Erlan sedang membalas pesan dari Daniel dan Sam mengenai perusahaan, perihal proyek yang kemarin mereka tangani.
"Mas, kamu beneran ngajak aku liburan?" tanya Manda yang sedang bersandar didada Erlan. "Nanti dokter Rina marah lagi, bali jauh loh Mas," lanjut Manda. Erlan membuka sesuatu di ponselnya, "Kita bakal kesini," kata Erlan sambil menunjukkan sebuah hotel milik rekan bisnisnya yang kemarin menjalin kerja sama dengan perusahaan Papanya.
"Buat Dokter Rina, kita bicarain dulu."
Manda mengambil ponsel Erlan, menggulirkan layar ponsel itu, melihat-lihat hotel tersebut. Manda tak henti-hentinya berdecak kagum. "Ini bagus banget," ucapnya.
"Terus Bunda? Bunda belum tentu ngijinin Mas," tanya Manda pada Erlan. Erlan mengembangkan senyumannya membuat Manda bingung. "Bunda itu urusan kecil, gampang itu. Kamu maukan?" ucap Erlan sambil menaik turunkan kedua alisnya.
"Maulah," jawab Manda. "Tapi, kamu mau bujuk gimana ke Bunda? Kalau memang gak boleh gak usah loh Mas," lanjut Manda.
"Gampang, tenang, pokoknya Bunda pasti bolehin," jawab Erlan sambil tersenyum misterius. Manda menatap Erlan sambil mengerutkan dahinya.
Sampai suara dari luar membuat Erlan dan Manda menatap pintu kamar Manda yang tertutup itu. Suara yang mereka tunggu.
Manda dan Erlan keluar dari kamar karena adanya suara dari Ayahnya Manda yang terdengar sudah pulang.
Anehnya, Manda berjalan dibelakang Erlan seakan sedang bersembunyi. Sedari tadipun tangan Manda terus meremas baju belakang Erlan. Sampai-sampai baju itu lusuh terlipat tak beraturan.
Erlan mengintip kebelakangnya sebentar, "Kamu tuh kayak abis ketahuan ngapain aja deh Yang. Sini loh kesamping aku," kata Erlan pada Manda.
"Emang abis ngapa-ngapainkan," jawab Manda. "Kitakan tadi dikamar gak ngapa-ngapain Yang," kata Erlan sambil mengingat kejadian dikamar tadi.
Manda mencubit pinggang Erlan membuat laki-laki itu mengaduh kesakitan. "Mesum, maksud aku, aku tuh kan sama ayah... ah taulah Mas!" ucap Manda tak jelas.
"Manda Erlan, loh kapak datangnya?" panggil dan tanya Ayah Manda yang baru saja akan menuju kamar miliknya lalu beliau melihat menantu dan anaknya yang ribut.
Manda menundukkan pandangannya, sedangkan Erlan memegang lehernya. "Udah lumayan lama sih Yah," jawab Erlan pada mertuanya.
"Kok gak ngabarin dulu? tahu gitu tadi Ayah gak lama-lama disananya. Kalian bakal nginep disini?" tanya Ayahnya Manda.
"Gak papa kok Yah, ini dadakan juga. Kayaknya nginep disini Yah, udah malam juga," jawab Erlan lagi. Ayah Manda jelas tersenyum senang mendengar hal itu.
"Manda," panggil Ayah pada Manda yang masih bersembunyi dibalik tubuh Erlan. "Erlan menyenggol tangan Manda mengkode Manda agar menjawab panggilan Ayah.
Manda masih memilih diam, ia mengerucutkan bibirnya dan semakin mengeratkan pegangan tangannya pada Erlan.
Ayah yang melihat itu tersenyum pedih, "Manda masih marah sama Ayah?" tanya beliau dengan tatapan sedih.
Erlan merasa tak enak melihat tatapan itu, ia kembali menyenggol tangan Manda. Manda menggelengkan kepalanya. Ayah Manda melihat gelengan itu jadi merasa bingung.
"Manda gak marah sama Ayah?" tanya beliau.
Manda diam ia malah menyembunyikan wajahnya di punggung Erlan. Manda benar-benar persis seperti anak kecil yang sedang takut dimarahi oleh orang tuanya dan sedang mencari tempat berlindung.
Dalam hati Ayah Manda, ia merasa senang, putrinya sudah tak marah padanya hanya saja ia merasa sedih karena putrinya yang belum mau mendekatinya.
