Warn! Terdapat adegan dengan rating 18+
Suara ketukan heels menggema dengan hentakan keras. Wajah anggun pemiliknya terangkat,memperhatikan layar lift yang membawanya menuju lantai teratas,ruangan CEO dari Vashesa Company. Dress berwarna putih yang dikenakan terlihat membentuk tubuhnya yang sintal. Dia terus melangkah tanpa mempedulikan tatapan sekitarnya yang tak bersahabat. Perempuan itu membuka pintu ruangan,berjalan menghampiri pria kesayangannya.
"Siapa pelacur itu?!"teriaknya penuh amarah.
Yudistira tersentak,dia melompat dari kursinya dan menghampiri perempuan yang sudah mendaratkan pantatnya di atas sofa. Yudistira duduk di sebelahnya,wajahnya terlihat sedikit ketakutan. Keningnya bahkan berkeringat dingin hanya dengan satu bentakan.
"Mbak Adenia harus tenang dulu sebelum wawancara dia,"Yudistira berusaha menenangkan kakak kesayangannya. Di hari-hari mendekati pernikahannya,perempuan itu selalu saja marah-marah tidak jelas membuat Yudistira merasa kewalahan menghadapi sikapnya.
"Seberapa parahnya dia?"tanya Adenia. Dia menarik nafasnya beberapa kali,mencoba untuk tetap tenang agar dapat menjaga citra perusahaan keluarganya.
"Dia terus mendekatiku dan berusaha merayuku dengan membuka kancing bagian atasnya. Bukankah itu sangat menjijikan,Mbak?"jawab Yudistira dengan mulut nyinyir seperti ratu gosip. Entah dari mana pria itu mempelajarinya.
"Benar-benar pelacur! Panggil dia ke sini sekarang,biar Mbak yang memakinya."Adenia naik pitam.
Pagi ini,dia mendapat telepon dari Yudistira. Katanya ada seorang perempuan yang mendekatinya dengan alasan menjadi sekretarisnya seperti kebanyakan wanita. Mendengarnya membuat Adenia merasa geram. Namun itu belum seberapa,saat mengetahui jika perempuan itu bertindak seenaknya dan selalu merayu Yudistira,Adenia meledak bagaikan jagung popcorn yang telah matang.
Dia marah-marah tidak menentu. Moodnya sangat hancur,bahkan saat sedang mencari gaun pernikahan. Dia jadi membayangkan semenjijikan apa penampilan perempuan itu. Pasti roknya sangat ketat dan pendek dengan belahan dada terbuka untuk memperlihatkan payudara implan miliknya. Adenia bergidik ngeri.
"Sebentar,aku akan menelfonnya."Yudistira meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja lalu mengubungi perempuan yang keduanya bicarakan sedari tadi. Perempuan tidak tau malu yang mendekati Yudistira seenak jidat.
"Kau menyimpan nomor teleponnya? Untuk apa bodoh?!"sentak Adenia.
"Hanya ingin tau data pribadinya. Dia harus kuberi pelajaran,bukan?"balas Yudistira yang masih fokus menghubungi perempuan tersebut.
Suara perempuan yang dikenalnya masuk ke indra pendengaran Yudistira. Anehnya bukan melalui telepon,melainkan secara langsung. Iris mata Yudistira bergulir memperhatikan seorang perempuan yang seusia dengannya tengah bersandar pada pintu ruangan. Dia terlihat sangat santai seakan kantor ini miliknya.
"Itu dia Mbak yang mau wawancara hari ini. Namanya Adeeva. Kamu duduk di sana sekarang!"Yudistira menunjuk sebuah kursi di depan Adenia. Setelahnya pria itu duduk di kursi kerjanya dan memperhatikan Adenia dengan Adeeva. Senyumnya sudah sumringah membayangkan Adeeva akan dimaki-maki oleh Adenia. Pasti dia akan sangat puas saat Mbaknya meledak dan mengatai Adeeva seenaknya.
