Dua Kentaurus itu berlari menderap menuruni tebing terjal yang berada di bawah gua. Deru air terjun terdengar memekakkan, embusan air terjun terlihat membasahi langkah dan tubuh mereka. Namun dua Kentaurus itu terus menuruni tebing dengan gerakan lincah dan cepat.
Sesampainya di bawah, dua sosok itu lalu menyusuri sungai yang menjadi tampungan air terjun besar di sekitar ngarai. Dua Kentaurus itu berlari menderap menuju hutan lebat yang berbentuk seperti labirin. Letaknya tidak terlalu jauh dari sekitar ngarai dan air terjun.
Pepohonan hijau dan lebat tampak membentuk seperti lorong jalan yang memiliki tikungan sangat banyak. Keduanya terus membelok pada tikungan tanpa perasaan ragu. Melewati berbagai pohon dan tanaman yang tumbuh begitu lebat dan cantik, tempat itu entah kenapa terlihat begitu rapi dan terawat padahal tempat ini adalah hutan liar.
Dua sosok Kentaurus itu masih terus melaju, sampai tiba-tiba empat Kentaurus lainnya muncul begitu saja dari jalan labirin lainnya. Salah satu Kentaurus berambut cokelat panjang yang baru bergabung itu langsung memimpin jalan dengan cepat, hingga beberapa saat mereka tiba di sebuah tembok labirin tinggi yang terbuat dari akar-akar pohon besar dan ditumbuhi tanaman merambat berduri.
"Marco!" Teriak Kentaurus itu dengan lantang.
Suara pasak pintu yang dibuka tiba-tiba terdengar bergeledak, disusul dengan deritan kasar seperti sebuah pintu yang sudah lama tidak pernah terbuka. Lalu tiba-tiba tembok dengan akar-akar pohon itu terbuka dengan perlahan, menimbulkan suara kasar dan gema di tengah labirin pohon itu.
Enam Kentaurus yang berdiri itu langsung menyerbu masuk saat tembok itu membentuk sedikit celah. Dan dengan bunyi debaman yang sangat keras pintu itu kembali tertutup. Menampakkan kembali tembok labirin tinggi yang siapapun tidak akan pernah memikirkan ada kehidupan lain didalamnya.
Bunyi debaman pintu itu membuat Arga sedikit membuka matanya karena terkejut. Kepalanya masih sangat pusing dan kesadarannya belum pulih seutuhnya. Ia hanya mendengar teriakan samar-samar dan bunyi hentakan kaki yang menderap hebat disekitarnya. Ia seperti melihat puluhan orang tiba-tiba berteriak memekakkan di telinganya. Bayangan kabur yang ia lihat seperti sebuah mimpi yang penuh dengan warna. Bahkan dia melihat kuda terbang melintas tepat di atas kepalanya begitu rendah. Ini pasti mimpi! Batinnya.
Sampai tiba-tiba ia melihat bayangan Kazo yang berdiri sambil menopang tubuhnya yang lunglai. Arga tidak pernah salah meski hanya sebuah bayangan yang ia lihat. Arga mendengar Kazo berteriak tepat ditelinganya dengan kata-kata yang tidak jelas. Suara di sekitarnya terlalu riuh dan memekakkan, hingga membuat kepala Arga semakin sakit dan akhirnya ia kembali terjatuh dan tak sadarkan diri.
-
Dua hari telah berlalu setelah penyelamatan Arga dari Minotaur dan Harpy itu. Namun, hingga saat ini dia belum tersadar karena luka dikepalanya yang cukup parah. Begitu juga dengan luka di bagian tubuhnya yang belum sembuh kembali terbuka.
Kazo menatap kakaknya yang terbaring pucat di atas dipan kayu dengan pandangan khawatir. Saat ini mereka berada di Hutan Peri yang letaknya tersembunyi di bagian dalam Hutan Labirin ini.
Kazo bisa berada ditempat ini setelah bertemu dengan tiga Kentaurus di danau labirin batu yang saat itu memang sengaja mencarinya. Meskipun Kazo tidak tahu apakah dia bisa mempercayai mereka, tapi setidaknya ia berterima kasih karena mereka menyelamatkan Arga dan membantu untuk merawatnya.
"Kau tidak bosan di dalam sepanjang hari?"
