Chereads / A Tired Love / Chapter 35 - 35. Perkelahian

Chapter 35 - 35. Perkelahian

Hari Rabu, di jam istirahat sangat ramai sekali. Murid kelas sebelas dan kelas dua belas IPA menjadi satu di kantin gedung IPA. Bahkan banyak stand jualan yang antrinya panjang seperti badan ulat.

"Gue sebel banget, nilai Biologi gue turun." Keluh Vallen sambil mengaduk-aduk kuah baksonya dengan rasa malas tingkat tinggi.

"Sama. Gue cuman dapat 75. Pasti sampe rumah ntar Mama gue agak ngomelin suruh belajar lebih baik lagi." Sahut Steffani.

Audy terkekeh. "Orang tua kalian juga pernah sekolah kalik. Pernah juga mengalami nilai yang turun bahkan jelek. Masa iya tega ngehukum anaknya karena nilai turun."

Vallen mendecakkan lidahnya. "Nyokap gue keras Dy.. lo tau sendiri dia sering ngebanding-bandingin nilai anaknya sama nilai anak ibu-ibu lain pas lagi arisan."

Steffani mengangguk. Membenarkan apa yang diucapkan Vallen. "Iya. Nyokap gue juga gitu. Sedih rasanya dibanding-bandingin sama anak orang. Mana gak disemangatin belajarnya."

"Sabar yah.. kalau gitu gue semangatin nih.. kalian harus semangat belajar. Semangat raih nilai yang bagus buat ujian selanjutnya. Ujian kan gak cuman satu itu doang. Bakal ada ujian lain lagi." Ujar Audy berusaha menyemangati kedua sahabatnya.

"Valdi gak kelihatan sama sekali habis keluar kelas. Ke mana ya dia?" Tanya Vallen sambil celingukan.

"Paling sama temen-temen cowoknya di pinggir lapangan olahraga." Sahut Steffani.

"Lo masih gak baikan sama Valdi?" Tanya Vallen pada Audy.

Audy mengangguk dengan malas. "Gue rasa posesif dia ke gue aneh. Valdi gak mungkin kan suka sama gue?"

Ditanya begitu, Vallen dan Steffani saling pandang dan mengedikkan bahu mereka. "Emang Valdi ada bilang atau ngungkit sesuatu?" Tanya Steffani.

"Iya. Waktu di rumah gue, dia tanya tentang bagaimana kalau suka sama sahabat sendiri. Terus pas gue pancing, dia gugup. Gue takut gitu kalau misal beneran iya, sahabatan sama dia bakal canggung parah sih." Jelas Audy.

"Kita lihat aja gimana sikap Valdi. Kalau sampai dia masih sekepo itu sama segala urusan pribadi lo, berarti itu menunjukkan kalau dia beneran ada rasa sama lo. Gini nih yang gue gak suka. Gak ada yang namanya persahabatan antara cewek sama cowok." Gerutu Steffani yang kini langsung diangguki oleh Audy dan Vallen.

***

Bel pulang berbunyi. Langsung membuat para murid keluar dari kelas mereka masing-masing dan menyebar seperti kelompok semut. Seperti biasa Audy mencari alasan lain untuk menyuruh Vallen dan Steffani pulang lebih dulu. Hingga akhirnya dirinya kini berjalan santai melewati lorong kelas 10 yang sepi dan hening.

Rasanya Audy agak malas kalau harus bertemu Dirga dan menemani lelaki itu untuk makan lagi. Tubuhnya ingin pulang ke rumah saja dan mandi dengan air yang segar, setelah itu makan masakan Vera. Namun apalah daya, ia sudah janji pada Dirga. Dan janji harus ditepati. Audy juga tidsk bisa seenaknya tidak menepati janjinya sendiri.

"Lo kok jadi sering lewat gerbang belakang kenapa?" Tanya seseorang dari belakang Audy.

Kedua langkah kaki Audy langsung berhenti. Ia menoleh perlahan ke belakang. Nampak Alan dengan tas ransel hitamnya berdiri di samping gedung basket indoor. Padahal kemarin ia bertengkar dengan lelaki itu dan sekarang bertemu lagi. Sebenarnya apa mau Alan?

"Ngapain lo?" Tanya Audy dengan gaya masa bodoh. Ia jadinya batal berbelok ke balik tembok belakang gedung basket indoor.

"Pulang bareng gue. Kita harus bicara, Dy.." ajak Alan dengan memaksa. Cowok itu sedikit menarik pergelangan tangan Audy sampai Audy kesakitan dan meringis.

"Lepasin Al!!! Lo kenapa sih?" Bentak Audy.

