Chereads / Revenge Marriage / Chapter 3 - Pernikahan

Chapter 3 - Pernikahan

Tiga hari berlalu dengan cepatnya. Hari ini adalah hari pernikahan Davina dengan Revan. Pria yang baru ia temui pertama kali tiga hari yang lalu dan sama sekali tidak ia cintai.

Jangan kan berbicara tentang cinta, mengenalnya saja Davina tidak. Namun, Davina terlalu takut untuk menolak perjodohan ini. Selain ia harus membalas budi kepada keluarga paman nya, ia juga berharap setelah pernikahan ini kehidupan nya benar-benar berubah menjadi lebih baik.

Di hari yang seharusnya paling membahagiakan bagi seorang pengantin, justru Davina merasa bahwa hari pernikahannya adalah hari paling menyedihkan selama ia hidup di dunia.

Bagaimana tidak? Gadis itu juga ingin menikah dengan seseorang yang ia cintai, selain itu ia juga ingin merasakan bagaimana rasanya di antar kan ke pelaminan oleh orang tua kandungnya sendiri.

Namun, itu semua hanyalah mimpi bagi Davina. Ia cukup sadar diri dan harus selalu merasa bersyukur karena ada orang yang mau menerima nya dengan tulus.

Ah, tidak. Ia belum tau apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Entah Revan akan menerimanya dengan tulus atau hanya sekedar menjadikan dirinya sebagai alat untuk balas dendam.

"Jangan membuat masalah dan tetap jaga perilaku mu," ucap Sarah pada Davina yang baru saja selesai make up.

Davina menganggukkan kepalanya menurut. "Iya, Bibi.." sahutnya.

"Bagus. Setidaknya kau cukup berguna karena bisa membuat paman mu naik jabatan,"

Davina yang mendengar itu hanya bisa menghela nafas dan tersenyum kecut. Setidaknya ia sudah tau bagaimana sifat bibi nya itu sejak dulu. Jadi, ia tidak pernah terkejut mendengar hal yang seperti ini.

Keluarga Revan semuanya ikut hadir dalam acara pernikahan sederhana itu. Jika di lihat memang aneh karena Revan adalah seorang CEO terpandang dan terkenal dengan kekayaannya yang tak main-main.

Tapi, Revan memang sengaja tidak mengadakan pesta pernikahan karena ia tidak mau acara pesta seperti itu mempengaruhi rencananya untuk membalas dendam.

Terlihat Alina -Mama Revan- tersenyum melihat Davina yang baru saja keluar dari kamarnya. Meski pernikahan putranya sangat mendadak, tetapi Alina sudah banyak mengetahui bagaimana sifat dan sikap Davina sebenarnya.

Wanita cantik paruh baya itu tau bahwa Davina adalah gadis yang baik hati dan sopan pada siapapun. Hal ini lah yang membuat dirinya setuju jika Revan menikah dengan jarak waktu yang sangat dekat, bahkan tanpa adanya persiapan yang matang.

***

Acara berlangsung dengan hikmat. Kini Davina sudah resmi menyandang status sebagai istri sah Revan Maheswara.

Davina tersenyum dan mencium tangan Revan dengan lembut. Begitu juga dengan Revan yang mencium kening Davina dengan penuh perhatian.

Hingga beberapa saat kemudian, terjadi keributan di luar rumah Paman Davina. Keributan itu di sebabkan oleh Dilan yang datang ke acara pernikahan sederhana Davina.

"Sialan. Biarkan aku masuk!" Teriak Dilan dari luar yang terdengar hingga dalam rumah.

Dilan sedang marah-marah dan di hadang oleh beberapa bodyguard Revan karena mencoba untuk menerobos masuk.

Dengan susah payah, Dilan berhasil melewati para bodyguard itu dan masuk ke dalam rumah menyaksikan gadis yang paling ia cintai kini resmi menjadi istri orang lain.

"Apa yang kau lakukan, Dilan?" Tanya Davina tatkala melihat Dilan yang terengah-engah menerobos masuk ke dalam rumah.

"Kenapa kau sangat tega padaku? Kenapa kau meninggalkan aku dan menikah dengan orang lain?" Tukas Dilan tak perduli dengan ramainya orang yang memandanginya.

"A-aku ..."

"Batalkan pernikahan ini!" Potong Dilan cepat.

"Aku tidak rela kau menjadi milik orang lain!" Teriaknya lantang dan menggema di seluruh ruangan.

Melihat kekacauan itu, Johan langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri Dilan.

