Chereads / PORTA LOKA : Land of 12 Gates / Chapter 30 - Chapter 29 : Jupiter Bamberda Vs Galileo Flow | Part 2

Chapter 30 - Chapter 29 : Jupiter Bamberda Vs Galileo Flow | Part 2

"Hahahaha.."

Flow tertawa keras sambil menatap Bam yang masih tampak payah di bawah sana. Anak itu masih berusaha keras untuk memulihkan tubuh dan tenaganya. Rasa dingin itu masih terlalu menusuk, terlebih pakaian yang ia kenakan kini sudah habis terbakar sama sekali karena terkena dampak dari senjatanya sendiri.

"Tentu saja aku tidak mengharapkanmu cepat mati. Karena jika lawanku terlalu lemah, itu akan jadi membosankan." seringai Flow sambil memanggul kapak besarnya di pundak.

Bam masih bersusah payah untuk melawan hawa dingin yang menyelimuti tubuhnya. Tapi tulang dan kulitnya terasa kaku dan membeku. Sial! Anak itu menyeringai sambil menatap Flow yang sepertinya sudah menunggu untuk kembali mengajaknya berduel.

Anak itu menopang tubuhnya menggunakan dua senjata kembar di tangannya. Tubuhnya masih bergetar karena kedinginan, tapi raut wajahnya menyiratkan bahwa dia tidak peduli. Rambut merahnya yang basah kini sudah hampir menutupi seluruh bagian atas wajahnya. Bam hanya melirik sesaat pada Flow melalui celah ujung rambutnya. Lalu tiba-tiba ia menekan beberapa tombol pada pistol yang ada di tangan kirinya. Melihat hal itu membuat Flow langsung menatap waspada dan kembali menyiapkan kapaknya.

Namun tidak ada apapapun yang terjadi, Bam tidak menarik pelatuknya dan malah mengarahkan pucuk larasnya pada tubuhnya sendiri.

"Kau mau menyerah dengan bunuh diri?" seru Flow dengan nada sedikit terkejut. Bam tidak menyahut apapun dan hanya merespon ucapan Flow dengan mata dingin dan senyum miringnya. Lalu tanpa aba-aba anak itu langsung menarik pelatuk dan menembakkan pucuk laras pada tubuhnya sendiri.

Flow menatap itu dengan raut wajah terkejut. Apakah anak itu sudah gila, menembak dirinya sendiri dengan wajah tanpa dosa? Tapi pria gempal itu kembali terperangah saat melihat sesuatu yang mengejutkan muncul saat kepulan asap di sekitar Bam menghilang. Anak berambut merah itu masih hidup, dengan tubuh yang kini terbalut semacam baju zirah panjang berwarna kuning kecoklatan yang menutup hingga sebatas paha. Tampak senada dengan pistol yang ada di tangan kanannya. Bahkan penampilan dan rambutnya yang kacau sudah terbentuk rapi seperti semula. Flow langsung bersiul kagum melihat perubahan anak itu.

"Baju yang bagus." pujinya seraya memperhatikan gerak-gerik Bam dengan waspada. "Jadi kau menukar satu pistolmu dengan baju itu? Mengesankan. Aku ingin tahu apa yang bisa kaulakukan jika hanya dengan satu pistol saja di tangan kananmu." lanjutnya dengan nada suara yang terdengar mengejek.

Bam masih terdiam sambil menatap dingin yang mengintimidasi. Ia lalu meloncat menuju salah satu jalan menuju Verittam lainnya yang menghadap tepat di depan pria gempal itu. Gerakannya menjadi tidak segesit tadi karena baju yang dikenakannya cukup berat dan membuatnya sulit bergerak. Tapi untuk sesaat baju itu bisa membuat tubuhnya menjadi lebih hangat.

"Sudah kubilang bukan, jangan lari jika kau ingin melihat dan membuktikannya sendiri." tukas Bam. "Lagipula Helios dan Selene sangat ingin berkenalan denganmu."

Flow menanggapinya dengan kembali tertawa."Hahahah... Jadi itu nama dua senjatamu, menganggumkan. Aku cukup terpukau melihat bahwa benda itu bisa mempunyai kegunaan yang luas. Tapi apa kau yakin dengan begitu bisa menghindari kapak milikku?"

"Tentu saja tidak, lagipula aku tidak berniat untuk menghindar. Karena aku yakin kapakmu tidak akan bisa menembus dan menggores tubuhku."

Senyum Flow langsung menghilang saat Bam mengakhiri kalimatnya dengan senyum sinis. Pria gempal itu lalu melirik ujung kapaknya yang masih terlihat cacat karena sempat bersinggungan dengan senjata milik Bam sebelumnya. Flow terlihat mendengus marah dan langsung mengambil langkah bersiap.

"Jangan sombong dulu nak, kita buktikan saja kalau memang senjatamu sehebat itu." teriak Flow sambil meloncat menuju tempat Bam dengan melayangkan kapaknya.

BOOM

Flow kali ini menyerang dan mengejar Bam tanpa ampun. Bam sendiri tampak tidak bisa bergerak cepat dan leluasa seperti sebelumnya karena baju zirahnya yang terasa berat dan memperlambat larinya. Namun ia masih dengan sigap menghindari amukan kapak milik Flow yang menebas dengan membabi buta hingga menghancurkan semua objek yang di sentuhnya.

