Setelah berkutat selama lima belas menit lebih, akhirnya Nick berhasil melepaskan diri dari serbuan para penggemar. Ia tidak tahu bahwa dirinya sebegitu terkenalnya. Selama ini ia tidak pernah masuk televisi. Bagaimana orang-orang ini mengenalnya?
Nick berjalan naik menuju panggung. Acara demo masak dimulai. Ia harus profesional. Semua mata menatapnya, memperhatikan cara kerjanya, bukan hanya sekedar memandang dan mengagumi wajahnya. Itu tidak ada artinya. Ia ingin dipandang karena kemampuannya, bukan sebatas fisik belaka. Saatnya pertunjukkan!
Sore ini ia akan memasak Salmon Clams Sauce. Setelah menyapa para penonton, Nick mempersiapkan bahan-bahannya. Ia memotong kentang, wortel, lalu merebusnya. Brokoli selanjutnya. Kemudian ia menumis bumbu dan memasukkan kerang. Setelah krim dan bumbu lainnya, Nick memasukkan bayam merah.
Ia menambahkan perasan jeruk lemon untuk cita rasa yang khas. Selanjutnya ia memanggang salmon di atas teflon. Ia memberi sentuhan thyme di atasnya. Aroma gurih menguar, menggetarkan lidah. Saatnya platting. Saus kerang, sayuran, lalu terakhir salmon di bagian atasnya. Hiasan parsley, tomat ceri, dan irisan jeruk lemon membuat masakannya tampak sangat cantik. Sederhana sekali.
Selanjutnya dessert. Ia akan membuat Fruity Chocolate Mousse with Oreo Cheese Cake. Pengerjaan dessert jelas jauh lebih kompleks. Nick memanaskan susu. Sementara ia mengocok gula dan telur hingga mengembang. Ia memasukkan coklat bubuk dan karamel. Susu panas masuk. Ia memindahkannya ke dalam pan. Ia memanaskannya dengan api kecil hingga matang. Ia menaruhnya di sebuah wadah, lalu memasukkannya ke dalam kulkas.
Selanjutnya ia menyiapkan buah-buahan. Kiwi, nanas, stroberi, melon dengan potongan yang bulat dan kotak. Selanjutnya platting. Chocolate Mousse yang sudah dingin dikeluarkan dari cetakan, dijadikan sebagai alas paling bawah. Remah-remah biskuit Oreo dipadatkan, dicampur dengan lelehan mentega, krim keju dicampur dengan es krim vanila di bagian tengahnya, ditutup lagi dengan remahan Oreo. Buah-buahan di bagian atasnya. Serutan coklat putih yang melingkar, mempermanis tampilannya.
Dalam setiap langkah pengerjaan, Nick selalu memberikan tips memasak yang baik dan benar. Sesekali sang pembawa acara memberinya pertanyaan. Beberapa pertanyaannya seputar masakan. Dan ada pertanyaan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaannya.
"Chef, kalau boleh tahu, sebenarnya Chef Nicholas ini sudah menikah atau belum?" tanya seorang wanita yang berusia sekitar awal empat puluhan.
"Belum," jawab Nick agak tercekat.
Para wanita menjerit histeris. Nick ingin sekali memutar bola matanya. Tapi ia hanya bisa tersenyum setengah hati, berusaha fokus pada masakannya.
"Kalau begitu, Chef sudah punya pacar atau belum?" tanya wanita yang lain dengan nada yang genit.
Nicholas terkekeh. "Kenapa malah jadi pertanyaan pribadi, Bu? Kita sedang sama-sama belajar memasak bukan?"
"Ya, benar sekali, Chef," timpal sang MC. "Kita sama-sama belajar memasak dan sekaligus belajar mengenal Chef Nicholas lebih dekat lagi. Betul tidak, penonton?"
"Betuuuulll!!!" teriak para wanita.
Nick menghela napas. Dengan terpaksa ia menjawab, "Baiklah. Saya sudah punya seorang kekasih."
"Yaaahhh..." Cemooh para wanita.
"Nah, jadi sayang sekali, Ibu-ibu. Chef Nicholas sudah ada yang punya. Kita jangan menggodanya lagi ya. Jadi bagaimana tipsnya agar susu dan telurnya menyatu dengan sempurna, Chef?" tanya sang MC mengalihkan perhatian.
Nick hendak menjawab pertanyaan sang pembawa acara, ketika itu ia menatap ke sudut ruangan. Matanya tidak mungkin salah melihat. Milly sedang berdiri sendirian sambil menatap ke arah panggung, menatapnya. Mereka saling bertatapan selama beberapa detik. Nick tersenyum. Lalu ia melambaikan tangannya. Milly diam saja. Wajahnya agak cemberut.
