Mobil sport warna merah milik Dirga itu berhenti mulus di depan rumah Audy. Dirga memang sudah hafal dalan ke rumah Audy karena ia pernah mengantar Audy pulang satu kali.
Audy terbengong, dilihatnya mobil sport lain berwarna kuning ada di depan mobil Dirga. Itu mobil milik Valdi. Sedang apa cowok itu berada di rumah Audy?
"Thanks kak.."
"Oke. Gue langsung balik."
Audy mengangguk saja dan melambaikan tangannya saat Dirga mulai melajukan mobilnya ke arah lain. Dirga juga tidak peduli dengan mobil sport kuning yang ada di depan rumah Audy itu. Dirga bukan tipe lelaki yang ingin tahu banyak hal.
Namun, ponsel Dirga berdenting singkat. Tanda ada pesan masuk dari salah satu temannya di sana.
-Finsa-
Gue gak sengaja ketemu Alan di restoran. Tadi gue kerja part time sore hari.
17:10 PM
-Dirgafizky-
Ngapain lo kasih tahu gue? Emang gue emaknya?
17:10 PM
-Finsa-
Yaelah si monyet. Alan sama Tamara tadi. Tamara sempet nangis-nangis di depan restoran.
17:11 PM
-Dirgafizky-
Tamara lagi Tamara lagi. Gue muak sama tuh cewek. Kalem tapi ganggu banget.
17:12 PM
-Finsa-
Jangan gitu. Lo lupa tentang masalah di antara kalian?
17:13 PM
-Dirgafizky-
Gue gak pernah lupa. Tapi gak usah lo ingetin juga.
17:14 PM
-Finsa-
Gue cuman kasih info aja. Lagian lo udah gak pernah dihubungin sama Tamara?
17:15 PM
-Dirgafizky-
Kagak pernah. Dia nyosornya ke siAlan.
17:15 PM
-Finsa-
Hahahaa bangke lo. Terus gimana tentang cctv yang ada di barista?
17:16 PM
-Dirgafizky-
Weekend gue ke Fable. Lo kabarin gue kalau baristanya kasih info.
17:17 PM
-Finsa-
Oke bos.
17:18 PM
***
"Valdi. Kok lo di rumah gue?" Tanya Audy yang menatap Valdi dengan pandangan heran.
Vera terkekeh. "Mamanya Valdi bikinin salad buah buat keluarga kita. Tuh banyak ada dua kotak. Mana seger banget Dy.." ujarnya.
Audy mengangguk paham, melihat ada dua kotak plastik berukuran masing-masing 1000ml. Memang terluhat sangat segar dan Audy tentu saja ingin menyantap salad buah itu. Gadis itu kemudian mengambil duduk di samping Valdi yang duduk di sofa panjang ruang tamu rumahnya.
"Ya udah karena udah ada Audy, tante tinggal ke taman belakang ya Val. Kalian bincang-bincanh aja di sini."
Valdi mengangguk sopan mendengar ucapan Vera. "Iya tante. Silakan dilanjutkan kesibukannya."
Vera terkekeh dan langsung pergi melanjutkan aktivitasnya menyirami bunga-bunga yang sempat tertunda karena kedatangan Valdi tadi.
"Lo dari mana Dy?"
"Emm, abis makan di luar."
"Sama siapa?"
"Sama temen kok.." jawab Audy singkat tanpa mau memberitahu Valdi kalau ia habis keluar dengan Dirga.
"Tadi kan Vallen sama Steffani masih di sekolah ikut bimbelnya Mr. Hans. Emang lo punya temen lain lagi?" Desak Valdi.
Audy rasanya dibuat tergugup. Badannya menegang. "Ahahaha.. temen lama gue pas di bangku SMP. Makanya tadi gue duluan soalnya dia jemput gue di depan sekolah. Beda sekolah soalnya sama dia."
"Ohh.. gitu.. gue kira keluar sama Alan lagi."
Mendengar itu Audy menghembuskan napasnya lega. Ternyata Valdi tidak mengetahui kedekatannya dengan Dirga. Valdi malah salah sangka dengan Alan.
"Hahahha.. nggak kok." Jawab Audy dengan tertawa geli.
Valdi malah memicing curiga. Cowok itu masih mengira Audy berbohong kepadanya. "Sorry kalau gue salah kira."