***
Adenia terperangah,dia menatap Adeeva yang sudah tersenyum sambil melambaikan tangannya di saat Yudistira masih sibuk dengan telepon genggamnya. Otaknya mendadak beku mencoba merangkai potongan-potongan puzzle teka-teki keberadaan gadis itu. Apa jangan-jangan yang Yudistira maksud adalah Adeeva? Jika iya,berarti Adenia sedari tadi sudah menjelek-jelekkan gadis yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri. Astaga,itu tidak mungkin terjadi kan?
Lamunan Adenia buyar saat Adeeva mengeluarkan suaranya.
"Saya di sini,Sir!"kata Adeeva yang masih menyandarkan punggungnya pada pintu.
Adenia mendelik,dia semakin terkejut saar Yudistira mempersilahkan Adeeva masuk dan berkata,"Itu dia Mbak yang mau wawancara hari ini. Namanya Adeeva. Kamu duduk di sana sekarang!"
Wah,gadis ini memang tidak pernah main-main dengan ucapannya. Keduanya saling tatap satu sama lain,mereka sedang mengobrol melalui batin.
'Apa yang kau lakukan di sini?'batin Adenia dengan mata melotot menatap Adeeva.
Gadis di depannya tersenyum,dia paham dengan tatapan itu. Adeeva meletakkan telapak tangannya di dada seakan mengatakan, 'mendapatkan kembali cintaku'
Adenia paham dengan tingkah gadis itu. Pasti ikatan batin keduanya sangat kuat hingga berhasil membuat Yudistira menganga,dia melirik Adenia dan Adeeva secara bergantian. Apa yang sedang mereka lakukan? Dan kenapa Adenia tidak marah-marah seperti tadi?
"Mbak? Gimana? Mau mulai wawancara kapan?"sentak Yudistira membuat keduanya tersadar.
Adenia melirik Yudistira sejenak. Dia menghela nafasnya dengan berat sebelum mengambil keputusan.
"Kamu bisa bekerja mulai hari ini,walaupun aku terpaksa."kata Adenia dengan akhiran suara mengecil sehingga hanya Adeeva yang dapat mendengarnya.
"HAH?! APA?!"Yudistira menghampiri keduanya dengan mulut menganga lebar. Mungkin teriakan pria itu terdengar hingga lantai satu saking kerasnya.
Yudistira sangat terkejut. Ini semua diluar ekspetasinya,Adenia mengijinkan gadis seperti Adeeva untuk menjadi sekretarisnya? Sekretaris pribadinya?! Bukan hanya sekretaris di kantor.
"Mbak udah rabun atau gimana sih?"protes Yudistira.
Adenia berdiri,mengendikkan bahunya dengan acuh. Dan menghampiri Yudistira.
"Dia baik kok,lulusan New York University juga. Pasti kerjanya bagus."kata Adenia sambil menepuk pundak Yudistira.
Yudistira semakin terperangah. Dia tidak percaya dengan apa yang di dengarnya. Ini benar-benar diluar dugaan.
"Tadi Mbak barusan bilang kalau dia gak ada bedanya sama pelacur! Gimana sih?!"oceh Yudistira. Dia tetap pada pendiriannya untuk mengusir Adeeva dari hidupnya.
Sedangkan gadis yang baru saja disebut pelacur itu mendelik tidak terima. Dia menatap Adenia meminta penjelasan. Rupanya,Yudistira menyadari tatapan Adeeva yang dinilai kurang sopan. Yang ada di pikiran Yudistira,hubungan Adeeva dan Adenia hanya sebatas bos dan karyawan. Memang itu hubungan mereka dulu sebelum Adenia mengambil hak asuh Adeeva secara hukum. Bahkan setelah menikah nanti Adenia berniat untuk memasukkan Adeeva ke dalam kartu keluarga barunya bersama Axel dengan status Adeeva sebagai anaknya.
