"Dasar anak-anak nakal" Ucapku yang membiarkan orang-orang yang menjahiliku pergi.
"Tidak apa-apa kah bila kamu melepaskan mereka Felso" Punsi yang bertanya kepada diriku akan hal itu.
"Tenang saja, mereka tidak terlalu kuat" Aku tersenyum dan segera pulang kerumah.
"Aku istirahat dulu, sepertinya aku sangat mengantuk, selamat malam Felso, sampai jumpa besok" Ucap Punsi yang kembali kerumahnya sendiri.
"Selamat malam Punsi, selamat beristirahat" Jawabku yang mengakhiri percakapan malam ini.
"Kalau begitu aku juga pergi dulu" Ucap Golra yang juga pulang Bersama Punsi ke dunia mereka.
"Terima kasih Golra" Ucapku yang melambaikan tangan kepadanya.
Untuk memanggil makhluk-makhluk itu aku membutuhkan mana yang cukup besar, dan kapasitas manaku saat ini yang masih terbatas, membuat diriku hanya bisa memanggil makhluk-makhluk yang tidak begitu kuat.
Hanya Punsi yang tidak memerlukan mana saat pemanggilan, dia menggunakan mananya sendiri dan Punsi sendiri juga bukan tipe petarung namun dia sangat berguna dalam pertarungan, bisa di bilang dia tipe pendukung yang paling sempurna.
Gelap sekali malam ini, lampu-lampu di jalan juga redup dan aku harus segera pulang, udaranya juga begitu dingin, apa Mielda tidak apa-apa ya di jalan, aku jadi khawatir.
Aku pun kembali membuka kitab sihirku dan melihat apakah ada makhluk yang bisa membantuku menghangatkan badan dan juga membuat jalanan menjadi lebih terang.
Setelah aku membaca ku dapati di kitab ini bahwa ada makhluk yang tidak begitu kuat namun cukup berguna jika hanya digunakan untuk menghangatkan badan ataupun menerangi jalan, tiga makhluk ini adalah tiga api kecil.
"Dengan mengorban manaku ku panggil tiga api kecil ke dunia ini" Aku membaca mantra pemanggilan dan keluarlah tiga api kecil dengan wajah yang cukup lucu.
Mereka sepertinya tidak dapat berbicara hanya saja mereka memiliki mata, memiliki wajah serta mulut namun hanya tertawa-tawa saja, memang benar mereka tipe pendukung juga sepertinya dan tidak begitu kuat.
"Kalian temani aku ya sampai kerumah karena cuaca begitu dingin dan jalanan sangat gelap" Kataku.
Mereka hanya tertawa-tawa dan mengikutiku kemudian membuat sebuah api yang cukup menghangatkan badanku, benar-benar berguna, jalanan pun menjadi terang, di mana dua api berada di sisi kanan dan kiri ku membuat badanku cukup hangat, dan satu apinya lagi berada di depan menerangi jalan, aku pun sampai ke rumah ku.
"Terima kasih, kalian kembalilah" Ucapku yang menyuruh mereka untuk kembali ke dunia mereka sendiri.
Aku pun dengan segera menuju ke dalam rumah, ku buka pintu gerbang, ku lihat di dalam rumah sangat gelap, pikirku mungkin orang tua ku sudah tidur lebih dulu, yah sudah lah.
Aku pun membuka pintu dan tak ku dapati siapapun, mungkin orang tua ku sudah ada di kamar mereka sendiri, aku pun dengan segera masuk kamar mandi dan tidak lupa membawa handukku, dengan segera aku membersih kan badanku.
Selesai membersihkan badan segera aku menuju ke kamarku dan merebahkan badanku,tanpa terasa aku pun terlelap dalam tidurku.
"Felso cepat bangun, sarapan sudah siap, nanti kamu bisa terlambat mengikuti ujiannya" Ibuku yang sudah menyiapkan makanan segera membangunkan ku dan aku pun bersiap-siap untuk sarapan.
Aku pergi ke kamar mandi dan membersihkan badan kembali lalu segera ke meja makan dan bersiap-siap menyantap makanan, selesai menyantap makanan aku berbicara dengan kedua orang tua ku sebentar kemudian aku berpamitan untuk segera berangkat ke tempat ujian.
