Ramai orang nampak berlalu lalang keluar-masuk dari gerbang penanda kota. Sebanding dengan keributan yang terdengar dari kesibukan mereka masing-masing. Matahari terlihat berada dalam kedudukannya, tinggi di atas langit. Di pinggiran jalan yang terlihat disepanjang jalan di depan gerbang kota telah ditumbuhi semak-semak liar. Di dalam semak-semak tersebut, tersembunyi seorang gadis yang nampak tertidur pulas. Namun, perlahan terbangun dengan sendirinya. Setengah sadar, Su Ying bangkit untuk berdiri.
Melihat kemunculan gadis itu yang tidak biasa—keluar dari semak-semak— membuat beberapa orang yang melintas di jalan sedikit terkejut. Ditambah, pakaian Su Ying yang sangat berbeda dari kebiasaan berbusana di daerah sana, membuat dirinya jadi semakin mencolok. Tetapi pada akhirnya, mereka tidak ingin ambil pusing untuk menghiraukan dirinya.
"Ini dimana?" Su Ying bertanya-tanya, begitu akhirnya menyadari keberadaannya di tengah tempat yang di rasanya asing.
Ia menengok ke kanan-kiri, mengamati banyak hal yang tertangkap dalam penglihatannya. Segala sesuatu yang terlihat di pandangan Su Ying, seolah memberikan kesan kuat akan 'kesederhanaan'. Tradisional, lebih tepatnya. Berpakaian hanfu seakan menjadi tren pakaian yang berlaku di tempat ini, sebagaimana terlihat dari penampilan orang sepanjang matanya memandang.
"Permisi." Su Ying menghentikan salah satu pelintas jalan yang ditemuinya.
"Jangan meminta padaku!" Gadis itu sedikit terkejut, orang tua yang dihentikannya ternyata cukup galak.
"T-tidak."
"Aku tidak ingin meminta apapun dari anda."
"Lalu apa? Mengapa menghalangi jalan ku?" Pelintas jalan berusia uzur itu mempertanyakan.
"Aku hanya mau bertanya."
"Baiklah, cepat..." Kata pak tua itu, tidak sabaran. "Aku tidak punya banyak waktu."
Segera saja, Su Ying pun menanyakan.
"Bisakah anda memberitahuku, ini dimana...? Maksudku, aku berada di China dibagian wilayah mana?"
"Apa maksudmu China, ini wilayah Kekaisaran Shui."
Pak tua yang bertampang pelit itu baru saja memperhatikan gadis itu. Raut wajahnya mengerut, menunjukkan seolah ia baru saja menemukan sesuatu yang asing dalam penglihatannya. Melihat pakaian yang dikenakan Su Ying, ia bingung sesaat mencoba menerka-nerka asal daerah si gadis.
"Hah!? Kekaisaran Shui...?" Gumam Su Ying, kebingungan.
"Sepertinya kau pendatang baru." Lelaki tua itu berkesimpulan.
"Kau lihat gerbang disana.."
Penduduk yang tengah diajaknya berbincang itu kemudian menunjukkan gerbang yang dimaksud berada di belakangnya.
"Gerbang itu, iya." Su Ying mengangguk.
"Itu adalah gerbang kota Xzuyuan."
"Xzu-yuan?" Gadis itu mengulangi perkataan yang didengarnya dengan ragu.
Pak tua itu berdeham bertanda membenarkan. "Baiklah, aku sudah menjawab pertanyaan mu."
"Aku pergi sekarang."
Gadis itu sebenarnya masih ingin menanyakan pertanyaan lainnya, tetapi pak tua itu keburu melangkah pergi.
"Apa aku melewatkan sesuatu...?" Su Ying terdengar meracau sendiri sembari berusaha mengingat-ingat kembali.
Kedua bola mata gadis itu membulat seketika ingatan yang dicarinya telah ditemukan.
"Aku terjatuh dari jembatan..." Su Ying terdengar syok, sembari meraba pakaian yang melekat di tubuhnya saat ini.
Namun pakaian yang seharusnya dingin dan basah itu dalam keadaan sebaliknya, baik-baik saja.
Dan lagi, mata gadis itu tidak menemukan aliran air seperti laut atau sungai di dekat tempat ia terbangun.
