Hujan yang masih mengguyur kota dengan suara gemuruh yang sesekali terdengar begitu menggelegar tak membuat dua insan itu berhenti.
Ditengah temaramnya ruangan dan suara binatang malam yang mulai terdengar seakan tak menganggu aktivitas mereka.
Manda memegang kedua bahu Erlan untuk menyanggah tubuhnya. Kedua tangan Erlan masih memegangi pinggang Manda yang berada di atasnya. Dada Manda naik dan turun mengambil oksigen sebanyak-banyaknya, mengisi rongga dadanya. Karena sudah sangat lelah Manda merebahkan tubuhnya di samping Erlan membuat penyatuan mereka terlepas.
"One more?" bisik Erlan yang langsung di balas gelengan kepala oleh Manda. Erlan mengecup kening Manda lalu menarik selimut putih itu agar menutupi tubuh polos Erlan dan Manda.
Sedangkan Manda sudah memejamkan matanya sambil terus mengatur nafasnya. Erlan menatap Manda yang tampak kelelahan, wajar saja Manda kelelahan mereka melakukannya berulang kali dengan waktu yang lama, entah berapa jam mereka lewati.
Ketika deru nafas Manda sudah berangsur-angsur teratur dan tenang, Erlan mematikkan lampu membuat ruangan ini gelap gulita. Suara air yang jatuh dan saling bersaut-sautan menjadi harmoni teman tidur mereka.
Erlan mengecup kening Manda lama, lalu bibir Manda yang bengkak itu. Ia melihat wajah Manda lekat-lekat yang tertutup sang gelap. Erlan merasa sedikit tak menyangka ia bisa menaruh hatinya dengan cepat dan juga merubah pola pikirnya tentang wanita di luar sana hanya karena Manda.
Wanita yang paling ia syukuri karena mau bersamanya. Yang memilih menyerahkan seluruh hidupnya pada Erlan. Wanita yang amat kuat dimata Erlan.
Dan Erlan akan menebus semua rasa bersalahnya dengan membahagiakan wanita kuat dan mandiri ini yang kadang bisa menjadi manja dan ceroboh.
"I Love You my wife."
Erlan menurunkan tubuhnya lalu mengecup bertubi-tubi perut Manda. "Kembar sayang, kalian udah tidur ya?" kata Erlan dengan sangat pelan. Takut menggangu Manda yang sedang tidur. Erlan tertawa ketika ia menanyakan hal ini pada seorang janin.
Erlan semakin merapatkan dirinya pada perut Manda. Membuat dahi dan hidungnya menyentuh kulit polos Manda. Erlan menatap perut Manda seakan menatap ketiga anaknya.
"Maafin Ayah ya Sayang, Ayah memang salah, udah cuekin kalian sama Bunda, bikin Bunda khawatir sama Ayah, gak perhatian sama Bunda dan kalian. Maafin Ayah ya Kembar Sayang." Erlan menatap perut Manda dengan raut dan rasa bersalahnya. Benar kata Bundanya, tak seharusnya ia menghukum Manda seperti ini, karena efeknya tak hanya Manda tapi kembar juga.
"Terimakasih kamu selalu ingetin dan jagain Bunda selama Ayah gak ada. Terimakasih masih kuat didalam sana. Ayah bangga dan senengnya pakek banget sama kalian. Sekarang malah Ayah malu sama kalian."
"Ayah malu, gak bisa jagain Bunda dan kalian, malah jadi alasan kenapa kalian gini. Ayah malu, malu sama tingkah Ayah yang labil padahal Ayah ini kepala keluarga dan sudah berjanji akan jaga kalian. Kalian jangan tiru Ayah yang seperti itu ya, kalian harus jagain Bunda, dengerin kata Bunda, ingetin Bunda juga kalau Bunda nakal. Ayah sayang banget sama kalian." Erlan mengelus perut Manda seakan-akan dia mengelus anak-anaknya.
"Sehat-sehat didalam sana ya Sayang Sayangnya Ayah," ucap Erlan dengan hatinya yang menekan kuat dan air mata yang meronta akan keluar.
(Flashback On)
"Jadi Erlan belum tahu?" tanya kaget Dokter Rina pada satu pasangan muda didepannya itu.
