"Huufftt.. huufftthh.." deru napas menggebu-gebu dari para pemain. Aku pun sempat ngos-ngosan meskipun hanya melihat adegan panas mereka
"heh.. hehe.. hehehe.." Tya kembali bangkit dan mencoba menjarah kedua bocah yang sudah terkapar kehabisan napas itu
Sontak saja aku langsung menahan tubuhnya untuk tidak meneruskan pembuatan video ini lebih lanjut. Kuremas kedua toketnya dari belakang untuk menahan gerakannya
"lepasin evv.. masih kurang.. masih mau lagi.." dia tetap ngotot masih ingin ngentot dengan kedua anak itu lagi
Kucubit klitorisnya dan kucipok mulutnya mencoba membungkamnya dan menenangkan kembali hasratnya pada anak-anak itu
"udah napa tii.. mereka udah gak kuat tuh.. lagian ini dah sore.. kalo orangtua mereka nyariin gimana?" ucapku
Dan akhirnya dia menurut untuk melepaskan mereka kemudian mengantar mereka kembali pulang, tentu saja aku juga ikut menemani mereka untuk berjaga-jaga
Sebelum mereka kembali ke rumah, Tya memasukkan selembar uang merah ke kantong celana mereka. Tya juga membisikkan sesuatu pada mereka meski aku tidak bisa mendengar apa yang ia ucapkan
Tapi melihat ekspresi dari kedua anak itu membuatku yakin. Tya bermain aman. Tya benar-benar membungkam kedua anak itu dengan mantra ajaibnya, entah apa yang dia katakan tapi aku yakin kedua anak itu tidak akan mengadukan kejadian hari ini pada siapapun
Aku ragu kelak mereka bisa menyentuh perempuan, mungkin kejadian hari ini cukup bisa memberikan trauma mendalam pada anak-anak itu. Malang sekali nasib kalian bocah..
Setelah mengantar kedua bocah tadi kembali dengan selamat. Kami kembali menuju lokasi syuting tadi untuk mengambil sepedaku yang masih tertinggal disana, seketika juga matahari mulai terbenam dan langit mulai mendung
"TYAA... jangan bilang kamu selalu seperti ini.. sejak kapan?" itulah kalimat yang paling ingin kuutarakan saat ini
Namun sosoknya kembali mengingatkan pada diriku yang sekarang. Mungkin dulu dia pernah mengalami kejadian yang sangat mempengaruhi mentalnya sehingga kemudian dapat mengubahnya menjadi seperti ini
Aku tidak punya hak bertanya padanya karena aku juga pernah dalam kondisi yang hampir sama. Bukan, sepertinya bukan karena tidak berhak. Mungkin aku saja yang terlalu takut menanyakannya
Aku terlalu takut untuk mengetahuinya, takut menghilangkan pertemanan kami, takut kalau dia juga tidak bisa menerima diriku
"udah sampai evv.. ayo turun, gwe juga mau ngambil sesuatu didalem"
"mm.. kenapa ev? Kalo gak cepet keburu hujan.." wajah kami lalu saling bertatapan
"hey tya.." "lebih baik aku tanyakan saja, daripada membuatku tidak tenang"
"hmm apa?"
"lain kali kalo mau syuting pake kamera bagus yang pro gitu napa.. masak pake hp si.."
"hah? Oohh.. kamera yang biasa lagi dipinjem ama sinta. Makanya hari ini pake hp, harusnya gak jelek-jelek amat kan hasilnya? Sinta bilang mau balikin besok, tapi karena aku dah gak tahan jadi hari ini aku pake kamera hp dulu.."
"aa.. di sinta ya? Hmm.. gitu ya? Hehe" kupalingkan wajahku malu karena tidak sanggup melihat wajahnya
"sial.. aku tidak bisa menanyakannya"
Suasana mendadak tenang dan saling salah tingkah. Aku dan Tya membisu tanpa mengatakan apapun
Namun Tya memecah kesunyian dengan tiba-tiba mengatakan hal yang tak terduga padaku
"gwe paham kok ev.. yang mau lu tanyain sebenernya.." wajahnya serius dan sedikit menahan napas
"heh? Apa maksudmu?" aku berpura-pura tak tahu
"sorry ev.. gwe.. Gak sanggup nyeritainnya.." ucapnya dengan tangan yang gemetar
Melihatnya gerak-geriknya aku mulai paham apa yang ia ingin katakan, tapi aku tak bisa memaksakannya begitu saja
" hmm.. gak papa ti.. aku ngerti kok.." sambil menggelengkan kepalaku
"siapapun kamu, masa lalu kamu. Kamu selalu jadi temen aku kok.. tenang aja.." sambil kugenggam erat tangannya
"beneran evv? kamu janji bakal jadi temen aku selamanya?" dia kembali menggengam tanganku sambil meneteskan air mata
"iya.. janji, aku akan selalu jadi temanmu, dan gak akan ninggalin kamu"
Aku mulai bisa membaca pikirannya. Pasti telah terjadi sesuatu yang sangat membuatnya takut akan sesuatu
"hikss.. hiks.. makasih ya evv.. akuu.. akuu.." dia kemudian menangis tersedu-sedu
Kupeluk dia dan kuletakkan wajahnya didadaku membuatnya menjadi sedikit lebih tenang.
