Tamu-tamu mulai berdatangan, para pejabat tinggi terlihat dimana-mana. Bahkan beberapa anggota DPR dan Menteri turut hadir dalam acara pernikahan anak pertama dari keluarga Adyatama, keluarga paling berpengaruh di Indonesia.
Adeeva sedikit ketakutan. Dia tidak berani mendekati panggung dan kerumunan. Gadis lebih memilih berdiam diri di pojokan, berusaha agar tidak terlihat. Dia tidak ingin keluarga Yudistira menyadari kehadirannya, bahkan sampai mengenalinya. Membayangkannya saja membuat Adeeva langsung keringat dingin.
"Hai, kenapa di sini?" Suara seorang pria masuk ke dalam telinganya. Adeeva segera menoleh ke samping kanan dan menemukan seorang pria yang terlihat lebih tua darinya. Meski keriput di wajahnya sudah mulai nampak, namun pria tersebut bisa di bilang cukup tampan.
"Hanya tidak suka keramaian," jawab Adeeva dengan canggung.
Pria tersebut semakin mendekat saat respon Adeeva terlihat bagus. Dia mengulurkan tangannya yang langsung di balas oleh Adeeva.
"Davion,"
"Adeeva,"
Davion tersenyum, menunjukkan lesung pipinya yang membuat pria itu terlihat manis. Bahkan di saat hati Adeeva ada pada Yudistira, dia tetap terpesona dengan senyuman Davion.
"Sendirian?" Tanya Davion. Keduanya sudah berhadapan dengan jarak yang terbilang cukup dekat.
Adeeva yang sedikit risih memilih untuk mengambil satu langkah kebelakang. Gadis itu melakukannya dengan halus agar Davion tidak menyadarinya.
"Bisa ya, bisa tidak juga." Jawab Adeeva. Dia sendiri bingung apakah di sini sendiri atau tidak. Nyatanya yang menikah adalah orang terdekatnya, Mbak Adenia dan Axel. Kemudian ada teman-teman lamanya juga seperti Zion, Bastian, dan Ceyza. Bahkan ada kekasih lamanya yaitu Yudistira.
"Jadi yang benar ya atau tidak nih?" Davion tertawa kecil, merasa gadis itu cukup menggemaskan.
"Tidak. Ada banyak yang kukenal tetapi aku tetap merasa sendiri, mungkin karena aku yang mengasingkan diri?" Gadis itu menunjukkan senyum terbaiknya, mencoba terlihat baik-baik saja di rasa kesepian yang mendalam.
Adeeva sangat membenci pesta karena dia tau dirinya hanya akan merasa kesepian. Adeeva tidak akan bisa menikmati hal seperti ini seumur hidupnya. Tetapi Adeeva tidak mempermasalahkan hal tersebut. Bagi Adeeva, mengenal banyak orang tidak di butuhkan. Adeeva hanya memerlukan satu orang yang akan percaya padanya. Selalu percaya pada dirinya, terlepas apapun yang dia lakukan.
Seperti Mbak Adenia.
Wanita dengan usia matang tersebut sekarang tampak sangat menawan dengan balutan gaun pengantin berwarna putih yang sangat indah. Gaun yang memperlihatkan pundak mulus Adenia terlihat sangat cocok di tubuhnya. Adenia benar-benar seperti ratu malam ini.
"Kalau begitu, boleh ku temani?" Apa Davion baru saja menawarkan diri? Itu akan cukup menyeremkan jika ternyata Davion sudah memiliki istri. Adeeva tidak mau di anggap sebagai perebut suami orang.
"Nanti istrimu marah, Davion." Balas Adeeva.
Davion menaikkan sebelah alisnya, merasa sedikit kebingungan kemudian tertawa kecil. "Apa aku terlihat sangat tua sampai kau mengira aku sudah beristri? Usiaku baru tiga puluh dua tahun." Kata Davion.
Adeeva melipat bibirnya ke dalam, merasa malu dan tidak enak sekaligus.
"Bukan itu maksud saya, hanya saja... kau terlihat matang. Ehm, dewasa..." Adeeva tersenyum, mencoba mengurangi suasana canggung antara keduanya.
Tepat sebelum Davion kembali bersuara, seorang pria menghampiri keduanya kemudian menyelipkan tangannya di pinggang ramping milik Adeeva. Gadis itu sampai tersentak kaget.
"Hai Mr. Adreas, maaf tapi boleh saya meminjam kekasih saya sekarang?" Pria tersebut mengeratkan tangannya pada pinggang ramping Adeeva, seakan menegaskan pada Davion bahwa gadis ini miliknya.
