Gadis dengan balutan baju tidur satin berwarna merah darah itu duduk di tepi ranjang sambil menguncir rambutnya. Hari ini cukup sibuk dengan segala kegiatannya di kantor sebagai sekretaris Yudistira. Hari pertama yang cukup melelahkan namun menyenangkan. Gadis itu tersenyum sendiri saat mengingat wajah Yudistira yang semakin tampan dibandingkan dengan terakhir kali dia bertemu saat di rumah sakit tiga tahun yang lalu.
"Okay,saatnya tidur!"kata Adeeva sambil membaringkan dirinya di atas ranjang. Dia baru saja mendapat gaji pertama yang memang dibayar dimuka,niatnya besok Adeeva akan mulai mencari apartemen. Dia membuka ponselnya,mulai mencari-cari apartemen yang dirasa dekat dengan tempat kerjanya.
Tunggu,tiba-tiba Adeeva mendapat sebuah ide yang sangat licik. Baru saja gadis itu hendak melancarkan aksinya,ponsel milik Adeeva sudah berdering. Tertera nama 'My Fav' dengan emotikon hati berwarna merah. Itu Yudistira,Adeeva sengaja menyimpannya dengan nama itu.
Gadis itu segera menggeser tombol hijau pada ponselnya,kali aja Yudistira tiba-tiba merindukannya.
"Apa kau merindukanku,Sir?"tanya Adeeva sedetik setelah dia menjawab panggilan dari Yudistira.
Dia bisa mendengar Yudistira mendengus kesal,"jemput aku di Bar Babylion sekarang. Aku mabuk dan tidak bisa menyetir!"pinta Yudistira membuat Adeeva mengumpat kesal. Dia baru pulang setelah mengatur jadwal Yudistira yang teramat sibuk dan mengurus beberapa klien,sedangkan Yudistira? Sudah nangkring saja di Bar seenaknya.
Adeeva menjawab dengan terpaksa,"kau pasti sangat merindukanku sampai menyuruhku menjemputmu,ya?"kata Adeeva.
"Jika kau masih sayang dengan pekerjaanmu,tidak usah banyak tanya"geram Yudistira sebelum mematikan panggilannya.
"Memangnya kau siapa?! Yang bisa memecatku hanya Mbak Adenia! Untung sayang,kalau enggak udah aku cabik-cabik mukamu."Adeeva menggerutu tiada henti memberikan sumpah serapah kepada Yudistira.
Gadis itu malas berganti pakaian,akhirnya dia hanya mengenakan baju tidur satinnya yang cukup terbuka lalu melapisinya dengan cardigan berwarna hitam yang menjuntai hingga ke lututnya. Setelahnya dia segera menyambar kunci mobil Yudistira yang memang diberikan kepadanya untuk antar jemput,tunggu apa sekarang Adeeva juga menjadi supir Yudistira?!kesal Adeeva dalam hati. Dia segera menyalakan mobilnya dan melaju dengan kecepatan sedang.
***
"Perasaan lo gak mabuk sama sekali deh,"selidik Bastian sambil memperhatikan gerak-gerik Yudistira yang terlihat normal.
Sahabatnya itu hanya mengendikkan bahunya acuh. "Kenapa?"tanya Yudistira.
"Harusnya gue yang tanya lo,kenapa minta dijemput Adeeva?"tanya Bastian lagi.
Zion datang menghampiri keduanya. Dia baru saja mengobrol dengan salah seorang temannya yang merupakan pemilik Bar Babylion ini.
"Yudis minta dijemput Adeeva?"sahut Zion.
"Gue pengen liat aja seberapa jalangnya dia,"jawab Yudistira dengan sebuah seringaian saat matanya menangkap seorang gadis dengan dress satin pendek berwarna merah tengah mencari keberadaannya.
Yudistira hanya tertawa geli tanpa berniat menunjukkan dirinya yang memang terletak di pojok ruangan. Tubuh Yudistira terhalangi oleh tubuh kekar kedua sahabatnya. Tetapi matanya masih bisa memperhatikan Adeeva. Lihatlah bagaimana gadis itu benar-benar seperti seorang pelacur sungguhan dengan dress yang mampu menggoda siapapun,bahkan Yudistira sekalipun.