"Lo yang kenapa?!!"

Audy menatap Alan yang larut dalam kemarahan. "L-lo barusan ngebentak gue?"

"Gue cuman pengen lo pulang gue anter. Kenapa sih lo menghindar dari gue? Lo berubah Dy." Ujar Alan yang benar-benar ingin memaksa Audy pulang bersamanya. Karena Tamara hari ini pulang dijemput orang tuanya, jadi Alan sejenak terbebas dari Tamara.

"Mau gue berubah, mau gak berubah sekalipun ya terserah gue." Balas Audy dan masih berusaha melepaskan cekalam tangan Alan yang sangat keras.

"Lepasin Al!!! Ini sakit banget!!!" Pinta Audy namun tidak dituruti Alan sama sekali.

BUUUGHHH!!!!

Pipi kanan Alan langsung dihantam oleh seseorang dengan bogeman mentahnya. Alan meringis kesakitan dan otomatis tangan Audy terlepas. Dilihatnya darah yang ia ada di sudut bibirnya.

"Valdi?" Tanya Alan terkejut. Valdi memukulnya terang-terangan.

Valdi menantang. Mendekatkan mukanya pada muka Alan. "LO BANCI? KALAU CEWEK GAK MAU LO AJAK YA JANGAN MAKSA, BEGO!!! MENTANG-MENTANG LO KAKAK KELAS DAN LO DEKET SAMA AUDY LO BERHAK NGATUR-NGATUR DIA???"

BUUGHHHH!!! BUGHH!!!

Alan membalas bogeman mentah Valdi dengan sangat keras. Salah satu lubang hidung Valdi langsung mengeluarkan darah segar.

Audy membekap mulutnya karena sangat kaget dan terkejut sekaligus ingin marah. "BERHENTIIII... GUE MOHON BERHENTIIIII!!!" Teriak Audy namun tidak dihiraukan oleh Alan maupun Valdi.

Alan dan Valdi malah saling membalas satu sama lain. Memukul, memelintir tangan, menjambak, mendorong, dan memukul lagi tanpa henti. Seragam mereka berdua sudah sangat kusut dan terkena percikan darah hasil pukulan.

"LO KENAPA BERANI MUKUL GUE? JADI LO DALANGNYA YANG UDAH BIKIN AUDY BERUBAH DAN MENGHINDARI GUE??!!!" Tanya Alan emosi. Kini keduanya berhenti memukul, namun saling meremas kerah baju seragam.

"LO YANG BIKIN AUDY KAYAK GITU!!! LO YANG BIKIN AUDY GAK JUJUR KE SAHABATNYA. LO YANG BIKIN AUDY BERUBAH, BEGOOO!!!!" Teriak Valdi.

Audy yang mendengar itu rasanya sangat bingung. Sebenarnya apa yang membuat mereka berkelahi. Namun, saat Audy mencoba memahami apa yang Alan dan Valdi katakan tentang dirinya, mereka berdua ternyata salah paham.

Dengan cepat Audy memberanikan diri untuk memisahkan tubuh Alan dan Valdi. Gadis itu lebih mendorong tubuh Alan. "Alan! Udaahhh.. Valdi! Udaaahhh.. kalian itu salah paham. Plis jangan gini."

"Minggir!!" Perintah Alan dan mendorong Audy di bagian perut dengan tangan kirinya. Tentu saja tenaga Audy yang kecil itu langsung kalah bahkan ia hampir terjatuh.

Audy tidak menyerah, ia kembali berusaha memisahkan tubuh Valdi dan Alan. Namun, saat ia mendekat kebetulan Valdi hendak memberi bogeman mentah lagi pada Alan. Tapi bogeman tersebut salah sasaran.

BUGH!!!

Pipi kiri Audy terkena bogeman dari tangan Valdi. Seolah waktu jadi melambat. Valdi menyaksikan Audy langsung pingsan dan terjatuh ke bawah. Sedangkan Alan juga sangat kaget, karena melihat sudut kiri bibir Audy mengeluarkan darah.

"WOOOYYYY!!! KALIAN NGAPAIN BERANTEM DI SINI??!!" Teriak Pak Adi seorang satpam. Diikuti dua orang guru perempuan yang kebetulan sedang aktif ekstrakulikuler teater di lapangan. Tadi ada beberapa murid yang lewat dan mengetahui ada perkelahian. Maka dari itu langsung dipanggilkan satpam dan guru untuk melerai.

Semuanya panik. Dua orang guru perempuan tersebut juga langsung menggendong tubuh Audy untuk menuju ke UKS dengan cepat.

***