"Sial, aku akan kelelahan kalau begini terus."gumam Bam sambil melirik melalui celah bahunya. Bam terus berlari sambil menggiring Flow menuju tembok-tembok di sekitar jalan masuk menuju Verittam. Tempat di sana masih ditutupi dengan kabut tebal sehingga membuat pandangan mata menjadi kabur.

Bam menembus kabut yang dingin dan berair itu hingga mendekati salah satu pintu yang terhalang oleh tanah liat milik Kyuron. Ia bisa mendengar teriakan marah dari Flow yang bergema di luar dan langsung berhenti saat Bam menembus kabut itu.

"Jadi ini rencanamu. Kau mau mengajakku bermain nak. Aku tidak akan jatuh ke dalam perangkapmu." serunya. Pria itu lalu kembali mengayunkan kapaknya dengan gerakan berputar. Flow tidak mengikuti Bam menembus kabut tebal di depannya karena dia tahu anak itu akan menjebaknya di dalam sana. Dan bisa saja dia akan menembakkan pelurunya ke segala arah.

"Sial! Kenapa aku bisa terjebak, sekarang aku tidak bisa melihat anak itu dimanapun."

SING!

Tepat saat itu tiba-tiba terdengar suara peluru yang berdesing, membidik tepat di tempat Flow berdiri. Pria itu tercekat sesaat dan langsung menangkis menggunakan kapaknya. Nyaris saja. Namun kelegaan itu hanya bertahan sebentar, karena suara desingan peluru itu kembali terdengar. Tidak hanya satu, tapi beruntun dan langsung menghujam ke arah Flow yang masih berdiri di tempatnya dengan kapak yang terus berputar.

Suara dentingan peluru dan kapak milik Flow yang beradu terus terdengar nyaring dan cepat. Pria gempal itu tampak sekali kewalahan menangkis serangan Bam yang seperti tidak ada habisnya. Serangan itu membuat Flow terus terdorong mundur dan terpojok menuju ujung jalan Verittam yang rusak dan terpotong.

"Sial. Aku tidak bisa begini terus, dasar bocah sialan!" teriak Flow lalu membuat gerakan berputar cepat dan menimbulkan hembusan angin yang kuat. Dan dengan sekali sentakan kapak miliknya menjadi memanjang dan berukuran tiga kali lebih besar dari sebelumnya.

Bam yang berdiri di balik kabut terlihat membelalakan matanya menyaksikan perubahan senjata lawannya. Namun dia tidak akan terpengaruh dan terus menghujamkan pelurunya ke arah pria gempal itu. Namun serangannya kali ini dengan mudah ditangkisnya hanya dengan satu kali tebasan. Dan itu langsung bisa membelah puluhan peluru milik Bam yang menghujam padanya.

"Sial. Tidak ada gunanya." geram Bam sambil terus menarik pelatuknya dengan gerakan kasar. Dia tidak bisa menggunakan metode lain pada pistolnya karena dia sudah menggunakan semua tekniknya untuk membuat Helios membentuk baju Zirah di tubuhnya. Sedangkan Selene adalah senjata milik Bam yang belum selesai di modifikasi dan hanya bisa digunakan untuk menembak dan membuat roket yang sebelumnya sudah ia gunakan untuk keluar dari air.

"Jangan jadi pengecut nak, tunjukkan dirimu dan lawan aku!" teriak Flow dari luar kabut. Pria itu menangkis peluru Bam dengan begitu tenang dan mudah. Kapak besarnya itu terlihat ringan di tangannya, dan setiap kali dia mengibaskan senjatanya, muncul hembusan angin kuat yang menerpa kabut di hadapannya. Pria itu tampak menyeringai kasar saat menangkap bayangan Bam di balik kabut sana.

"Sial, dia melihatku!" gumam Bam sambil berjalan mundur dan memasuki kabut lebih jauh. Namun tepat saat itu, hembusan angin terasa begitu kuat menerpa wajahnya. Bam hanya bisa terbelalak saat bayangan kapak besar milik Flow terbentuk tepat di depan wajahnya.

Ujung benda tajam itu hampir menggores keningnya jika tangannya tidak segera menahan kapak itu dengan pistolnya.

BRUGH BRUGH BRUGH!

Tubuh Bam terdorong dan terpental hebat menabrak jalanan Verittam dengan kecepatan tinggi. Hingga berakhir dan tubuhnya menabrak keras pada tembok Verittam di belakangnya.

"Aaarrgghhh.."

Anak itu mengerang keras saat merasakan tubuhnya yang terhempas kasar ke bawah. Beruntung Bam menggunakan baju Zirah Helios untuk melindungi tubuhnya dan menyelamatkannya dari luka serius saat ia menghantam dinding Verittam.

Bam masih mengerang menahan sakit, namun ia segera bangkit dan menatap waspada di tengah tebalnya kabut. Ia lalu menatap pada Selene di tangan kanannya. Anak itu berdecak gusar saat melihat tubuh pistolnya terdapat retakan kecil karena tergesek ujung kapak milik pria itu. Namun yang lebih parahnya lagi, kapak besar itu kini menancap pada jalan masuk menuju Verittam di belakang Bam dan membuat retakan besar di sekitarnya. Dan itu langsung merusak mantra penghalang yang dibuat oleh Kyuron.