dia pun menjulur kan tangan nya ke atas dan seketika pusaran air tepat di tengah tangan nya membuat nya membentuk sebuah busur panah dan juga kemudian membuat nya membeku menjadi sebuah anak panah es yang sangat padat dan begitu dingin di sekitar nya , kemudian Mielda langsung melempar kan anak panah tersebut ke sebuah pohon yang berada cukup jauh dari pandangan kami dan mengenai beberapa pohon di depan nya namun masih kurang keras sehingga ketika sihir nya menabrak pada sebuah pohon hanya membuat nya membeku di luar kulit pohon nya saja tanpa bisa menembus nya.

"Wah hanya terkena kulit pohon nya saja Mielda, seperti nya kamu harus lebih memadat kan nya lagi dengan lebih berkonsentrasi saat melepas kan sihir mu" Ucap ku kepada Mielda yang mana membuat nya juga melempar kan beberapa kali sihir nya namun masih terkena kuliat luar pohon nya saja tanpa bisa mengenai pohon tersebut, dan juga membuat nya harus terus menerus mengeluar kan banyak sekali energi sihir sehingga dia pun tanpa tersadar sudah semakin lelah dan terduduk karena selain banyak mengeluar kan energi sihir, dia juga kepanasan akibat teriknya matahari yang begitu menyengat badan nya.