Manda menundukkan kepalanya, dibawah sana tangannya saling meremas dan jari kakinya bergerak gelisah. Erlan yang tak paham memandang Manda dan Dokter Rina bergantian dengan tatapan bingung.
Dokter Rina menghela nafasnya, melihat Manda yang gelisah dan rautnya yang sedikit takut dan juga Erlan yang menatapnya bingung.
"Gini Erlan, beberapa hari lalu Saya mendapatkan keluhan jika Manda mengalami panas dan sering bangun dini hari, untungnya Bunda kalian sigap dan langsung telepon saya. Dan dari hasil pemeriksaan rutin kemarin terdapat masalah dengan bayi kembar kalian. Tapi jangan terlalu panik, pengecekan tadi bayi kembar kalian sudah mulai lebih baik lagi."
"Bobot ketiganya terbilang besar tapi masih normal untuk seukuran bayi kembar. Hanya saja, jika ini melebihi standar berat badan janin kembar yang saya takutkan adalah obesitas."
"Mengingat riwayat kesehatan Manda yang belakang ini kurang baik dan juga usia Manda yang terbilang muda membuat saya waspada lebih dini. Dan itu alasan Saya ragu untuk memberi ijin kalian pergi," ujar Dokter Rina.
Bagaikan di sambar petir di siang bolong. Erlan menelan ludahnya susah payah. Erlan menatap Manda yang masih menunduk dan tangannya yang bergerak gelisah. Suami macam apa Erlan ini?
(Flashback Off)
Erlan mengelus perut Manda yang berisi anak-anaknya. Erlan belum mengantuk, ia masih merindukan anak-anaknya. Yang beberapa hari lalu ia abaikan.
Tiba-tiba Erlan teringat cerita Sam dan Daniel jika tetangga rumahnya yang baru itu bukanlah sebuah keluarga.
Dua anak kembar itu bukan anak kandung laki-laki dan wanita pemilik rumah. Dan anehnya wanita dan laki-laki itu tak ditemukan bukti jika mereka sudah menikah. Anehnya lagi, satu orang laki-laki sangat sering berkunjung ke rumah wanita itu.
Sam dan Daniel sedang menyelidiki apakah tetangga barunya itu memiliki keterkaitan dengan peneror perusahaan keluarganya dan peneror Erlan dan Manda dulu.
Jika benar, ini sangat berbahaya, Manda sering berkontak langsung dengan mereka terutama dua bocah itu.
Dan dari rekaman CCTV rumahnya Manda akan terlihat sangat murung setelah bertemu mereka. Entah apa yang mereka bicarakan atau kejadian apa yang membuat Manda begitu murung.
Erlan ingin menanyakan hal ini tapi ia ragu karena ini bukan waktu yang pas untuk menanyakan. Manda sedang masa penyehatan badan jika ia bertanya Manda pasti akan berpikir kemana-mana dan berakibat kembali pada kondisi Manda dan kembar. Lagi pula Manda belum tahu jika Erlan masih terus menyelidiki teror yang pernah mereka dapatkan dulu, apalagi Erlan sempat menemukan foto Manda ketika kecil di rumah misterius itu.
Tiba-tiba Erlan merasakan ada tangan yang mengelus kepalanya, ia mendongak dan melihat tangan Manda yang bergerak ke sana dan ke sini mengelus rambutnya.
Erlan membuka selimut, melihat apakah Manda terbangun. Tapi tidak, wanita itu masih terpejam tapi tangannya bergerak, Erlan tertawa geli, sepertinya Manda terbiasa dengan posisi mereka yang seperti ini, jadi tangannya otomatis bergerak sendiri.
Erlan menghentikan tangan Manda, memegang lembut tangan Manda lalu menaruhnya di atas kepalanya.
Sehingga posisi Erlan sekarang, satu tangan kirinya mengelus perut Manda sedangkan tangan kanannya menyilang menutupi matanya sambil memegangi tangan Manda.
Erlan mengelus jemari Manda yang terdapat cicin pernikahan mereka. "Terimakasih Man, terimakasih."
"Jika benar mereka ada hubungan dengan orang yang meneror kita, aku janji Man, aku bakal lindungi kalian, kamu dan kembar. Sekalipun itu nyawa aku. Seperti kamu yang mau berkorban dan melindungi si kembar," batin Erlan.