Chereads / Inverse : New Love Story / Chapter 23 - 11- Identias Dirahasiakan

Chapter 23 - 11- Identias Dirahasiakan

Yudistira pulang dalam keadaan marah, dia berjanji tidak akan percaya dengan embel-embel makan malam yang keluarganya berikan. Pada akhirnya, semua itu berakhir dengan perjodohan. Hal sialan yang sangat Yudistira hindari. Pria itu tengah sibuk dengan masalah mental yang dimiliki, semakin hari dia merasa semakin gusar seakan ada sesuatu yang hilang. Yudistira sudah berusaha sebisanya untuk menutupi semua itu, namun gagal. Lagi-lagi pikirannya tertuju pada hal tersebut.

"Tuan—"

"Oh Man, kita hanya berdua disini. Tak perlu memanggilku dengan sebutan sialan tersebut." Yudistira berkilat marah, menatap Evan yang selalu bersikap hormat kepadanya. Mereka cukup dekat, tidak perlu seformal itu untuk mengobrol.

"Oke, maafkan saya. Yudis, saya ingin melaporkan mengenai gadis tersebut." Ucap Evan dengan nada bicara yang cukup santai.

Yudistira tertarik dengan obrolan kali ini, pria itu menyandarkan punggungnya sembari memegang bolpoint tinta merah untuk mencatat hal-hal yang harus dia lakukan.

"Sebutkan semuanya secara lengkap!" Seru Yudistira. Terdapat sebuah seringaian tajam pada bibirnya.

"Nama lengkapnya Adeeva Afsheen Mahesa, lahir 12 November 1994." Yudistira terlihat membelalak kaget, dia menunggu Evan melanjutkan ucapannya.

"Tak ada lagi?" Tanya Yudistira dengan kening berkerut.

"Datanya tersimpan rapat di pemerintahan." Jawab Evan membuat Yudistira terkejut.

Bahkan, saat Evan mengetahui hal tersebut dia juga tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Adeeva seperti gadis yang sanhat dilindungi hingga semua identitasnya, bahkan hingga riwayat pendidikannya tersimpan sangat rapat. Evan sendiri tidak mampu menembus pertahanan tersebut.

"Siapa yang bisa melakukan hal tersebut terhadap identitas seseorang?" Yudistira terdengar seperti seekor harimau yang menggeram. Suaranya rendah, menusuk, dan penuh penekanan.

"Hanya keluarga Adyatama yang dapat melakukannya," Evan sendiri tidak tau mengenai apa yang tengah terjadi. Dia menduga ada sebuah ikatan yang lebih erat dibanding kemunculan tiba-tiba gadis tersebut.

"Selain itu," Yudistira masih belum mempercayai apa yang didengarkannya.

"Tidak ada. Hanya keluarga Anda yang dapat melakukannya," jawab Evan.

Yudistira melempar bolpoint merahnya dengan kesar, dia bahkan hingga mengumpat kesal. Sekarang dia semakin tertarik dengan gadis itu. Seorang gadis berambut merah terang yang tak takut sedikitpun terhadapnya.

***

Waktu berlalu cukup cepat, hari-hari Adeeva hanya diisi dengan menuruti kemauan aneh dari Yudistira. Pria yang berstatus sebagai atasannya tersebut tidak tanggung-tanggung dalam memberikannya pekerjaan dan perintah.

Perintah yang keluar dari Yudistira tidak pernah manusiawi. Pria itu pernah menyuruh Adeeva untuk mengambil sebuah berkas yang jatuh kedalam kolam renang kantor. Bahkan Adeeva pernah dipaksa untuk membelikan Yudistira makanan dari sebuah restoran yang berjarak lima belas kilometer dari kantornya dalam waktu lima belas menit.

Alhasil Adeeva sempat kecelakaan karena memgendari mobilnya dengan kecepatan tinggi. Untung saja hanya kecelakaan ringan yang membuat kulitnya kini dihiasi banyak luka gores.

Dan sekarang, Adeeva sudah berdiri dengan mental dan fisik yang cukup siap untuk menghadapi Yudistira. Dia masiu akan bertahan demi mendapatkan kembali cintanya.

Adeeva membuka pintu ruangan Yudistira kemudian masuk dengan langkah yang pelan. Dia bisa melihat Yudistira dengan tuxedo berwarna hitam dan celana dengan warna senada. Pria itu selalu terlihat tampak dengan apapun yang dikenakan.

"Saya disini, Sir!" Ucap Adeeva.

Yudistira mengayunkan tangannya, memberi sinyal kepada Adeeva untuk mendekat. Gadis itu menurut, mendekat pada Yudistira dan berdiri tepat disebelahnya.

"Pergilah ke venue pernikahan kakakku, pantau pengerjaannya hingga selesai!" Pinta Yudistira. Adeeva sedikit tersentak, dia tidak boleh bertemu dengan keluarga Yudistira, Adeeva tidak boleh menampakkan wujudnya di depan mereka. Bahkan, sebenarnya Adeeva tidak diperbolehkan untuk menampakkan batang hidungnya di depan Yudistira.

Yudistira mendapati tubuh sekretarisnya menegang, Adeeva tidak menjawab dan malah melamun. "Adeav? Kau tau aku tidak suka mengulang ucapanku," Yudistira menggoyangkan lengan Adeeva, membuat gadis itu tersadar.