Plakk!!!

Tamparan keras itu mendarat di pipi Dilan. Johan yang sudah tidak tahan melihat perilaku Dilan memberanikan diri untuk menampar pemuda tampan itu.

"Jaga sikapmu. Davina sudah resmi menikah. Kau tidak bisa seenaknya mengatur kehidupan nya," geram Johan pada Dilan.

"Kenapa? Apa yang salah dengan tindakan ku? Semua orang tau kalau Davina hanya mencintai ku. Dia tidak mungkin mau menikah dengan orang lain semudah ini. Dia pasti melakukan nya karena terpaksa!" Sarkas Dilan dengan segala luapan emosi nya.

Revan hendak berdiri dan menghampiri Dilan. Namun ia di tahan oleh sang Mama.

"Jangan berbuat keributan," lirih Alina pada putra bungsu nya itu.

Revan mengurungkan niatnya untuk ikut campur dalam masalah Dilan dan Johan. Kini justru Davina yang berdiri dan berjalan menghampiri Dilan.

Seluruh perhatian kini teralih pada Dilan dan Davina yang saling bertatapan itu.

"Maafkan aku. Aku menikah bukan karena paksaan siapapun. Ini adalah keputusan ku sendiri, Dilan..." Ucap Davina sambil tersenyum palsu.

"Apa katamu? Keputusan mu sendiri?" Tanya Dilan tak percaya.

Davina menganggukkan kepalanya. "Iya," sahutnya tegas.

"Kenapa kau setega ini padaku? Apa kau benar-benar tidak mengingat bagaimana aku mempertahankan dirimu?" Tukas Dilan tak terima.

"Aku menghargai semua kebaikan yang kau lakukan padaku. Tapi, kita sudah tidak memiliki hubungan apapun. Jadi, ku harap kau juga bisa menghargai keputusan ku," tutur Davina dengan raut wajah penuh keseriusan.

Sebenarnya Davina hanya berpura-pura menjadi tegar. Sementara dalam hatinya terasa hancur berkeping-keping mengingat bahwa dirinya masih sangat mencintai Dilan.

Tapi, bagaimanapun juga ia tidak bisa memaksakan kehendaknya sendiri. Ia harus tetap pada pendiriannya untuk menjauh dari Dilan demi menjaga hubungan antara Dilan dengan keluarganya.

"Lebih baik kau pergi dari sini. Aku tidak ingin melihat mu lagi," pinta Davina.

Gadis cantik yang sudah menyandang status sebagai seorang istri itu kembali ke tempat duduknya di samping Revan. Sementara Dilan diam mematung mendengar pernyataan dari Davina yang begitu mengejutkan bagi dirinya.

Tidak menunggu lama, Johan memerintahkan kepada bodyguard Revan untuk menyeret Dilan keluar dari rumahnya dan tidak membiarkan pemuda itu membuat keributan lagi.

Setelah Dilan pergi, suasana kembali tenang dan Davina semakin terpuruk dalam kesedihannya.

Perlahan tangan lembut Alina terulur memegang tangan Davina dengan penuh perhatian.

"Jangan takut. Mama akan selalu bersamamu," ucap Alina pada menantu nya itu.

Davina tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya. Tangannya semakin menggenggam erat tangan Alina dan enggan melepaskan nya.

Alina tersenyum dengan tindakan menantu nya itu. Selain mengetahui bagaimana sifat dan sikap Davina, Alina juga tau bahwa Davina adalah kekasih Dilan yang tak lain adalah anak tirinya sendiri.

Meski tau bahwa Revan menikah Davina untuk membalas dendam, namun Alina benar-benar menerima Davina sebagai menantu nya. Ia berjanji akan menyayangi Davina seperti ia menyayangi menantu pertama nya.

"Hari ini kau akan pulang ke rumah Revan. Mama tidak akan meninggalkan mu. Selama satu minggu kedepan-nya, Mama masih akan terus menemani mu. Apa kau mengerti?" Tanya Alina pada Davina.

Lagi-lagi Davina menganggukkan kepalanya sopan.

"I-iya... M-mama..." Jawab Davina dengan gugup.

Walaupun ia masih canggung memanggil orang lain dengan sebutan Mama, namun ia sangat bahagia karena akhirnya ia mendapatkan seorang mertua yang benar-benar mau menghargai dirinya.

"Ku mohon... Berikan aku kebahagiaan setelah pernikahan ini..." Ucap Davina dalam hatinya penuh harap.

****