"Mielda" Ucapku di depan rumahnya, dia sudah sangat siap dengan berpakai begitu rapihnya.
"Ayo kita berangkat ini sudah mau mulai" Katanya sambil merapihkan rambut, kami pun dengan segera menuju ke tempat ujian.
Padat dan begitu sesak, bahkan untuk mendaftar saja benar-benar sangat ramai, lalu datanglah seorang petugas yang meminta semuanya untuk berbaris lebih rapih, semua orang pun dengan terkejut mengikuti arahan dari petugas tersebut, karena memang begitu keras suaranya membuat mereka sangat kaget dan langsung berbaris.
Aku dan Mielda berada pada barisan yang sama dimana kemudian kamipun akan segera menuju ke tempat pendaftaran, di tempat pendaftaran sangat mudah, kami hanya di minta untuk memperlihatkan kitab sihir kami agar bisa masuk ke tempat ujian.
Jika lolos semua tahan seleksi kami akan di bagi menjadi empat kelas, yaitu kelas elit, kelas penyerang, kelas pertahanan, dan kelas pendukung, kelas pendukung adalah yang paling rendah dalam ilmu sihir dan akan sangat di sayangkan bila harus masuk kelas pendukung, karena tidak begitu banyak ilmu sihir yang bisa di pelajari, dan juga tidak banyak bisa terjun kelapangan untuk mendapatkan kesempatan bertarung sungguhan.
"Selamat pagi Felso" Punsi yang sudah terbangun dan langsung duduk di pundakku.
"Pagi Punsi, hari ini akan dimulai ujiannya" Ucapku kepada Punsi.
"Kamu pasti bisa, aku yakin" Punsi yang sangat bersemangat dan memikiri pikiran yang positif kepadaku.
"Terima kasih Punsi, aku akan berjuang" Ucapku singkat karena sudah hampir giliranku kedepan.
Mielda pun dengan segera maju kedepan dan menunjukkan kitab sihirnya dan petugas bagian pendaftaran kaget karena Mielda memiliki kitab bintang empat dan masih menyisakan satu slot, memiliki potensi menjadi penyihir bintang lima.
"Waaahh akhirnya dari sekian banyak yang mendaftar ada juga yang memiliki potensi besar seperti ini" Ucap petugas langsung mempermudah Mielda untuk masuk.
"Terima kasih pak" Mielda yang tersenyum dan langsung masuk ke tempat ujian, karena dia tidak ingin berlama-lama menunggu keadaannya.
Aku pun maju dan sepertinya mendapat perlakuan yang berbeda dari Mielda tadi.
"Haduh lagi-lagi orang yang hanya ingin coba-coba" Ucap petugas yang sedikit kesal karena dia tidak melihat bintang sama sekali di kitab sihirku.
"Kurang ajar kamu berani mengatai Felsoku seperti itu, akan ku beri palajaran kaaauu" Punsi yang kesal karena menyebut diriku hanya ingin coba-coba, dengan segera aku menutup mulut Punsi agar tidak mengatakan sesuatu yang lebih.
"Sudah sana masuk, semoga beruntung" Petugas itu mengembalikan kitabku dan mempersilahkan aku masuk.
"Terima kasih pak" Ucapku kepadanya.
"Harusnya kita pukul dia Felso" Ucap Punsi yang masih kesal dengan apa yang di ucapkan oleh petugas tadi.
Kami pun bersiap-siap untuk mengikuti ujian pertama, di mana hasil-hasil dari setiap ujian akan menentukan kami kemana nantinya, setiap orang yang sudah masuk di persilahkan untuk mengeluarkan kemampuan sihir mereka dan mereka harus bisa mengeluarkan sihir masing-masing mereka setidaknya bintang satu untuk penilaian kelayakan.
Lalu berbagai ujian lainnya yang dimana akhirnya akan ada uji pertarungan satu lawan satu di akhir ujian untuk menentukan kelas masing-masing dan hal itu akan membuat mereka di tunjuk oleh ketua dari masing-masing kelas untuk bisa memasuki kelas yang sudah di sediakan, itulah yang paling di tunggu oleh semua orang yang ada.