"Aku tidak bisa, Sir..." cicitnya.

Yudistira bisa melihat ekspresi ketakutan pada wajah tersebut, hal yang membuatnya menyeringai tajam. "Baiklah jika kau tidak mau."

Adeeva bisa bernafas lega sejenak, hanya sejenak sampai Yudistira kembali membuatnya menegang. "Kalau begitu besok kau harus menjadi pasanganku untuk datang ke pernikahan itu,"

"Tapi—"

"Pilihannya hanya dua, mengawasi venue atau datang ke acara pernikahan."

***

Dan disini Adeeva sekarang berada. Di venue pernikahan Adenia yang terlihat sangat megah. Pasti acara ini akan diselenggarakan besar-besaran, mengingat Adenia adalah anak kesayangan keluarga Adyatama, keluarga paling berpengaruh di Asia Tenggara.

Brand fashion yang dimiliki Adenia melambung tinggi hingga kancah internasional. Drycoll, nama brand tersebut tidak kalah dengan brand sekelas gucci dan channel.

Adeeva memutuskan untuk menutup wajahnya menggunakan masker. Adenia berkali-kali menekankan padanya untuk tidak bertemu dengan orang tua Yudistira. Gadis itu mengerti alasannya, dia juga cukup memahaminya. Orang tua mana yang tidak membenci seseorang yang hampir membuat anaknya meninggal?

Dia tidak tau harus melakukan apa, dia tidak pernah mengurus seputar pernikahan. Menikah saja dia belum, bahkan datang ke acara pernikahan terakhir kali bersama Bang Fagan dulu.

Untungnya Adeeva sempat menghubungi Adenia, bertanya apa saja yang kurang dari venue. Adenia sekarang sedang berusaha menahan kedua orang tuanya agar tidak harus mengontrol venue.

Kini gadis itu mulai berkutat pada beberapa barang yang kurang simetris, Adenia yang memberitahunya bahwa terakhir Adenia kesana, banyak barang-barang yang tak terlihat lurus.

"Yang pot besar isi bunga warna putih itu tolong di geser sedikit ya," Adeeva memberikan intruksi pada salah satu pekerja. Dia juga mengamati dengan seksama pekerjaan mereka.

Hingga akhirnya, setelah kurang lebih empat jam dia berkutat dengan masalah dekorasi, Adeeva bisa bernafas lega saat melihat semuanya telah sempurna. Gadis itu kini tak peduli dengan penampilannya yang terbilang sangat berantakan, rambut yang sudah acak-acakan, kemeja dan roknya yang sudah kotor, serta kaki yang terbalut sandal jepit dibandingkan sepatu heels.

Gadis itu duduk pada salah satu kursi yang tersedia, dia memijit kakinya yang terasa nyeri. Adeeva melirik jam tangannya, melihat waktu yang telah menunjukkan pukul lima sore. Jam kerjanya sudah berakhir. Gadis itu membereskan barang-barangnya, meletakkan ponsel dan powerbank ke dalam tasnya, kemudian berpamitan dengan mereka.

Kakinya masih mengenakan sandal jepit, persetan dengan tubuhnya yang jadi terlihat pendek. Gadis itu menguncir rambutnya dengan gaya ponytail. Dia kemudian berjalan menuju sebuah pintu besar.

Adeeva terus berjalan sambil menunduk, meratapi kakinya yang penuh luka. Hanya membutuhkan waktu beberapa detik untuk membuat luka tersebut, namun untuk menghilangkannya butuh waktu ribuan kali lipat lebih lama.

Sama seperti cinta, hanya butuh waktu singkat untuk kita mencintai seseorang. Namun, bisa membutuhkan waktu puluhan kali lipat untuk menghilangkan rasa tersebut. Adeeva merutuki dirinya yang bodoh karena memilih mengejar masa lalunya daripada mencari orang baru.

Brak!

"Aw!" Gadis itu meringis saat jidatnya membentur sesuatu, mungkin dinding?

Adeeva mendongak, mendapati kemeja berwarna putih didepannya. Dia kembali mendongak, kemudian menemukan Yudistira tengah memperhatikannya dengan tajam.

Gadis itu tersadar dan segera mundur dari posisinya, dia kemudian memberi hormat.

"Semuanya sudah beres, Sir! Saya sudah memantau semuanya sesuai keinginan Nona Adenia." Suara Adeeva terdengar lesu, dia sangat lelah sekarang.

"Kau tidak mengerjakannya sesuai dengan seleramu bukan?" Tanya Yudistira. Adeeva berdecak kesal, apa pakaian yang dimiliki kurang modis sehingga Yudistira mengejek perihal seleranya?

"Selera ku sepertimu, Sir! Apa itu tandanya kau juga jelek?" Adeeva menahan tawanya. Dia bisa melihat Yudistira mendengus kesal, tak bisa menjawab.

"Berikan alamat apartemen barumu kepadaku, besok kau kujemput jam tujuh pagi," ucap Yudistira dengan tegas, seakan tak terbantahkan.

Adeeva menganga, "maksudnya, Sir?"

"Kau tetap menjadi pasanganku dalam acara pernikahan Kakakku."