Di sisi lain,Adeeva terus mencari keberadaan Yudistira. Dia sudah merasa lelah untuk menolak ajakan bercinta dari beberapa orang. Mulai dari pria paruh baya dengan perut buncitnya hingga pengusaha muda yang terlihat sangat tampan dan atletis.
"Sialan dimana sih manusia satu itu?!"kesal Adeeva saat tak kunjung menemukan Yudistira.
Adeeva menyerah,dia menebak mungkin Yudistira sedang bercinta dengan salah satu pelacur di sini. Akhirnya dia memilih untuk duduk di bar dan memesan wine. Adeeva terbilang cukup kuat dalam meminum alkohol. Dia tidak pernah mabuk hingga benar-benar tidak sadar. Bahkan jika minum bersama teman-temannya Adeeva selalu mabuk terakhir.
Gadis itu mulai menenggak anggurnya sedikit demi sedikti. Dia meraih ponselnya di dalam saku lalu mencoba menghubungi Yudistira. Tetapi,tidak ada jawaban. Adeeva tidak tau saja bahwa Yudistira sudah memperhatikannya di pojok ruangan dengan mata menggelap.
"Sialan tuh manusia!! Untung aku sayang ya ampun!"cibir Adeeva.
Saat matanya tengah fokus dengan ponsel,seseorang duduk tepat di samping Adeeva. Seorang pria berusia 30 tahun-an dengan jas berwarna abu-abu yang melekat pada tubuhnya. Pria itu terlihat cukup mabuk.
"Kau sangat cantik,bermainlah denganku!"ajak Pria tersebut.
Adeeva bergidik ngeri. Dia berniat untuk menghindari dan pergi dari sana,tetapi pergelangan tangannya sudah dicekal dengan kuat hingga Adeeva tidak bisa kemana-mana. Gadis itu berusaha melepaskan tangannya dengan segala tenaga yang ia punya. Tetapi tetap saja nihil,tubuhnya yang kurus itu mana bisa melawan tubuh atletis Pria di depannya itu?
Apakah Adeeva harus pasrah dan merelakan keperawanannya?astaga membayangkannya saja membuat Adeeva sangat jijik.
"Kenapa kau jual mahal sekali? Setinggi apa hargamu? Akan ku bayar dua kali lipat!"racau Pria tersebut sambil terus menarik Adeeva untuk mendekat.
Pria itu semakin berani,tangannya sudah melingkar di pinggang ramping Adeeva. Gadis itu memberontak berusaha meminta tolong,tetapi suasana Bar yang cukup kacau dengan dentuman musik yang sangat keras membuat suaranya tak berarti apa-apa.
"Bajingan! Aku bukan pelacur,lepaskan aku!"teriak Adeeva sambil berusaha melepaskan diri. Pria itu malah semakin menjadi-jadi dia menarik tubuh Adeeva dan memeluknya,lalu membuat Adeeva mendongak. Bibir Pria itu hampir menciumnya. Adeeva berusaha memberontak,dia menoleh kesana kemari tetapi rahangnya tiba-tiba dicekal dengan sangat kuat hingga Adeeva tidak bisa melakukan apapun. Dia hanya bisa memejamkan matanya dan menangis.
Satu detik,dua detik,hingga lima detik,tak ada lagi pergerakan dari pria itu. Adeeva segera membuka mata,yang ia dapati sekarang adalah Yudistira berada di depannya.
"Kenapa menangis seakan kau korban pelecehan?"cibir Yudistira.
Adeeva mencari keberadaan pria tadi,dia ternyata sudah tersungkur di atas lantai dengan sudut bibir yang berdarah. Hanya dalam lima detik Yudistira melakukan hal ini?
"Apa dia akan mati?"tanya Adeeva khawatir dengan keadaan pria tadi yang sudah lemas di atas lantai.
"Kau mengkhawatirkannya?"tanya Yudistira.
Adeeva menggeleng. "Tidak hanya saja aku kasihan,"jawab Adeeva.
Yudistira menghela nafasnya panjang,"dia masih bisa hidup lama,tenang saja."kata Yudistira.
Adeeva mengangguk,mendekati pria tersebut lalu mengamati wajahnya. Dia harus mengingat wajah yang hampir melecehkannya,lalu membalas dendam.
