"Kemarin sore kok Valdi sendirian di ruang tamu Dy?" Tanya Vera sembari menyiapkan roti isi selai untuk Audy dan suaminya.
"Audy pergi mandi. Gerah soalnya. Dia aku suruh pulang kok udahan."
Vera terkekeh mendengar itu. "Gak gitu caranya nyuruh temen pulang. Harusnya kamu bicaranya yang baik dong. Valdi kan ke sini bawaim salad buah."
"Hm, iya Maa." Ujar Audy singkat. Percuma saja kalau ia menjelaskan ke Vera, Vera tidak akan paham apa yang Audy dan Valdi permasalahkan kemarin. Gadis itu langsung mengambil satu tangkup roti yang sudah berisi selai anggur.
"Papa mana?" Tanya Audy lagi.
"Masih di kamar. Ada zoom pagi. Nanti berangkatnya jam delapan pagi dari rumah."
"Oh gitu.. Mama udah pesenin Audy taksi?"
Vera mengangguk. "Iya. Udah di depan kok taksinya. Tadi sopirnya mama kasih roti juga biar dimakan. Biar nungguin kamu."
"Hehe.. oke deh. Makasih ya Maa.."
"Sama-sama sayang.. nanti kalau kamu mau dijemput pulang, bilang aja ke sopirnya yah. Biar mama yang bantu booking dari rumah."
Mendengar itu Audy menganggukkan kepalanya. Kemudian meneguk segelas susu vanillanya ketika roti isi selai itu habis. "Kayaknya Audy dianter temen Audy lagi nanti.."
"Oh ya udah kalau gitu."
"Audy ijin pulang telat ya Maa.."
"Mau ke mana?"
Audy nyengir saja. "Hehe main ke rumah temen. Pulang jam lima sore mungkin."
Vera mengangguk. "Iya gapapa yang penting aman dan gak kenapa-napa."
"Siaapp.."
Namun selanjutnya Vera menelisik wajah Audy. Menatap wajah putri bungsunya itu dengan tatatapan meneliti. "Kamu nggak lagi pacaran kan?" Tanyanya sambil tersenyum menggoda.
"Eh. Nggak kok Maa.. Audy gak punya pacar. Serius kok."
Vera terkekeh geli. "Iya iyaa mama percaya. Yang penting kamu pulangnya gak malam loh ya.."
Audy mengangguk. Kemudian gadis itu menyalami tangan kanan Vera dan bergegas untuk keluar rumah dan masuk ke dalam taksi.
***
Setengah hari menikmati waktu bersekolah, Audy nampak menjaga jarak dengan Valdi. Bahkan ketika bekerja kelompok, ia hanya mengobrol dengan Vallen dan Steffani saja. Audy enggan sekali mengajak Valdi ngobrol. Rasanya malas setelah mengetahui sifat Valdi yang seperti kemarin. Sifat yang belum pernah Valdi tunjukkan kepadanya selama mereka bersahabat. Valdi menjadi posesif sebagai seorang sahabat, dan Audy jadi tidak merasa nyaman.
"Lo kenapa pas diskusi kelompok tadi gak ngerespon Valdi sama sekali?" Tanya Steffani setelah ia melihat Valdi keluar kelas.
Vallen mengangguk setuju dengan pertanyaan Steffani. Gadis itu duduk di atas meja dengan menghadap ke tempat duduk Audy dan Steffani. Jam setelah istirahat ini sedang jam kosong. Karena para guru ada rapat dadakan di gedung ruang guru.
"Gue cuman sebel aja. Dia kemarin ke rumah gue. Anterin salad buah dua kotak. Tapi ternyata maksudnya lain." Ujar Audy.
Vallen mengernyit. "Emang Valdi ngapain?"
"Valdi kayaknya jadi sahabat yang posesif deh Len.. gue gak nyaman rasanya. Dia jadi kayak nanyain hal-hal privasi gue. Padahal kalian berdua juga tahu sendiri kalau gue akan cerita di waktu yang tepat." Jelas Audy.
"Maklum. Dia kan cowok sendiri di antara kita. Mungkin, sikap cowok emang beda aja kali. Kan cowok kalau temenan emang hobi to the point kalau masalah cerita dan curhat."
