Manda dan Erlan baru saja turun dari pesawat mereka, saat ini mereka sedang menunggu koper mereka dari bagasi setelah itu mereka akan menuju hotel untuk beristirahat.
Manda dengan dress ditambah jaket jeans milik Erlan dan sepatu sneakers putih-hitam sedang duduk di kursi sambil memakan es krim vanilla.
Es krim yang dapat dibeli atas rasa kasihan Erlan pada Manda yang selalu memandang orang yang sedang makan es krim.
"Ayo Yang, kita sekarang ke hotelnya." Erlan mengambil tas kecil milik Manda yang berada di samping Manda lalu menaruhnya di atas koper mereka.
Manda dan Erlan hanya membawa satu koper besar saja. Mereka hanya beberapa hari saja disini, sampai kondisi dirumah mereka lebih aman.
Manda dan Erlan masuk kedalam mobil, mobil ini adalah sewaan yang akan disewa Erlan selama ada Bali. Manda terus melihat jalanan di kota bali ini. Banyak turis yang berjalan kaki, bentuk rumah-rumah dan pura dirumah meraka berkali-kali menarik perhatian Manda saking bangusnya. Suasana di kota ini juga sangat segar.
Beda sekali dengan dikota tempat tinggalnya. Sudah panas, macet, asap. "Mas, nanti kita ke pantai ya?" pinta Manda pada Erlan.
"Tapi nanti sore ya, Aku hari ini ada pertemuan sebentar," jawab Erlan.
Manda mengerucutkan bibirnya, padahal ia ingin mengunjungi banyak tempat wisata sebelum ke pantai, harus memanfaatkan benarkan? mumpung ada di bali.
"Terus aku di kamar sendiri?" tanya Manda sambil menatap Erlan. "Sebentar doang kok. Apa kamu mau ikut?" Manda langsung menggeleng, ia gak mau diam saja seperti orang aneh didalam sana.
Erlan menarik kepala Manda agar bersandar di bahunya lalu ia melingkarkan tangannya ke pundak Manda. "Mau coba fasilitas hotel? setahu aku ada SPA disana atau kamu pingin yang lainnya?" tanya Erlan.
Manda menggeleng kembali, "Entar aja deh, lihat hotelnya dulu aja," jawabnya. Erlan mengangguk lalu menyandarkan kepalanya diatas kepala Manda.
"Besok baru deh kita pergi kemana aja, terserah kamu nanti aku kasih list beberapa tempat deket situ yang bagu-bagus. Oke?" ucap Erlan pada Manda.
Manda mengembangkan senyumannya, tanpa sadar otaknya sudah membuat daftar apa saja yang akan dilakukan ia besok. "Jadi gak sabar besok deh, tapi janji loh sore ini kita ke pantai," kata Manda memastikan sekali lagi.
"Iya, janji kok," jawab Erlan.
Manda mengelus perutnya ketika merasakan pergerakan anak-anaknya. "Kalian juga gak sabar ya? kita simpan energi hari ini buat nanti sore dan besok ya kembar," ucap Manda didalam hatinya.
.
.
.
.
Erlan dan Manda menata barang-barang mereka, setelah sampai di hotel Manda dan Erlan mendapatkan sambutan sebuah lagu dengan alat musik tradisional.
Manda dan Erlan juga baru saja menunaikan ibadah sholat mereka. "Kamu rapat jam berapa Mas?" tanya Manda sambil menggantungkan pakaian yang akan Erlan gunakan nanti untuk rapat.
"Masih lama kok, tiga jam lagi. Aku rapatnya masih disekitar hotel kok, jadi mepet aja datangnya," jawab Erlan sambil merebahkan tubuhnya diatas kasur.
Manda mengambil sendal hotel itu lalu berjalan mengelilingi kamar hotel ini. Kamar mandi yang begitu luas dengan dua shower dalam satu kamar mandi. Ada bathup yang belum terisi air dan ada banyak bunga mawar berbentuk hati disana, ditambah bathup langsung menghadap pemandangan diluar sana.
Manda berjalan keluar, menuju kolam renang pribadi disana. Angin yang berhembus lumayan kencang, sinar matahari juga begitu terik disini. Manda memajukan langkahnya melihat pemandangan didepan sana.
Betapa indahnya, hotel tempat ia menginap berbentuk undak-undakan, dibawah sana ada kolam renang besar dan juga taman yang biasa disewa untuk pernikahan. Pantai biru dan pasir putih dibawah sana juga sangat mempesona, ditambah dukungan awan yang dilukis sang Pencipta begitu eloknya.
Manda merasakan angin sambil memejamkan matanya, jika dulu saat SMA ia datang untuk study tour, sekarang ia datang untuk berlibur, bersama pasangan hidup.
Manda membuka matanya ketika merasakan sebuah pelukan dari belakang tubuhnya. Manda melihat kesamping dimana Erlan yang memeluknya, meletakkan kepalanya dipundak kanan Manda dan menatap Manda dengan senyumannya.
Manda memegang tangan Erlan yang memeluknya lalu menatap ke depan kembali. "Kita sore ke pantai bawah situ yuk Mas," kata Manda.
