Tombol bel pintu apartemen Dirga tampak dipencet oleh seseorang. Tampak wajah Viviane dari layar intercom. Langsung saja Dirga membukakan pintu untuk Viviane.
"Lo kan tahu passwordnya. Ngapain pencet bel?" Tanya Dirga dengan muka datarnya.
"Hehe.. pengen aja lo bukain pintu." Jawab Viviane.
"Lo malesan banget emang."
Viviane terkekeh. "Nih, gue buatin Spagetti. Kebetulan gue bikin banyak. Buat lo setengah deh.." ujarnya sambil mengulurkan sekotak plastil berisi spagetti dengan saus merah.
"Wow.. makasih. Wanginya enak banget. Bilang aja lo bikin dua porsi. Emang cuman lo doang sahabat yang pengertian sama gue." Ujar Dirga sambil menuangkan spagetti ke piring lingkaran yang agak besar.
Viviane terkekeh. Gadis itu agak mencium bau masakan lain. "Kayak bau masakan lain tapi apa gitu yah? Lo masak? Gak mungkin banget sih seorang Dirga masak sesuatu."
"Haha iya. Tadi ada yang masakin gue."
"Siapa? Sebuah hal yang langka dong lo masukin cewek lain ke sini selain gue."
Dirga terkekeh. "Kenapa? Lo cemburu?"
'Iya. Banget.' Ucap Viviane dalam hati. "Gila apa lo?!!" Ujarnya dengan tersenyum tipis.
"Adik kelas. Tapi jurusan IPA. Kelas 11, namanya Audy."
Viviane hanya ber-oh ria saja mendengar itu. Padahal dalam hatinya sudah menjerit. "Gebetan?"
"Bukan. Dia gue tolongin sih ceritanya. Terus gue kerjain aja gue suruh ngelakuin apa yang gue suruh. Hehehe.."
"Emang udah pernah ke sini sebelumnya? Kok dia sampai masak di dapur lo?"
Dirga mengangguk. "Emm iya. Dia pernah nginep di sini."
JLEB!! Rasanya seperti ada pisau yang sangat tajam menghujam jantung Viviane. "K-kok dia bisa nginep?"
"Oh.. dia jatuh. Gue yang nabrak." Jawab Dirga dengan asal. Karena ia tidak mungkin membeberkan kondisi Audy saat itu yang dikarenakan pembullyan.
"Tumbenan lo nabrak orang? Emang udah gila ya lo Ga.."
"Gini-gini lo peduli kan sama gue." Ucap Dirga dengan percaya diri. Cowok itu dengan lahap memakan spagetti yang diberikan Viviane. Padahal satu setengah jam yang lalu ia baru memakan nasi goreng spesial buatan Audy.
Dan Dirga memang baru sampai di apartemen setengah jam sebelum Viviane kemari. Tentu saja ia habis menyelesaikan tugasnya mengantarkan Audy pulang ke rumah dengan selamat.
"Lo jadi berubah. Lumayan banyak berekspresi sekarang. Kayaknya gadis itu bakal spesial ya di hati lo?"
Dirga mengedikkan bahu. "Dia mirip dengan Diana. Kalau gue suka dia, apa boleh Vi?"
Viviane terhenyak. Sangat sakit sekali diberi pertanyaan seperti itu. Padahal Viviane sedang dalam kondisi menyukai cowok itu. Namun Dirga dengan santainya bertanya tentang ijin menyukai perempuan lain.
"Itu hati lo. Lo penguasanya. Terserah lo mau suka sama siapa."
"Lagian dia bawel banget. Berisik gitu."
"Dari pada lo. Kaku. Dingin kayak es batu yang susah diambil di dalam freezer."
"Langka gue. Gak bakal lo temuin gue di manusia lain."
"Idih, kalimat lo sok banget Ga. Mau muntah gue." Ucap Viviane dengan wajah yang kegelian.
Dirga terkekeh pelan sambil melanjutkan menyantap spagettinya.
"Ga. Gue boleh tanya?"
"Tanya aja kali.."
"Kalau misalkan gue lagi sendirian dan sakit di dalam apart. Apa lo mau dateng buat ngerawat gue sejenak?"
Pertanyaan Viviane membuat Dirga menghentikan makannya. "Lo ngomong apa sih Vi? Ya jawabannya udah pasti adalah iya. Lo sama gue tuh sahabat dari kecil. Lo pindah apart gue juga ikut pindah, gue pindah apart lo juga ikut pindah. Lo, kalau ada apa-apa bisa dengan bebas hubungi gue." Ujar Dirga dengan pasti.
"Serius Ga?"
Dirga mengangguk. "Iya. Gue serius."
"Tapi, kalau misal gue tiba-tiba butuh lo buat dateng dan temenin gue doang. Lo mau gak?"
"Apapun Vi.. selagi gue ada dan gue bisa bantu lo, gue akan ada buat lo." Ucap Dirga tegas.
"Lo janji ya Ga.." pinta Viviane dengan serius.
"Iya.. gue janji."
"Makasih ya Ga, udah ada di saat gue rapuh."
"Lo lagi kenapa sih kok mellow banget?" Tanya Dirga yang merasa Viviane sedang aneh.
"Gue suka sama seseorang."
"Hah? Siapa?" Tanya Dirga terkejut.
"Tapi dia kayaknya gak suka sama gue deh Ga.. bagi dia, gue bukan seorang wanita."
"Terus apa? Waria?"
Otomatis saja Viviane meninju lengan kanan Dirga dengan keras. "Ish. Seriusan napa!!"
"Iya iya. Emangnya kenapa kok lo mikirnya gitu?"
Viviane menghembuskan napasnya dengan berat. "Kayaknya dia lagi deket sama seseorang."
"Siapa sih emangnya? Satu sekolah sama kita?"
Viviane mengangguk.
"Jurusan apa? IPA?"
Viviane menggeleng.
"IPS?"
Viviane mengangguk lagi. Sudah seperti robot saja di hadapan Dirga. "Iya."
"Hah? Siapa? Gue kasih pelajaran tuh lakik kalau berani nyakitin perasaan lo. Bawa dia ke depan muka gue."
Viviane terkekeh. "Gue gak akan kasih tahu dia siapa. Lagian kayaknya gue emang gak pantes buat dia. Gue nyusahin dia mulu."
"Yaelah.. Vi, lo tuh perempuan tangguh. Lo kuat ngadepin masalah keluarga lo. Lo tau gak? Kalau lo itu pantas dicintai dan menerima cinta yang cukup bahkan lebih. Lo itu cantik. Gue yakin cowok yang lo suka itu akan suka juga sama lo."
Mendengar itu Viviane tersenyum. 'Dan cowok itu lo, Dirga. Lagi-lagi gue cuman berharap kalau lo suka sama gue.' ujarnya dalam hati.
***