Chereads / BUKAN SALAH JODOH 2 / Chapter 18 - Aku bertemu dia-

Chapter 18 - Aku bertemu dia-

Di sebuah kafe.

Miran sudah menunggu sejak tadi bahkan minumannya sudah habis setengah, beberapa kali dia merapikan penampilan dan merasa risih dengan desas desus di sekitarnya. Pasti orang orang masih membicarakan hubungannya yang kandas dengan penyanyi ocean, Miran benar benar malu keluar dari rumah seperti ini, tapi mau bagaimana lagi, dia harus bertemu dengan Lily.

Dari balik dinding kaca tampak lily mengibaskan tangan sambil berjingkrak, gadis itu mengikat soal rambutnya seperti kue donat di kepala, sangat kontras dengan tampilan rambut Miran yang dibuat Curly pada bagian ujungnya.

"Ish, coba lihat dia. Memakai kaos kebesaran, tas Sling murahan, sepatu kets kotor dan celana jeans boyfriend, dia sangat sangat tidak modis."

Gerutu Miran sinis, tapi itulah Lily, dia beranjak dari posisi duduk dan berdiri, membalas kibasan tangan Lily yang tampak bersemangat seperti biasanya.

Lily mendorong pintu kaca dan segera bergabung dengan Miran, dia menyeruput sedikit minuman Miran yang tersisa setengah, sementara adiknya itu hanya melirik sinis sambil menatap kes dengan penampilan Lily.

"Ya ampun, kapan kau memiliki pakaian seperti ini, ini kaos kampanye partai ya? Lily berapa usiamu, ya ampun. Kau mau tampil seperti ini terus apa!"

Omel Miran kesal, mereka bisa saja jatuh miskin, dia bahkan harus melelang beberapa tas mahal harga jutaan rupiah. Tapi bukan berarti penampilan mereka harus seketika gembelkan, lagipula baju sepuluh ribu pun kalau bisa menata dengan baik akan terlihat mahal, apalagi kalau Miran yang pakai.

Sroot!!

Lily menghabiskan minuman Miran sampai tak tersisa. Membuat adiknya harus kembali memanggil pelayan dan memesan minuman kembali dengan varian menu berbeda.

"Ka ambil kan dua jus segar ya.. satu dengan susu, satu dengan es krim!" Pinta Miran pada pelayan.

Lily menarik kursi dan duduk di depan Miran. Dia melepaskan Sling bag butut yang sejak tadi mencuri perhatian Miran, Lily meletakkan tas nya di samping tas Miran, dan tampak sangat kontras.

"Ada apa Miran, kau menghubungiku sore sore begini. Apa papa dan mama tidak akan mencarimu, bagaimana kalau kau terlambat pulang dan kemalaman?"

"Aish.. belum apa apa, kau sudah mengomel saja. Aku terpaksa menghubungimu, karena ini ada hal yang sangat mendesak, aku harus memberitahu kan dirimu sesegera mungkin!"

Wajah Miran tampak serius, dia meminta Lily mendekatkan telinganya, dia akan membisikkan hal penting itu sekarang. Lily menuruti kemauan Miran, dia mendekatkan telinganya pada bibir Miran yang sudah siap sedia menguras kalimat penting itu.

"Kau tahu, nasibmu buruk sekali!"

Lily menghela nafas singkat, ini hal pentingnya? Bukankah dari dulu nasib dia sudah buruk ya. Lily benar benar tak habis pikir dengan tingkah janggal Miran kali ini, dia sengaja ngajak ketemuan cuma mau meledek ya.

"Miran, aku tahu kau sedang patah hati, tapi setidaknya jangan mengejekku untuk menghibur rasa sakit di hatimu.."

Plak!

Miran memukul pundak Lily gemas sampai gadis di hadapannya ini meringis sakit dan menyesal karena ucapannya tadi.

"Aku sungguh sungguh mencemaskanku, kau malah mengejekku, sialan! Aku membawa berita penting untuk jalan hidupmu, si tua Bangka itu serius akan menjadi kan kau istrinya, kemarin dia sudah datang ke rumah dan menentukan hari pertunangan kalian!"

Gerutu Miran panjang lebar dengan wajahnya yang jengkel.

"Lagian ya, Ocean itu tidak sehebat berita di tv tv, dia itu penuh manipulasi, apaan, dia itu tidak setampan di layar kaca, suaranya juga kebanyakan efek!" Suara Miran meninggi seakan sengaja agar orang orang yang sejak tadi berbisik mencemoohnya sengaja mendengar.

Menyadari ucapan Miran, Lily mencoba meminta saudarinya itu untuk diam tapi percuma, Miran sudah terlanjur emosi.

"Aku menyesal pernah tertipu olehnya! Dia itu pria ga modal, setiap keluar aku yang bayar bensin, nonton makan, aku yang kasih barang branded, aku yang traktir dia, aku yang modalin! Dia tuh kere! Utangnya banyak sama promotor, dia kerja buat bayar hutang sampai sampai harga diri!"

Ujar Miran menepuk meja lalu berdiri, sontak saja tingkahnya memancing perhatian, bahkan ada yang mengarahkan video secara terang terangan.

"Dengar ya kalian semua! Ocean tuh kere, modal manipulasi sama muka doang! Bilangin sama idola kalian itu! Balikin duit gue! Balikin gitar mahal yang gue beli, balikin semua efek yang gue beli, balikin jam rolex, air max, Hermes, Louise Vuitton!! Balikin dasar kere!! Ga modal!!"

Lily menepuk dahi, dia segera meminta tagihan pada pelayan dan membayar dengan terburu buru. Dia menarik tangan Miran agar segera keluar dari cafe yang membuat mereka menjadi tontonan dan kerumunan.