"Tya.. gak papa kok.. mulai sekarang kalau kamu ada masalah ngomong aja sama aku ya.." kuucap dengan nada selembut sutra. Lalu kuangkat wajahnya dan kucium bibirnya dengan lembut
Dia tampak terkejut dengan yang kulakukan. Kudekap tubuhnya semakin erat, dan kurasakan hangat nafasnya diwajahku
"tya.. aku tarik ucapanku. Aku gak mau cuman jadi temenmu, aku mau kita jadi lebih dari sekedar teman" aku kembali menciumnya dengan lembut dan kunikmati bibir manisnya yang merah merona itu
"hmmff.. iya ev.. aku.." dia menerimaku dan memasrahkan sekujur tubuhnya agar dimainkan olehku. Ciuman kami pun menjadi semakin panas dengan lidah kami yang bersautan satu sama lain
Kuturunkan tanganku mengelus-elus pahanya, kulepas ciuman kami dan mulai kutelusuri lehernya dengan lidahku, kunikmati setiap sudut tengkuk lehernya yang menggoda
Demi mendapat posisi yang lebih nyaman, kubopong tubuhnya dan kami pindah ke kursi belakang.
Kurebahkan dan kutindih tubuhnya, lalu kukecup lehernya sedangkan tanganku menelusup masuk kedalam pakaiannya, mencari tombol kenikmatannya
"aahhh.. ngghh.. aahh" dia hanya mendesah kecil seperti seorang gadis perawan
Wajahnya saat ini sangat berbeda dibanding saat dia bermain dengan kedua bocah tadi, dia menikmati setiap belaian kulitku yang menempel ditubuhnya
Kulepas perlahan seluruh pakaiannya, kedua toket putihnya menyembul dibalik bra hitam yang dikenakannya, lalu kuemut sambil kumainkan kepala putingnya yang sudah mengeras
"aahhh... nngghh.. evvv.. ituu uhh.." dia menggeliat keenakan membuatku semakin ingin menikmati setiap inchi tubuh seksinya. Kulepas cawetnya dan kurekahkan pahanya menampakkan memek yang sudah berlendir
"hmmff.. memekmu udah basah nih ty.." kuendus aroma memek segarnya setelah dipakai main oleh kedua bocah tadi membuat libidoku melunjak
Langsung saja ku sruput memek juicy dengan jembut tipisnya itu, sambil kumainkan kelentitnya
"aahhhnnn.. evv..ituu.. shhh.. aahh.." dia menahan kepalaku namun membuatku makin bersemangat menikmati daging memeknya
Matahari telah terbenam, seketika hujan pun mulai turun. Dari dalam mobil terlihat di ujung jalan ada beberapa orang yang pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat.