Sang pembawa acara ikut menoleh ke arah Milly, lalu bergantian memandangnya. "Chef? Wah jangan-jangan..."
Nick tersadar, lalu ia menjawab pertanyaan tentang tips memasak. Kebahagiaan seolah menyelimuti dirinya. Ia ingin meletakkan spatulanya, lalu turun untuk menghampiri Milly, memeluknya dan kemudian menciumnya habis-habisan. Ia kembali melirik Milly. Kekasihnya itu masih berdiri di sana.
'Jangan pergi'. Nick memohon dalam hati.
Setengah jam kemudian demo masaknya selesai. Nick segera turun panggung, mengabaikan para wartawan yang berusaha mengambil foto dan penggemarnya yang berdesak-desakan untuk meminta tanda tangan dan foto bersama. Ia setengah berlari menuju ke tempat Milly tadi berdiri. Kekasihnya itu sudah pergi.
Ia mencari ke mana-mana dan tidak menemukannya. Bagaimana bisa Milly pergi begitu saja? Nick mencoba meneleponnya. Terdengar nada panggil beberapa kali. Lama sekali. Nick nyaris menekal tombol tutup telepon sampai kemudian ia mendengar suara Milly menjawab teleponnya.
"Halo?"
"Milly! Kamu di mana? Aku sudah selesai memasak."
"Aku... Aku sudah pulang."
"Hah? Kenapa? Kamu tidak ingin bertemu denganku?"
Hening. Milly tidak menjawabnya. Gawat. Sepertinya telah terjadi sesuatu. Nick terus berjalan mencari-cari. Orang-orang sembarangan mengambil fotonya. Ada beberapa yang mendekat, lalu mengambil foto seenaknya. Nick sedang tidak ingin berfoto.
"Kamu pasti sedang sibuk. Aku lebih baik pulang saja."
"Milly! Jangan pulang dulu!"
Selesai mengatasi rombongan menyusahkan itu, Nick berjalan menuju ke dekat stand alat percetakan kemasan makanan. Di sanalah Milly sedang membelakanginya dengan ponsel menempel di kupingnya.
Nick menutup telepon. Ia menarik tangan Milly, membuatnya terkejut. "Ikut aku!"
Orang-orang memperhatikannya, lalu berbisik-bisik. Ada pula yang berkata secara blakblakan.
Oh jadi itu pacarnya Chef Nicholas. Pacarnya ternyata bule. Aduh ganteng banget sih Chef Nicholas.
Nick mengabaikan semua orang-orang itu. Ia berjalan cepat membawa Milly ke ruang ganti chef. Setelah menutup pintu di belakangnya, Nick langsung memeluk Milly. Ia menghirup aroma rambut Milly. Campuran antara aroma sampo dan keringat. Udara di sini memang agak panas. Nick menyalakan AC.
"Milly, bagaimana bisa kamu ada di sini? Kamu membuatku kaget. Ini benar-benar sebuah kejutan."
"Aku..." Wajah Milly tampak murung.
"Ada apa, Milly?" Senyum surut dari wajah Nick. "Apa ada yang salah? Kamu kabur dari rumah?"
Milly mengerutkan dahinya. "Tidak. Aku sedang berlibur. Helen mengajakku dan Ika ke sini."
"Ya ampun. Aku pikir terjadi sesuatu. Di mana mereka?"
"Nick. Aku ingin bertanya sesuatu." Milly tidak menjawab pertanyaannya. Wajahnya tampak sangat serius. Tiba-tiba Nick merasa takut.
"Ada apa, Mil?"
Milly memandang matanya bergantian. Mulutnya terbuka sedikit, tapi lalu ia mengatupkannya kembali. Nick mulai khawatir. Milly seolah akan menangis kapan saja.
"Kenapa?" tanya Nick dengan suara selembut mungkin.
Milly berpikir keras, seolah menilainya. Ingin sekali Nick mempunyai kekuatan super untuk dapat membaca pikiran Milly saat ini. Sikapnya membuat Nick penasaran setengah mati. Apa yang sesungguhnya ingin Milly katakan padanya? Wajah murung Milly seolah memendam banyak sekali kalimat yang tak terungkapkan. Ia selalu seperti itu. Milly membuatnya jadi tegang.
"Bagaimana bisa... kamu... mmm... kamu bisa memasak sehebat itu?"
"Apa?" Nick mengerutkan keningnya.
"Aaaku..." Sejak kapan Milly jadi gagap? "Aku tadi melihatmu memasak. Tadinya aku tidak percaya kalau kamu seorang chef."
Nick tersenyum bingung. "Apa maksudmu, Milly? Kamu tidak percaya kalau aku seorang chef? Jadi menurutmu aku bekerja di Malaysia itu hanya sekedar omong kosong?" Nick benar-benar tertawa kali ini.