"Jelas-jelas saat itu aku seperti tercekik di dalam air..."
Su Ying memikirkan teori lain yang membuatnya semakin tidak karuan. "Apa mungkin...aku sudah mati dan sekarang menjadi hantu yang bergentayangan?!"
Jemari Su Ying bergerak, ia ingin memastikan kebenaran dari apa yang ada di pikirannya.
Sebuah cubitan yang dilayangkan pada dirinya sendiri membuat gadis itu meringis kecil. Sebisa mungkin, Su Ying berusaha mencegat suaranya keluar meskipun sakit yang didapatnya cukup menggigit.
"Mengapa cubitan ini terasa sakit, bukankah aku sudah mati..?" desis Su Ying.
Gadis ini memastikan kedua kakinya berpijak di tanah. Selain itu, ia juga mendeteksi adanya debaran pada jantung dan mengukur suhu di tubuhnya yang rupanya cukup hangat.
"Aku belum mati." Gumam Su Ying, terdengar seperti terkejut bercampur bingung.
"Tetapi bagaimana bisa-..?"
Ia lanjut memperhatikan kaki para penduduk yang melintas, nampak jelas kaki mereka juga menapak di tanah.
Su Ying merasa ragu dengan satu hal lainnya, ia kembali menghentikan beberapa pelintas jalan dan menanyakan hal yang sama dengan yang dipertanyakan olehnya pada pak tua sebelumnya.
"Jika aku dipermainkan oleh pak tua tadi,.. Mengapa orang lain bisa memberikan jawaban yang sama dengan perkataannya?"
Fakta bahwa orang-orang menjadi bingung ketika Su Ying menanyakan soal China dan aliran laut maupun sungai terdekat membuat pikirannya kosong.
"Jika terjebak dalam perjalanan waktu ke masa lalu seperti yang ada di novel-novel.. Kenapa aku tidak ingat pernah mendengar nama Kekaisaran Shui dalam sejarah?" Su Ying kembali mengingat-ingat pelajaran sejarah terbentuknya negara, meski tidak begitu pintar tetapi gadis itu cukup percaya diri untuk ingatannya yang satu ini.
"Apa yang terjadi padaku sebenarnya...?" Gadis itu bahkan tidak bisa merangkai kejadian rumit ini di pikirannya.
Jatuh ke dalam laut, justru tersadar di semak-semak dalam keadaan pakaian yang kering. Keadaan macam apa ini..?
Kilasan ingatan dirinya terjatuh ke air karena menyelamatkan seseorang membuat Su Ying mendadak mencari-cari sosok itu.
"Orang itu..."
"Bagaimana dengan dia? Apa hal ini juga bahkan terjadi padanya..?"
Su Ying mencoba mencari tahu keberadaannya, ia memutuskan melangkah melewati gerbang kota untuk memasuki kota Xzuyuan. Gadis itu, begitu dirinya berjalan menelusuri kota, puluhan pedagang terlihat di sepanjang pinggir jalan kota. Memanjakan mata; berbagai macam barang unik, penuh kilauan, menggugah selera, tradisional, tidak dapat di deskripsikan... semuanya terlihat dijajakan.
"Saudara, cukup 2 keping perunggu untuk dua sate buahnya."
"Tuan, lentera-lentera ini akan semakin memperindah dan menghangatkan rumah. Hanya 10 keping koin perunggu untuk masing-masing lentera."
"Belilah, kaligrafi indah. Puisi yang bagus. Murah, cukup 6 keping perunggu saja..."
Sahutan ajakan untuk membeli dari para pedagang. Ditambah, pejalan kaki yang ikut meramaikan suasana. Meskipun saat ini masih bingung, tetapi Su Ying cukup menikmati yang terlihat dari pandangannya.
Sepanjang menikmati perjalanannya, gadis itu sangat sadar banyak pasang mata yang jeli memperhatikan penampilannya yang jelas berbeda dari mereka.
Ketika Su Ying menemukan dirinya sedang tertarik akan bentuk dari bermacam-macam kue kering dari sebuah lapak dagang, suara teriakan seseorang mempengaruhi perhatiannya.
"Mereka datang!!!"
Seseorang itu berteriak memperingati yang lainnya sambil berlari menghindari arah yang di jauhinya.