Sedangkan kami berdua sedang asyik melakukan hal mesum didalam mobil yang terparkir dihalaman depan rumahnya
"tya.. Ini gara-gata kamu main sama bocah tadi bikin aku sange kaya gini. Aku gak mau tau pokoknya kamu harus tanggung jawab dan buat aku puas juga" ucapku sambil melepas bajuku satu persatu
Di dalam mobil yang minim cahaya, kumasukkan kontolku yang sudah tegang masuk kedalam memek lembutnya
"evv.. kamu.." dia sedikit terguncang mengetahui memeknya tersenggol kontolku, tubuhnya kaku dan bibirnya bergetar. Keringat dingin mengucur dikulitnya
"tenang aja ty.. kita sama-sama cewek kok, aku janji gak akan nyakitin kamu dan akan muasin kamu. Rileks dan nikmatin aja, ok?" ucapku pelan ditelinganya. Kemudian kugigit kecil daun telinganya membuatnya kegelian bersamaan dengan kontolku yang menembus memeknya
"ugghh.. memek kamu sempit.. enak bangett.." akhirnya kurasakan sensasi memeknya dikontolku. Setelah melihat adegan panas mereka tadi, akhirnya kesabaran kontolku terbayarkan dan sekarang dengan lihai keluar masuk menggenjot memek seretnya
"Ngghhh.. aahhh.. ihhh.. ssshhh.. aaahhh" meskipun masih sedikit terkejut kelihatannya tubuhnya mulai terbiasa dengan bentuk kontolku. Dengan erat dia memeluk tubuhku membuat kedua toket kami saling menghimpit satu sama lain
Dengan suasana remang-remang dan dinginnya hujan membuat indraku semakin terangsang, sentuhan kulit halusnya begitu lembut dan kenyal, deru napasnya juga terdengar menggebu-gebu dengan desahan yang kadang tak bisa ia tahan
Cplokkk... cplokkk.. cpokkk.. cpokkk
Kunaikkan intensitas genjotanku semakin kencang mengkocar-kacirkan cairan lendir memeknya, kontolku disedot begitu kuat oleh memek kencangnya. Hanya bermain dengan anak-anak tak akan pernah bisa mengendorkan memek legitnya
Berbeda dengan kontolku yang terus menggali liang memeknya, membuat memeknya kini beradaptasi mengikuti bentuk kontol besarku
"aahhh... eevvv... aku.. gak.. pernah dimasukin.. sedalam inihh.. aahh.. evv.. memekku bisa hancur kalo gini.. nggghhh.." desahnya dengan tubuh terus yang terus menggelinjang
"tapi enak kan ty.. kamu gak akan pernah terpuaskan dengan kontol bocah-bocah itu.." ucapku sambil terus menancapkan kontolku kedalam memeknya yang melumer
Plokk... plokkk...plokkk...cprottt...
"aahhh... mmmfffff.. akuu mauuu... uuhhhhh... ngggghhhh" akhirnya dia mendesah kuat sambil menggigit bibirnya bersamaan dengan cairan memek yang ia muncratkan
Crrtt... Crrttt.. Crttt...
Muncratan cairan memeknya terpencar kemana-mana
"gimana? Enak kan? Pasti baru kali ini kamu bisa squirt sefantastis ini.." kuhentikan genjotanku sambil memberinya napas
Wajah mesum dan napasnya yang ngos-ngosan membuatku semakin bernafsu mencabulinya, kubalikkan badannya dan membuatnya menungging dengan kedua tangannya menahan tubuhnya
"kumasukkan dari belakang ya tyy.. standby.." kuelus-elus liang memeknya dengan ujung kontolku yang sudah siap menghancurkan memeknya
"eh.. tunggu evv.. itu masih belumm.. oughhh.." tanpa peduli ucapannya langsung kujebloskan kontolku kedalam mekinya lagi
Bless.. crttt.. sroott..
Kugenjot sembari kutampar pantatnya membuat tubuhnya tersungkur, dan mendesah semakin kuat
Plaakk.. plokkk.. plakkk...
"ouhh.. ouhhh.. ouhhh.. aahhh.." erangannya semakin binal namun kumasukkan jari-jariku kedalam mulutnya untuk mengurangi desahannya
"ughh.. blohhh.. bweehh.. ngaahh.." kemudian kunaikkan satu kakinya keatas sandaran kursi membuatnya dalam posisi miring
Kugenjot semakin brutal memeknya sambil memainkan toketnya yang bergoyang gaya miring itu, tak lupa kusambar mulutnya yang terbuka akibat mendesah dihantam kontolku
Plokkk... cpokkkk... cpokk...
"aaahhh.. ssrtttt.. sshhhh... hmpsss.. aahhh.. ssrrttt.." permainan ganas kami secara otomatis ikut menggoyangkan mobil
Disaat itu juga, aku melihat beberapa orang yang sudah selesai solat kembali pulang
"hey.. tyaa.. liat.. orang-orang yang lewat itu bakal sadar gak ya kalo kita lagi ngentot disini? Kalo mereka liat kesini pasti ketahuan ngeliat ada mobil goyang-goyang" kuangkat kepalanya dan kuarahkan pandangannya menuju orang-orang itu sambil terus menggenjot memeknya
"evaa.. evv.. kalo mereka sampe ngeliat gimana?" wajahnya terlihat was-was dan malah menyempitkan jepitan memeknya
Melihat ekspresi wajahnya yang seperti itu, aku tidak tinggal diam. Kutarik kedua tangannya dan kutempelkan toket dan wajahnya ke jendela mobil
"aahhh.. evaa... jangann.. kamu ngapain.. kalo ketahuan gimana aahnn.."
"sssttt.. makanya diem.. pelanin suaramu kalau kamu gak mau ketahuan.." meskipun aku bilang seperti itu tapi aku menggenjotnya dengan semakin kuat
"aahhnn.. gimana mau ughh.. pelan kalau kamunya aja kaya gini.. haahhh.. hahhh.." kubuat kedua toket dan pipinya mengecap dikaca mobil melihatkan langsung puting toketnya kearah luar
"kalopun mobil ini keliatan goyang, gak akan ada yang sadar kalau hujan seperti ini, lagian disini tempatnya agak gelap jadi mereka gak bakal ngeliat.."