Mendengar perkataan Steffani tersebut, Audy mengangguk paham. Sepertinya hal itu benar juga. Namun Audy jadi lebih hati-hati dulu dan memberi jarak pada Valdi. Karena kedekatannya dengan Dirga pasti akan sangat disorot dan akan menimbulkan Vallen dan Steffani juga salah paham nanti.
***
Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima menit yang lalu. Audy sengaja mengulur waktu di mejanya untuk menunggu Valdi keluar kelas lebih dahulu. Sembari mengobrol ria dengan Steffani, Audy jadi mengobrolkan perihal bias oppa-oppa korea. Namun, ekor matanya juga memperhatikan pergerakan Valdi yang seperti sedang mengawasinya.
Setelah dirasa Valdi tidak menaruh curiga. Audy pamit pada Vallen dan Steffani saat sudah menuruni tangga. Audy bilang kalau akan mampir ke toilet kelas 10 dan menyuruh Vallen dan Steffani pulang lebih dulu. Hingga akhirnya gadis itu berhasil jalan dengan aman tanpa diketahui siapapun saat menuju ke pintu gerbang belakang sekolah. Audy langsung masuk ke dalam mobil sport Dirga yang sudah menunggunya di sana.
*
Dengan wajah polos, rambut dijedai ke atas, dan celemek motif bunga-bunga, Audy siap bertempur dengan spatula dan wajan penggorengan.
Ya, gadis itu kini sudah berada di apartemen Dirga. Memasakkan nasi goreng untuk cowo yang menyebalkan itu. Namun Audy tidak dibikin terlalu capek. Semua bahan sudah tersedia dengan baik di sebelah kompor listrik. Dua piring nasi putih, kacang polong hijau, wortel yang sudah di potong dadu, dan dua telur ayam kampung.
"Cepetan. Katanya lo mau pulang jam limaa.." teriak Dirga dari arah meja makan.
Audy mendengus kesal. "Ya sabar dong kak. Gue juga harus manasin minyanya dulu."
"Gue gak mau ya nasi gorengnya kebanyakan minyak. Yang ada lo gak bikin nasi goreng, tapi nasi goreng lo minyakin." Ucap Dirga dengsn bersedekap dada.
Audy tidak menggubris Dirga lagi. Gadis itu kemudian mulai fokus memasukkan semua bahan dan mulai menggoreng nasinya. Dan nasi goreng pun akhirnya jadi. Hanya memakan waktu lima belas menit. Selanjutnya Audy mulai membuat dua telur mata sapi. Dan akhirnyaaa...nasi goreng buatannya jadi.
"Nih.. makan tuh." Ujar Audy dengan puas.
Dirga menerima sepirinh nasi goreng spesial dengan telur mata sapi di atasnya dari Audy. Dari harumnya saja sudah terasa sangat enak. Audy mengambil duduk di kursi yang bersebrangan dengan Dirga.
"Wiihh.. cantik juga hasilnya." Puji Dirga.
Audy nyengir. "Ya udah buruan dicoba." Suruhnya.
Dirga mengangguk. Mulai menyendokkan nasi goreng dan ia suapkan ke mulutnya sendiri. Rasanya benar-benar sedap dan nikmat. Manis, asin, dan pedas rasanya seperti menyatu dan sangat pas. Tidak keasinan. Tidak kemanisan. Juga tidak kepedasan.
"Gimana gimana?" Tanya Audy penasaran bagaimana Dirga akan menilai masakannya.
Dirga yang baru selesai menelan kunyakan pertamanya itu langsung memberikan anggukan pada Audy. "Enak. Lo bikin bumbu apa tadi?"
"Bumbu ala nenek gue. Nasi goreng jaman dulu. Ngulek gitu. Pakai cabe, bawang putih, dan bawang merah." Jelas Audy.
"Mantep juga. Makasih ya.."
Audy tersenyum dan mengangguk. Sangat senang sekali rasanya bisa melewati tantangan dari Dirga. "Besok makan di kafe atau restoran aja kan kak?"
Dirga terlihat berpikir sejenak. Namun kepalanya mengangguk juga rupanya. "Iya. Karena nasi goreng lo ini enak banget, gue turutin deh lo besok minta makan di mana."
"Serius? Hoax nih pasti."
"Beneran gue. Kalau gak mau ya udah, makan makanan Spanyol aja kayak kemarin."
"Eits. Gak gak..jangan itu lagi dong. Iya deh iya, gue percaya kak.. abis makan ini anterin gue pulang."
"Iya. Bawel."
***