"Siapa yang datang tuan?" Sahut salah satu pedagang.
"Bandit Gunung Luo. Mereka sedang menuju kemari...!!"
Siapapun yang mendengar penjelasan itu seketika menjadi panik. Para pelancong pejalan kaki berhamburan berlari dengan wajah panik. Para pedagang, seketika itu juga menutup gerai mereka. Hanya sedikit pedagang yang membereskan dagangan mereka, pedagang tertentu yang menjajakan barang rumah tangga dan makanan kuliner akan langsung meninggalkan begitu saja lapak mereka.
"Bandit!!" Su Ying berseru kecil, ia sendiri sudah bisa membayangkan akan seperti apa jadinya bila bertemu dengan mereka.
Orang tidak akan sembarang memanggil dengan sebutan bandit, kecuali ia benar-benar ditakuti dan pastinya berbuat kekacauan.
Gadis itu hendak ikut bersembunyi, seperti yang dilakukan orang-orang. Sayangnya, penampilannya yang kontras menjadi kendala untuknya diterima bersembunyi di setiap rumah penduduk yang didatangi olehnya. Su Ying terlihat meragukan di mata mereka. Alhasil, terpaksa dirinya bersembunyi dibawah salah satu meja lapak pedagang yang tertutup kain berwarna kuning keemasan.
Tidak lama setelah itu, suara tapal kaki kuda ramai terdengarkan. Jumlahnya mereka yang sepertinya tidak sedikit itu mendekat.
"Rampas semua barang berharga mereka." Tegas suara seorang laki-laki yang diikuti derap suara langkah kaki dari beberapa orang seperti sedang menyebar.
Dalam beberapa saat, suara histeris ramai terdengarkan bersamaan dengan suara sesuatu yang keras telah dihancurkan. Sudah jelas, kerumunan berkuda yang datang itu adalah para bandit yang dimaksud oleh salah seorang penduduk tadi.
Su Ying bergetar ketakutan. Ia bertambah takut ketika mendengar salah seorang yang memberi perintah sebelumnya, kembali memerintahkan hal lainnya.
"Periksa di bawah meja lapak setiap pedagang yang ada disekitar sini."
Seketika saja, gadis itu menjadi panik sekaligus cemas dirinya akan ditemukan. Bagaimana tidak, lapak dagang tempat ia bersembunyi termasuk dalam daerah pencarian bandit yang memberikan komando tersebut.
Su Ying bermohon dalam hatinya agar para bandit itu tidak berminat mendekati meja lapak yang menjadi tempat persembunyiannya.
Sesaat seorang bandit akan memeriksa meja tempat Su Ying bersembunyi, seorang bandit bawahan tampak baru saja melaporkan sesuatu. Laporan mengenai pasukan Kekaisaran Shui sedang bergerak cepat menuju kota Xzuyuan, bandit yang memerintahkan bandit lainnya itu pun berpikir untuk menarik kawanannya.
"Saudara Gunung Luo, cukup untuk hari ini. Kita kembali sekarang."
Mendengar perkataan itu, Su Ying seketika bernapas lega. Sayangnya bandit yang tadinya ingin memeriksa meja Su Ying, disaat akan berpaling, samar bandit itu melihat siluet bayangan seseorang yang tengah bersembunyi.
Meski para bandit berangsur-angsur pergi dengan membawa barang rampasan di tangan mereka, tetapi bandit yang menyadari keberadaan Su Ying masih belum pergi.
Su Ying terkejut bukan main ketika dirinya ditarik keluar dari persembunyiannya. Meski ia berhasil melepaskan tangan bandit itu darinya, gadis itu tidak bisa melarikan diri lebih jauh sebab bandit itu lagi-lagi berhasil menjangkaunya.
"Oh, kau terlihat menarik. Sepertinya kau pantas untuk dibawa juga."
Bandit itu menangkapnya. Su Ying berusaha melepaskan diri.
"Lepaskan aku!! Siapapun tolong aku!!!" Teriak gadis itu.
"Berisik, jangan berteriak lagi. Aku akan menjatuhkan mu dari atas kuda jika mendengar mu bicara satu kata lagi."
Su Ying pun dibawa bandit itu dengan kasar ikut bersamanya ke sarang para bandit Gunung Luo.