"Kau melotot seperti itu kepada Kakakku?"bentak Yudistira.
Adeeva tersentak,dia menyadari kebodohannya sendiri.
"Tidak Sir, mata saya sedang sakit jadi seperti ini."Adeeva beralasan.
"Mbak,kasih penjelasan dong!" Yudistira merengek,meminta penjelasan mengapa Adenia menerima Adeeva begitu saja setelah menghujatnya mati-matian.
"Mbak tau yang terbaik buat kamu. Percaya sama Mbak kalau dia akan jadi sekretaris yang baik."Adenia melenggang pergi dari ruangan Yudistira begitu saja. Dia menghindari keributan yang sepertinya akan berlangsung setelah ini.
***
Yudistira menghentakkan pinggulnya saat pelepasannya tiba. Dia menggeram. Hal ini bukan karena Yudistira menikmati percintaan yang baru saja dia lakukan dengan wanita bayarannya,melainkan karena otaknya hanya tertuju kepada Adeeva. Siapa gadis itu hingga membuat kakaknya seakan bertekuk lutut kepadanya? Dan kenapa Zion juga mengenalnya? Ada apa dengan gadis bernama Adeeva tersebut?
"Sialan!"teriaknya kesal.
Wanita bayaran bernama Carla itu mengusap lengan Yudistira,dia mencoba menenangkan pria yang terlihat gusar sedari tadi. Carla menyadari hal tersebut dari awal mereka bercumbu. Yudistira terlihat sedang mencurahkan emosinya,bukan hasrat.
"Ada apa?"tanya Carla.
Yudistira meliriknya sinis. Baginya Carla hanya sebatas wanita bayaran yang tidak harus tau mengenai kehidupan pribadinya meskipun Carla bisa dibilang sebagai langganannya.
"Gue mau lagi,"ujar Yudistira. Pria itu mulai menghentakkan kembali pinggulnya memasuki liang senggama milik Carla dengan kencangnya. Yudistira sangat menggebu-gebu hingga membuat Carla kewalahan.
"Ah,sialan! Fuck,lo enak banget."desah Yudistira disertai umpatan.
Carla mendesah tak henti-hentinya oleh Yudistira. Dia menikmati permainan pria itu. Yudistira memang benar-benar gila malam ini,dia menggempur Carla berkali-kali hingga dia kelelahan.
Yudistira menjatuhkan tubuhnya di samping Carla. Nafasnya terengah-engah setelah percintaan panas keduanya.
Carla menoleh,menatap wajah tampan Yudistira. Masih terdapat raut gusar di sana seakan emosinya tak terselesaikan bahkan setelah percintaan panasnya.
"Ada apa? Kau bisa bercerita kepadaku,sayang."tanya Carla sambil mengusap lengan berotot milik Yudistira.
Yudistira menghela nafasnya berat,sepertinya dia memutuskan untuk bercerita. Toh masalah ini tak terlalu penting,mungkin(?)
"Gue lagi mikirin cara buat ngusir cewek dari kehidupan gue,"Yudistira berkata tanpa menatap Carla. Tatapannya hanya tertuju pada langit-langit kamar hotel yang di sewanya.
"Gampang kok,kalau dia cewek baik-baik tinggal kamu setubuhi saja dia."jawab Carla.
Yudistira menggeleng,baginya Adeeva tidak berbeda dengan Carla. Dia hanya sebatas pelacur yang mencoba menggodanya untuk mendapatkan harta.
"Dia bukan cewek baik-baik,"kata Yudistira.
"Kalau dia bukan cewek baik-baik,kamu tinggal buat dia benci sama kamu."saran Carla.
Yudistira terdiam,Carla benar. Yudistira hanya perlu membuat Adeeva membencinya. Dia akan melakukannya,dia akan melakukan apapun agar perempuan itu bisa membencinya sampai meninggalkannya. Apapun itu.