Erlan mengangguk, "Mau coba berenang gak?" tanya Erlan pada Manda. "Ini cuma satu meter, gak dalam banget," lanjut Erlan pada Manda.
"Boleh, tapi jangan ngerjain aku loh," kata Manda memandang Erlan was-was. Erlan tertawa mengingat ketika ia mengerjai Manda di kolam renang rumahnya. "Iya, engga ada jahil-jahilan," janji Erlan.
Erlan melepas pelukannya, lalu Manda berjalan masuk kedalam kamar. Sedangkan Erlan melepas baju atasannya membuat badan kekar atletisnya terpapang.
Manda mengganti bajunya dengan baju kain panjang yang mencetak jelas bentuk tubuhnya. Dan juga celana panjang yang mencetak kakinya. Erlan yang sudah masuk kedalam kolam membantu Manda untuk turun ke kolam.
"Mau nyoba ini gak? pijitan air ini," kata Erlan sambil menunjuk sisi kolam yang terdapat besi untuk tiduran.
Erlan menekan tombol ditepi kolam membuat air meluap-luap disana. "Kamu tinggal tiduran aja di besi itu, sini sama aku," kata Erlan sambil menarik Manda menuju tempat itu.
Manda menyandarkan tubuhnya disana, sensasi air hangat dan luapan itu seakan memijit punggung Manda. Ini membuatnya semakin rileks. "Enakkan?" tanya Erlan yang juga sedang menikmati pijitan air ini, Manda mengangguk menyetujui kata Manda.
Erlan melihat kesamping, dimana Manda yang memejamkan matanya sambil menikmati pijitan itu. Kemarin saat mereka cek keadaan kembar, Dokter Rina membuat Erlan terkejut.
Ia mengatakan bahwa berat si kembar sangat berat, walau masih normal tapi untuk ukuran usia Manda dan riwayat kesehatan Manda ini jelas berbahaya. Erlan merasa bersalah ketika tahu salah satu penyebabnya adalah pikiran.
Pasti selama Erlan tak bersama Manda, Manda sangat kepikiran Erlan atau kepikiran yang lainnya sampai membuat Manda seperti. Erlan juga mengabaikan pesan Manda selama ia berada di luar kota. Bahkan foto kembar pun Erlan tak melihatnya.
Jika saja Sam dan Daniel tak membujuk Erlan mungkin saja sekarang Erlan masih marah pada Manda. Dan membiarkan Manda melewati masa sulitnya sendiri.
"Mas, ke sana yuk," kata Manda memecahkan lamunan Erlan. Manda menunjuk di bagian ujung kolam untuk melihat pemandangan dibawah sana. Manda turun lalu menuju ujung kolam itu.
Manda melihat pemandangan yang berada dibawahnya, rerumputan yang memang sengaja dipasang agar menambah kesan indah. Manda melipat tangannya diatas tepi kolam lalu menaruh dagunya diatas lipatan tangan itu.
"Bagus banget ya Mas," ucap Manda ketika Erlan berada di sampingnya. Erlan mengangguk karena memang tempat ini indah sekali.
Erlan menatap Manda yang sedang menatap pemandangan dibawah sana. "Man," kata Erlan tiba-tiba.
Manda yang merasa aneh dengan panggilan Erlan memanggilnya dengan nama. Biasanya Erlan akan memanggilnya dengan sebutan 'Yang', Manda menatap Erlan.
Erlan menegakkan tubuhnya lalu merapatkan tubuhnya dengan tubuh Manda. "Aku.. minta maaf, Dokter Rina bilang kalau keadaan si kembar-"
Manda meletakkan telunjuknya dimulut Erlan membuat kata-kata Erlan terputus. "Kita kan udah janji buat gak bahas itu lagi," ucap Manda.
"Aku gak bisa gitu aja lupain Man, ini masalah si kembar dan salah satu penyebabnya itu Aku. Kalau aja waktu itu aku gak langsung marah, kalau aja waktu itu aku dengerin kamu dulu, kalau waktu itu aku gak mengabaikan semua pesan kamu, kalau aja-" Omongan Erlan terputus ketika tangan Manda membawa kedua tangan Erlan ke perut Manda.
"Kata Dokter Rani itu masih normal kok, lagian itu salah aku juga gak atur pola makan. Males olahraga juga padahal kamu sering ajak aku. Kembar gak papa kok Mas, meraka malah banyak gerak sekarang," kata Manda. Erlan masih merasa bersalah, ia merasa dirinya bodoh, padahal Bundanya selalu memperingatinya, mengajarinya menghadapi istri yang sedang hamil.
"Udah ah, kita tuh mau liburan," kata Manda memecahkan keheningan dan menghentikan pembicaraan ini.
Manda berjalan keluar dari kolam, "Aku udah ya renangnya, tangan aku udah mulai keriput nih," kata Manda sambil menunjukkan jari tangannya yang mulai mengkerut.
Sebenarnya Manda sedikit malas jika renang, entahlah dia memang paling tak suka berolahraga lebih nikmat menonton televisi atau rebahan.