Suara seseorang membuat Kazo langsung menoleh dan mendapati Aragon berdiri di ambang pintu gubuk kecil itu. Dia adalah Kentaurus yang Kazo temui di danau dua hari lalu. Sejak hari itu hingga kini, Kazo enggan berbicara dengan mereka karena perasaan bingung dan juga khawatir dengan keadaan Arga.
"Bisa ikut aku sebentar?" Ucapnya saat melihat Kazo tidak merespon sapaannya. Ia menatap lekat pada anak itu dengan mata cokelatnya. Tubuhnya terlihat besar dan gagah dengan surai merah kecoklatan yang lebat dan indah. Wajah bijaksana dan sikap kepemimpinannya terlihat tegas dan membuat Kazo akhirnya tidak bisa membantah ucapannya. Kazo mengikuti Kentaurus itu menuju tempat terbuka di dekat danau. Di sana berdiri sebuah patung lelaki berjubah yang sudah terlihat berlumut dan beberapa bagian tubuhnya sudah mulai rusak dan pecah.
Sejak kemarin Kazo terlihat tertegun dengan isi dari hutan ini yang memang ajaib seperti namanya. Bahkan Kazo tidak akan percaya jika makhluk-makhluk yang diketahuinya hanya sebuah legenda itu ada jika tidak melihatnya sendiri.
Tempat ini sebuah hutan indah dengan bunga-bunga dan tumbuhan ajaib berwarna-warni. Berbagai makhluk hidup di dalam hutan ini, tidak hanya Kentaurus itu tapi juga para peri bertubuh mungil yang bekerja dengan begitu rajin dan cekatan.
Tidak seperti dalam pikiran Kazo yang selalu membayangkan peri itu bisa terbang dan mempunyai sayap, mereka kecil namun memiliki telinga runcing yang panjang. Dan mereka selalu bekerja bergotong-royong mengumpulkan bahan makanan dan obat-obatan. Bahkan merekalah yang membuat obat-obatan untuk Arga dan juga merawat kakaknya.
Selain para peri itu, di hutan itu juga terdapat makhluk lain seperti Unicorn dan juga Pegasus yang digunakan untuk kendaraan oleh para peri itu. Selebihnya Kazo tidak tahu, makhluk legenda apalagi yang hidup didalam hutan ajaib itu. Semua yang ia lihat di sana terlalu ajaib dan membuatnya tertegun tanpa bisa mengatakan apa-apa. Seperti saat ini, tiba-tiba sebuah akar tanaman merambat menjalar mengelilingi tubuhnya dan membentuk sebuah tempat duduk nyaman untuknya di tepi danau.
Kazo ragu sesaat, namun Kentaurus yang berdiri di sampingnya hanya mengangguk seolah menyatakan bahwa itu aman dan bukan jebakan.
Nyaman sekali! Itulah sensasi pertama yang Kazo rasakan saat mencoba tempat duduk akar itu.
"Terima kasih!" Ucap Kazo setelah beberapa saat hening di antara keduanya.
Kentaurus itu menoleh sesaat, lalu menunduk pada Kazo sambil tangannya terlipat dibalik punggung. Seperti seorang bawahan yang menunduk pada Rajanya.
"Panggil saja aku Aragon!" Tukasnya
Kazo tampak tersenyum kaku. "Baiklah, Aragon. Kenapa kau menyelamatkanku dan juga kakakku? Kupikir kalian semua itu berbahaya?" Tanyanya lagi.
"Kami memang berbahaya jika menjadi musuh, tapi kau bukanlah musuh kami."
"Kenapa? Bukankah selama ini hanya para penjelajah yang melewati Verittam ini? Kenapa mudah sekali kau menganggap kami bukan musuhmu?" Tanya Kazo tidak mengerti.
Argaon kembali menatap air danau itu sesaat, lalu ia menoleh pada Kazo dengan tatapan mata tajam yang serius." Karna Kau adalah Tuan kami. Sudah ratusan tahun kami semua menunggumu."
"Tuan? Apa maksudmu?" Sergah Kazo yang tentu terperangah dengan pernyataan itu.
"Kami menunggumu Tuan. Kami menunggu kau akan mengembalikan kami ke dalam rumah kami, yaitu Gerbang Hiroki."