Matilah kalau sampai orang tua mereka tahu!

"Lepasin!"

Berontak Miran ketika Lily berusaha membawa keluar dengan memaksa.

"Lepasin, biar semua orang tahu siapa ocean itu! Dia tuh gembel, gembel aja belagu.."

Gusar Miran tak puas. Lily hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah tak terkontrol saudarinya ini. Semua ini karena dia juga sih, seharusnya dia tadi tidak memancing mancing obrolan tentang ocean, Lily tahu betul bagaimana perasaan Miran pada ocean.

"Jadi emosi gini kan."

Lirih Miran menyesal. Lily hanya bisa mengelus lembut pundak Miran, mencoba menenangkan gadis cantik di sebelahnya ini. Mereka memilih duduk di amperan toko, di tepi jalanan dimana orang lalu lalang bebas.

"Sebenarnya aku mau bilang tentang kau Lily, tapi tatapan dan bisikan mereka itu membuatku kesal, ah.. sudahlah lupakan saja ocean!" Gusar Miran menepiskan tangan dengan wajah merebut kesal.

"Aku cemas denganmu Lily, bagaimana mungkin kau menikah dengan pria tua dengan pakaian aneh itu, kau yakin akan menerima lamaran ini? Aku tidak tega denganmu.."

Suara Miran terdengar sangat cemas, membuat Lily tersenyum kecil, entah mengapa di antara nasibnya yang malang, memiliki Miran yang manja dan cerewet ini membuatnya terhibur.

"Keterlaluan sih kalau kau mau, usianya bahkan dua kali lipat dari kita, ah tidak! Mungkin lebih! Duh tak kebayang deh aku. Lily.. jangan mau dijodohkan dengan dia, kau berhak menemukan cinta sejati.."

Pinta Miran menyambar tangan Lily. Kalau sudah begini bagaimana mungkin Lily bisa menolak tawaran itu, bukankah kalau dia terima hidup Miran dan keluarganya akan membaik, bukankah kalau dia terima Miran akan kembali ceria dan bahagia seperti dulu? Melihat Miran dan Jo, Lily tak mungkin bisa menolak semua ini kan?

"Lily.. ayo katakan sesuatu!"

Pinta Miran dengan wajah memelas. "Setidaknya sekali saja berontak pada papa dan mama, kau bahkan bisa keluar dari rumah, kau juga bisa menolak permintaan ini Lily!"

Kenyataannya keluar dari rumah pun tak membuat kehidupan Lily membaik, gadis itu hanya bisa menghela nafas panjang melihat raut mengiba Miran.

"Aku tidak bisa bayangkan kalau kau menikahi si tua Bangka itu Lily.."

Lirih Miran dengan sorot matanya yang sendu. Lily menarik senyuman singkat. Baru saja ia ingin bicara tapi ponselnya berdering, dan itu panggilan masuk dari tuan Lu.

"Siapa?"

Tanya Miran curiga saat Lily menatap layar ponselnya cukup lama.

"Papa.." bisiknya pelan.

Miran menghela nafas berat. Pasti papa akan membahas perihal ini kan! Miran sudah bisa menebak kemana arah pembicaraan Lily dan tuan Lu.

Miran menggenggam erat telapak tangan dingin milik Lily.

Maafkan aku Lily.. aku tak bisa membantumu, aku selalu saja meminta bantuanmu tapi sekalipun, aku tak pernah bisa membantumu. Batin Miran kecewa pada diri sendiri.

Hanya sepatah, dua patah kata yang diucapkan oleh Lily, ya.. pa.. ya pa..

Lalu panggilan itu ditutup.

"Bagaimana?" Tanya Miran cemas bercampur penasaran.

"Besok papa ingin aku ke rumah keluarga itu."

Miran menghela nafas berat lalu menjerit kesal, membuat Lily terkejut dengan tingkah saudarinya ini, Miran sungguh lepas kendali, sekarang dia menghentak hentakkan kakinya ke lantai, mencuri perhatian orang yang lalu lalang.

"Hey, hentikan!"

Pinta Lily, Miran kesal sendiri jadinya.

"Ah! Jangan mau menikah dengan si tua itu Lily!" Kesal Miran.

Mendengar suara jengkel Miran, Lily malah tertawa.

"Berhenti tertawa, tidak ada yang lucu di sini!" Gusar Miran kesal.

"Kau yang lucu.." balas Lily menunjuk wajah cemberut Miran.

"Sudahlah Miran, kau jangan memikirkan aku, aku bisa mengatasi masalahku sendiri."

"Kau selalu saja bilang begitu!" Miran benar benar jengkel.

"Oh ya Miran, aku ingin mengatakan sesuatu padamu.."

Wajah ceria Lily benar benar membuat Miran jengkel, kenapa jadi dia yang kesal dengan lamaran ini sementara Lily tampak tenang tenang saja.

"Apa?"

"Aku melihat Aoran kemarin.."

Miran membulatkan matanya, dia tak percaya mendengar pengakuan Lily.

"Kau serius? Si pria kaku itu?"

Lily mengangguk mengiyakan.

"Apa dia tampan? Apa dia masih kaku? Ah.. tapi dia masih kaya kan!"

Lily hanya menautkan alis dengan pertanyaan random Miran.

"Lily.. kalau kau menikahi si tua itu, apa artinya aku bisa mendekati Aoran?"

Lily terdiam sesaat sebelum.menarik senyuman tipis di bibirnya.

"Bukankah dia dulu sangat menyukai aku?"

Lily mengangguk dalam diam.

"Siapa yang tak menyukaimu Miran.." balas Lily menyembunyikan senyuman getir di bibirnya.

*