"Mr. Vegard, jadi ini kekasih mu? Sepertinya kalian sedang bertengkar sampai Adeeva bilang dia sendiri di sini." Davion terlihat menyeringai kecil.
Zanipolo Vegard, pria yang kerap di panggil dengan nama Zion ini sedang berusaha melindungi Adeeva dari pria hidung belang seperti Davion. Sesungguhnya Davion belum menikah sampai detik ini karena dia tidak pernah memilihi niatan serius dengan seorang wanita.
Semua wanita hanya Davion jadikan sebagai pemuas nafsu, tidak lebih. Dan Zion tidak akan membiarkan Adeeva menjadi korban selanjutnya. Sudah cukup segala penderitaan Adeeva di masa lalu, ini saatnya gadis itu menikmati kebahagiaan sebagai hadiah dari rasa sabarnya dulu.
"Kau masih marah padaku, sayang? Padahal aku sudah meminta maaf berkali-kali." Zion mengedipkan sebelah matanya dengan cepat, sampai Davion tidak menyadarinya.
Untung saja Adeeva sedang peka terhadap situasi. Gadis itu mau tidak mau harus menunjukkan bakat aktingnya yang sangat buruk.
"Iya, aku masih marah kepadamu. Sudah ku katakan untuk tidak mencampurkan wortel dan kol saat membuat bakwan!" Kesal Adeeva. Walaupun aktingnya tidak natural, setidaknya itu berhasil membuat Davion sedikit menyingkir.
"Kalau begitu, kau harus mengajarkan aku untuk membuat bakwan yang benar sayang..." Zion membawa Adeeva menjauh dari Davion. Dengan terpaksa dia mengarahkan gadis itu ke dalam kerumunan.
"Apa itu bakwan?" Tanya Zion. Tangan pria itu sudah terlepas dari pinggang ramping Adeeva, membuat gadis itu merasa lega.
"Gorengan. Astaga, kau hidup di Indonesia selama dua puluh enam tahun dan tidak tau apa itu bakwan?" Ejek Adeeva. Dia tidak menyangka bahwa Zion tak mengetahui gorengan yang satu itu. Padahal Adeeva sangat suka sekali.
"Ck! Kau sendiri hidup di Indonesia selama dua puluh enam tahun dan tidak tau bahwa Davion adalah buaya darat?" Balas Zion tidak terima. Zion yang pendiam tiba-tiba menghilang.
"Kau tau? Aku sempat mati lima tahun di Indonesia kemudian harus pindah tiga tahun di New York." Adeeva memelankan suaranya, dia tidak ingin menjadi pusat perhatian.
"Apa kalian sudah selesai berdebat tentang ragam budaya Indonesia yang sangat bervariasi?" Suara Bastian membuat Zion dan Adeeva menoleh bersamaan.
Zion terlihat santai dan kembali memasang ekspresi datarnya. Sedangkan Adeeva sedikit terkejut saat melihat sosok Ceyza, kekasih Bastian yang juga mantan kekasih Yudistira dulu. Apa Ceyza mengenalinya? Apa dia akan marah padanya?
"Kenapa terkejut, Adeeva? Dia Ceyza. Aku yakin kau mengenalnya," suara Bastian membuat Adeeva tersadar. Benar juga, tidak ada gunanya menghindar.
Ceyza sedikit terperangah melihat kecantikan Adeeva. Bahkan gadis itu sampai tak menyadari bahwa mulutnya sudah terbuka.
"Kau benar-benar Adeeva yang merebut Yudistira dariku?" Tanya Ceyza membuat Adeeva menunduk malu.
"Pantas saja, kau sangat cantik. Tidak masalah Adeeva, yang penting kau tidak merebut Bastian kali ini." Adeeva tersenyum, dia hanya bisa tersenyum dan tersenyum seperti orang bodoh.
Gadis itu merasa sangat canggung karena mereka sudah lama tidak berkumpul seperti ini. Bahkan, Adeeva merasa sedikit asing.
Hingga akhirnya, ketakutan yang sejak tadi Adeeva bayangkan terjadi. Keluarga Adyatama menghampiri Zion dan Bastian, yang artinya mereka juga melihat Adeeva.
Gadis itu bisa melihat Bambang Adyatama dan Clarina, istrinya. Dia juga melihat Yudistira yang berada tepat di sisi kiri ayahnya. Adeeva tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya sekarang.
"Sepertinya kalian kedatangan personil baru, siapa namanya?" Tanya Bambang Adyatama.