Yudistira bingung dengan apa yang sedang gadis itu lakukan. Hingga akhrinya pertanyaan itu terjawab saat Adeeva menonjok dan menendangnya sangat kedas sampai pria itu meringis kesakitan.
"Seenaknya saja kau melecehkanku,kau pikir aku pelacur?!"sentak Adeeva.
Dia memperbaiki tatanan rambutnya lalu memberi ancaman sebelum pergi dari sana,"jika kita bertemu kembali,akan kupastikan kau membayarnya!"
Yudistira mengekori Adeeva. "Apa harga yang dia berikan terlalu sedikit sampai kau tidak menerimanya?"tanya Yudistira membuat langkah kaki Adeeva terhenti.
"Aku bukan pelacur."kata Adeeva penuh penekanan.
"Tapi pakaianmu menjelaskan segalanya,"Yudistira memperhatikan penampilan Adeeva yang sangat menggoda. Bahkan hika gadis itu melompat mungkin pantatnya akan langsung terekspos begitu saja saking pendeknya dress yang dikenakan.
Hening. Adeeva tidak tau harus menjawab apa,dia mangakui jika pakaiannya salah. Tetapi niat awal Adeeva kan hanya untuk menjemput Yudis,dia kira Yudistira akan berada di depan Bar lalu tinggal masuk ke dalam mobil dan pergi. Bukan seperti ini.
Keheningan ini pecah saat seseorang menghampiri keduanya,"wow! Adeeva!"itu Zion.
Yudistira menatap tidak suka kepada Zion,entah dengan alasan apa. Yudistira segera mendekati Adeeva dan merengkuh pinggangnya. Adeeva bingung sendiri.
"Kau sangat cantik! Kenapa di sini? Bukannya kau akan bersenang-senang juga dengan kami?"puji Zion dengan antusias. Dia tidak berbohong dengan kecantikan Adeeva yang bahkan mampu memikatnya.
"Tidak,dia hanya menjemputku di sini."balas Yudistira sebelum Adeeva menjawab.
Di samping Zion,terdapat Bastian yang sudah menganga lebar dengan air liur yang hendak menetes saat melihat Adeeva. Gadis itu benar-benar berubah sangat drastis. Mungkin Bastian tidak akan mengira itu Adeeva jika Zion tidak memberitahunya.
"Hai,nama gue Bastian!"Bastian berpura-pura memperkenalkan dirinya. Adeeva membalas uluran tangan Bastian sambil tersenyum. Pria itu masih sama kocaknya seperti dulu,melihatnya saja membuat Adeeva ingin tertawa.
"Aku Adeeva,"balas Adeeva sambil mengedipkan sebelah matanya,memberi kode pada Bastian.
Yudistira melihat itu,dia berpikir Adeeva sedang menggoda Bastian. Yudistira sekarang semakin yakin bahwa Adeeva adalah wanita murahan. Tapi kenapa dia tidak rela melihatnya?
"Minta nomor handphone nya dong!"kata Bastian.
Adeeva baru saja hendak memberikannya. Tetapi Yudistira menggagalkannya. Dia mengambil alih ponsel milik Bastian lalu melemparkannya pada sofa di dekat sana.
"Dia sibuk,gak ada waktu buat chat sama kalian."sinis Yudistira.Adeeva melirik Yudistira dengan tatapan kesal,seenaknya saja pria itu.
Bastian protes,"emangnya lo siapa ngatur-ngatur Adeeva?"cibir Bastian.
"Dia pelacur gue,kenapa?"balas Yudistira membuat Adeeva membulatkan matanya tidak terima.
"Sialan,bibirnya perlu diberi pelajaran!"gumam Adeeva.
"Kenapa tingkah lo kayak cowok yang sedang cemburu?"komentar Zion membuat Yudistira mendelik.
"Cemburu? Haha! Nggaklah,buat apa gue cemburu sama cewek murahan kayak dia,"Yudistira terlihat tidak terima.
Adeeva melirik sinis,seenaknya saja mengatainya cewek murahan. "Setidaknya saya tidak berbohong hanya untuk dijemput seseorang,Sir!"balas Adeeva sambil berjalan meninggalkan Yudistira yang berlari kecil menyusulnya.