"Iya santai aja. Gapapa Val.."
"Kita lama banget gak saling main ke rumah gantian. Lo gak mau main ke rumah gue lagi?"
"Kapan-kapan deh Val. Kalau bisa ajakin Vallen sama Steffani juga.. gak enak juga kalau cuman berdua sama lo."
"Kenapa? Kan kita sahabat."
"Kata kakak gue, gak ada persahabatan antara laki-laki dan perempuan. Pasti salah satunya ada yang suka. Gue gak mau itu terjadi di antara kita." Ujar Audy secara langsung.
Valdi berdeham pelan. Merasa bahwa perkataan Audy sangat menghujam hatinya. "Emangnya kalau suka sama sahabat sendiri kesannya terlarang banget ya?" Tanyanya.
"Ya gak sih kalau emang sama-sama suka. Kan ada yang gak bisa jadi satu, Val.."
"Contohnya?"
"Ya misal salah satu dari mereka udah punya pasangan lain. Atau mencintai orang lain. Itu bakal sakit banget sih, Val.."
Deg!
'Itu kondisi gue sekarang, Dy. Andai aja lo tahu seberapa cemburunya gue sama Alan.' Ujar Valdi dalam hatinya.
"Kenapa lo jadi ngelamun Val? Lo suka sama sahabat lo sendiri?"
Ditanya begitu oleh Audy, Valdi langsung membelalakkan matanya. Lidahnya kelu dan bibirnya seolah tidak bisa berbicara. "Ah.. itu.. emm g-gue anu---"
"Ah, jangan-jangan lo suka sama temen sebangku lo ya? Si Vallen?"
Valdi menggeleng dengan cepat. "B-bukan bukan.."
"Ooohh Steffani?" Tebak Audy lagi.
"Gila.. bukan Dy.. bukaaann." Geram Valdi.
Audy tertawa geli sambil memegangi perutnya. "Hahaaha.. abisnya lo panik banget gue tanyain gitu. Gue bercanda kali. Ya kalik lo sukanya sama gue. Awas aja lo kalau ngerusak persahabatan kita."
"Iya.. nggak.." ujar Valdi dengan suara yang lemah.
"Udah ah, sana lo pulang."
"Bentar dong Dy."
Audy menghembuskan napasnya lelah. "Lo mau ngapain sih di sini? Gue tuh belum mandi Val.. capek juga abis dari luar."
"Gue cuman mau minta satu hal sama lo." Pinta Valdi.
"Apaan? Serius banget lo."
"Lo bisa nggak, jujur ke sahabat lo? Tentang siapa yang lo temui, lo lagi kesulitan apa, lo lagi menghadapi apa. Bagi aja ke gue, ke Vallen, atau ke Steffani. Gue hafal gelagat lo Dy. Lo gak bisa bohongin gue dengan menyembunyikan sesuatu dan jawaban lo bohong semua."
Audy mengernyit heran. Mengapa Valdi jadi seperti ini?
"Tunggu Val, maksudnya apa ya lo ngomong gitu? Lo tahu apa tentang gue?"
Valdi mendengus. "Kita berdua sahabatan udah hampir enam tahun. Gue hafal di saat lo berbohong dan di saat lo jujur."
"Gue tanya lo tahu sesuatu apa tentang gue? Gue gak tanya berapa lama kita sahabatan." Ujar Audy yang suaranya mulai meninggi.
"Gue tahu dua minggu yang lalu lo pasti nyembunyiin sesuatu. Lo gak ada di rumah Vallen kan? Dan lo gak ngasih tahu ke kita bertiga. Bahkan Vallen bilang ke gue kalau dia gak berani tanya privasi lo. Padahal lo sebenernya butuh bantuan."
Audy memijat pelipisnya. Merasa pening karena omongan Valdi yang serasa aneh baginya. "Gue minta lo pulang. Gue mau istirahat. Apapun itu tentang gue yang gak gue ceritain ke sahabat gue apalagi ke orang lain, berarti hal itu sangat privasi buat gue. Dan lagi, seorang sahabat gak akan menuntut sahabatnya bercerita tentang hal privasi itu." Tandas Audy kemudian beranjak dari duduknya. Meninggalkan Valdi di ruang tamu dan naik ke lantai dua di mana kamarnya berada.
***