"evv.. jangan.. evv.. berenti.. toketku bisa keliatan sama mereka.." situasi seperti itu membuatnya semakin menyempitkan memeknya, dia berusaha melawan sekuat tenaga namun itu hanya berefek sebaliknya
"hehe.. nih.. tyaa.. biar kamu malu.. karena kamu suka mainin anak kecil.. biar orang-orang itu pada liat betapa lacurnya kamu sebenernya.." kebiasaan jelekku mulai muncul, tapi tak bisa kupungkiri situasi ini membuat memeknya sangat mengigit.
Membuat dirinya semakin malu dan terekspos membuat tubuhnya menjadi lebih sensitif dan terangsang. Dengan senang hati aku malah menggenjotnya semakin kuat dan keras
Cpokk.. Prokk.. Crrokkk.. Prokk..
Hantaman kontolku berkali-kali mencium mulut rahimnya membuatnya menggelinjang tiap kali aku menabraknya. Tanpa terasa lendir memeknya sudah terciprat keseluruh jok kursi belakang
Hembusan napasnya mengembun dikaca dengan wajah binal dan air liur yang tak henti menetes keluar dari mulutnya. Toketnya membentuk lengkung alur yang indah dikaca mobil dengan kedua pentil yang mencuat merasakan sensasi tetesan hujan dari luar kaca
"eh.. liat Tya.. kayaknya bapak itu ngeliat kearah sini deh.. keknya dia mau kesini.. gimana dong tya!!" aku dengan sengaja membuatnya semakin panik dan mempermainkannya membuat lendir memeknya muncrat semakin banyak dan terciprat kemana-mana
"aahh.. jangann.. jangan.. liat akuuu.. aaahhh.." dia semakin panik dan malah membuat memeknya makin menyedot kontolku semakin kuat. Membuat kami berdua mengalami orgasme bersama-sama
"aahhh.. tyaa.. aku udah gak kuat.. memekmu sempit banget.. aahhh.." kumuncratkan seluruh pejuku yang kutahan seharian penuh masuk kedalam memeknya.
Saking penuhnya pejuhku sampai meluber dan memuntahkan isi memeknya keluar dengan deras, membasahi kursi dan membuatnya lemas terkapar tak berdaya
"haahh.. Hahh.. Fiuhh.. Mantep banget kamu ty.. Aku jadi pengen lagi.." ucapku sambil menjilat bibirku
Setelah itu kami lakukan beberapa ronde lagi kemudian pulang.
*******
"haa?? Kamu udah tau?" tanyaku kaget
"iya. Gwe udah tau gimana tabiatnya tuh anak.. Yang biasanya ngerekam gwe malah" balas Sinta
"haa?? Kok bisa?" tanyaku masih tidak percaya
Keesokan harinya, sepulang sekolah setelah kejadian itu, aku berbicara pada sinta saat dia sedang latihan dengan ekskulnya. Karena aku tidak ingin menanyakan hal ini di kelas, jadi aku menunggu sampai selesai sekolah dimana Tya sudah pulang
"aku tanya ini ke kamu karena aku pikir kamu tahu sesuatu tentangnya karena kalian satu SMP" ucapku
"iya. Gwe tau kok, gwe kan pernah sekelas sama dia pas SMP. Sebenernya ini gak ada yang tau selain gue sama orang-orang itu. Bahkan mungkin orang tuanya juga nggak tau"
"kok bisa ortunya gak tau?"
"ya.. lu tau sendiri ortunya kerja apa. Gue udah ngomong ke dia buat cerita ke bokap nyokap dia tapi dia gak peduli dan nggak ngomong apa-apa"
"jadi... sebenernya dia kenapa? Apa yang menimpanya?" aku semakin nyolot dan menggencari Sinta dengan berbagai pertanyaan
*******
Dalam perjalanan pulang, setelah mengetahui apa yang terjadi, aku terus merenungi kenyataan yang dilontarkan oleh Sinta. Kejadian sebenarnya yang menimpa Tya
"hmm.. mirip Chika... Nggak, Tya jauh lebih parah, kok bisa se strong itu ya dia?"
"apa yang bisa aku lakuin ya? Padahal dia keliatan baik-baik saja, tapi aku gak pernah nyangka dia punya trauma seperti itu. Kalau itu aku, mungkin aku udah gak kuat hidup"
Sejak itu, aku mulai memikirkan bagaimana cara untuk membahagiakan Tya sehingga dia bisa menjalani kehidupan yang semestinya
BERSAMBUNG