"Ayah... Manda kangen," ucap Manda dibalik punggung Erlan. Erlan dapat merasakan bajunya yang basah. Sepertinya Manda menangis dibalik punggungnya.
"Kalau gitu peluk dong," ucap Ayah sambil merentangkan tangannya meminta Manda memeluknya.
Manda menyeka tangisannya lalu melepas tangannya pada baju Erlan dan berlari menuju ayahnya. "Maafin Ayah ya Nak," ucap beliau.
"Maaf juga Yah."
Manda menangis melepas rindu pada sang Ayah. Begitu pula dengan Ayah Manda yang memeluk rindu putrinya. Erlan yang melihat mereka juga ikut senang, ada sedikit rasa lega di pundaknya. Mungkin karena dirinya berhasil membuat Ayah mertua dan istrinya baikkan.
"Kembar udah makin besar, Kakek sampai gak bisa meluk Bunda kalian," kata canda Ayah Manda sambil melepas pelukannya.
.
.
.
.
Manda jadi benar-benar manja pada ayahnya. Erlan yang mengobrol pada mertuanya, sedangkan Manda bersandar sambil merangkul lengan ayahnya.
Ayah mertua Erlan ini meminta untuk tidak dibahas lagi masalah yang ada, begitu dengan Manda. Sehingga mereka mengalir begitu saja, seakan masalah itu tak pernah ada. Bahkan rasa canggung pun tak ada.
"Oh iya Ayah, jadi Erlan mau minta ijin sama Ayah," ucap Erlan tiba-tiba. Manda dan Ayah Manda langsung menatap tanya Erlan.
"Besok rencananya Erlan sama Manda bakal ke Bali. Erlan pekerjaan disana, sekalian liburan. Bolehkan Yah?" tanya Erlan.
Manda sekarang menatap ayahnya menunggu jawaban Ayahnya. "Ya boleh boleh aja, tapi emang gak papa orang hamil naik pesawat?" tanya Ayah Manda dengan sedikit khawatir.
"Kita bakal konsultasi ke dokter dulu kok Yah, jadi aman kok," jawab Erlan. Ayah Manda menganggukkan kepalanya, "Tapi kalian tetap hati-hati, Manda jangan kecapean, jangan jalan-jalan terus, belanja belanja gak usah lama-lama, nurut juga sama Erlan."
Manda memutar bola matanya, "Iya Ayah iya." Erlan tertawa melihat Manda yang cemberut karena dirinya yang banyak mendapat petuah.
"Udah gak usah cemberut, oh iya kamu masih ingat temen bude kamu yang namanya Marsono?" Manda menganggukkan kepalanya.
"Lihat deh sekarang orangnya." Ayah Manda membuka ponselnya lalu mencari sesuatu di sana. Setelah itu Ayah memberikan ponselnya pada Manda.
Manda yang melihat apa itu langsung tertawa kencang, temen budenya dulu yang demam joget. Bahkan dia memparodikan sesuatu yang lucu-lucu. Manda sampai tak berhenti ketawa, astaga lucu sekali orang ini, sampai lupa umur.
"Ayah, punya nomornya Tante Marisa?" tanya Manda melihat nomor Tante Marisa ada di ponsel ayahnya. Bahkan meraka dua hari lalu saling bertukar pesan.
"Iya, rumah dia ada yang rusak jadi pesan ke sini," jawab Ayah Manda. Erlan melihat Manda yang memandang malas ponsel ayahnya.
"Bukan Ayah kok yang betulin rumahnya, tukan dibawah yang betulin. Hapus aja nomornya gak papa, perbaikannya juga udah selesai," ucap Ayah Manda, ia merasa tak apa karena memang dirinya dan Marisa sudah tak ada apa-apa.
Manda menegakkan punggungnya lalu ia mengutak-atik ponsel Ayahnya. Erlan yang melihat Manda mengutak-atik ponsel mertuanya sambil berwajah datar jadi sedikit deg-degan.
Manda lalu memberikan ponsel ayahnya kembali. "Manda masuk kedalam kamar dulu ya, ngantuk banget," katanya Manda langsung berdiri dan pergi dari ruang tamu meninggalkan Ayahnya dan Erlan.
"Erlan, coba kamu lihat," ucap mertuanya tiba-tiba.
Erlan mengambil ponsel mertuanya, melihat apa yang ditunjukkan. Senyuman Erlan terbit begitu cerah.
(Tante, ini Manda. Tante, minggu depan Manda ada pengajian dirumah mertua Manda. Tante jangan lupa datang ya, Manda tunggu. Terimakasih.)