Chereads / A Tired Love / Chapter 30 - 30. Makanan Spanyol

Chapter 30 - 30. Makanan Spanyol

Audy diam saja sejak tadi. Sejak Dirga menyuruhnya duduk manis di salah satu meja kafe dengan sofa empuk warna biru. Kafe tersebut berada di dekat area apartemen Dirga. Interiornya mewah dan semua semua titik meja kafe, warna sofanya berbeda-beda, bahkan bentuknya juga beda.

Kafe tersebuat luas di bagian lantai satunya sangat nyaman dipandang. Lantainya lantai marmer. Terdapat satu pot kaktus jenis Parodia dan Ariocarpus di setiap meja kafe. Di hadapan Audy terdapat satu kaktus jenis Parodia dan kaktus tersebut berbunga. Bunganya warna kuning.

Namun, satu hal yang membuat Audy tidak suka berada di sini. Yaitu tentang menunya. Ternyata kafe ini menjual menu makanan Spanyol. Dan tadi Audy bingung memesan di kasir, alhasil gadis itu memilih tempat duduk saja dan membiarkan Dirga memesankan apapun untuknya.

Tak lama Dirga menyusul Audy dan duduk manis di hadapan gadis itu. "Lo suka apa aja kan?"

"Hm.." jawab Audy malas.

"Yaelah lo kenapa? Masih galau perihal hubungan lo sama Alan?"

"Gak usah ikut campur kak." Ujar Audy dengan ketus.

"Oke..oke. Gue diem."

Mereka berdua jadi sama-sama diam dengan sibuk berkutat pada ponsel masing-masing sambil menunggu pesanan datang. Mungkin ada sekitar lima belas menit dan pelayan berjalan mengantarkan makanan mereka dengan membawa nampan. Mempersilakan mereka segera menikmati pesanan mereka.

Audy menatap makanan di hadapannya dengan pandangan asing. "Apaan nih? Kok ada item-itemnya?" Tanyanya dengan raut muka agak geli.

Dirga yang baru akan menyendok itu berdecak. "Paella Valenciana." Jawabnya.

"Hah? Nama orang? Kok ada Paula sama Vallen segala??"

"Ck. Paella Valenciana. Lo budeg apa gimana?"

"Ya kan gue tanya kak. Gimana sih." Sungut Audy. Meskipun dirinya ini blasteran Indo-Aussie, namun Audy tidak pintar mengingat dan mencari tahu makanan luar negeri.

"Paella Valenciana itu makanan dari Spanyol. Lebih tepatnya dari daerah Valencia. Biasanya ada dua jenis, pakai daging kelinci atau ayam. Tadi readynya yang daging ayam. Terus item-item itu kerang. Seafood paella namanya. Cobain aja." Jelas Dirga dengam sabar. Padahal dirinya sudah gemas sendiri karena mau menyuapkan makanan ke mulutnya, Audy bertanya.

"Oohhhh... kalau ini minumannya apa? Susu ya? Panas-panas gini kenapa pesen susu sih.."

Dirga menghembuskan napasnya sebal. "Itu Horchata! Bukan susu!! Bahannya dari beras, almond panggang, sama kayu manis. Ada es krimnya di dalem."

"Ooohhhhh..." ujar Audy hanya ber-oh ria. Minuman mereka sama. Audy hanya nyengir saja karena mendengar nama minuman dan makanan Spanyol unik juga.

"Udah tanyanya?"

Audy menggeleng. "Hehe.. belum."

Demi neptunus, bisa-bisa Dirga baru bisa makan tahun depan kalau begini caranya. "Lo banyak tanya amat sih. Sekarang mau tanya apa lagi??"

"Itu yang lo makan apaan kak?"

"Ini Fideua. Rasanya hampir mirip sama punya lo, cuman ini pake bihun. Dimasak mirip kayak Paella. Udah? Lo kalau mau tanya lagi sana interogasi sekalian pelayan dan kokinya di dapur. Norak lo."

"Dih, salah sendiri ngajakin gue makan. Ya udah terima segala keribetan dan kehebohan gue. Jangan marah-marah." Ucap Audy.

"Ya udah buru makan. Keburu malem juga karena lo yang banyak omong."

Audy hanya cemberut saja mendengar itu. Kemudian itu mulai menyantap makanannya yang namanya seperti nama orang itu. Rasanya lezat dan gurih. Memanh cocok sekali dimakan dengan cuaca yang panas begini.

"Kok lo suka makanan Spanyol kak?" Tanya Audy sambil makan.

"Ya suka aja."

"Emang pernah ke Spanyol?"

Dirga mengangguk. "Makanan kesukaan Diana adalah makanan Spanyol. Kami pernah tinggal di Spanyol selama dua tahun. Saat gue berumur sepuluh tahun."

"Ngapain di sana?"

"Nyokap sakit dan harus dirawat di sana. Karena nyokap asli orang sana."

"Tapi wajah lo gak ada tuh sentuhan keSpanyol-spanyolannya." Ujar Audy dengan menatap heran wajah Dirga.

"Serah lo.."

"Emang nyokap lo sakit apa kak?"

"Sakit le-----" Dirga menghentikan kalimatnya. Menatap Audy dengan mendongak berpaling dari makanannya. Rasanya agak aneh melihat dirinya sendiri seolah nyaman bicara dengan Audy dan hampir saja memberitahukan privasi keluarganya. "Ngapain lo tanya-tanya soal keluarga gue?" Tanyanya langsung.

Audy keheranan mendengar Dirga malah agak bersungut. "Lah? Salah ya emangnya tanya gitu doang?"

"Lo boleh tanya apa aja. Kecuali tanya-tanya tentang keluarga gue." Peringat Dirga.

Audy mendecakkan lidahnya kesal. "Omongan lo gak konsisten kak."

"Yang mana?"

"Namanya boleh tanya apa aja ya tanya apa boleh tanpa pengecualian. Hm, aneh. Pantes makanan lo juga aneh kayak gini."

"Bawel lo. Udah diajakin makan juga."

"Ya siapa suruh maksa gue nemenin lo makan? Lagian lo aneh juga makan sore-sore gini."

"Gue laper." Tandas Dirga.

"Ya kan lo bisa makan di apartemen lo."

"Males. Gak ada orang. Gak ada makanan."

"Emang Bi Rahmi gak masakin?"

"Gak. Dia khusus bebersih aja."

"Ya udah tinggal beli aja kan beres. Lagian kalau lo makan di luar gini tanpa adanya gue, lo juga gak sendirian kak. Noh, banyak orang. Banyak pengunjung lain. Ada pelayan yang siap dan tahan banting ketika lo suruh macam-macam juga."

"Bawel lo."

"Gitu mulu lo kak.. gak ada kata lain apa selain ngatain gue bawel?"

"Cerewet."

"Lainnya?"

"Rese'."

"Lainnya?"

"Cewek ribet lo.."

"Lainnya?"

"Kesel juga ya ngajakin lo makan. Gak gue jawab lo berisik, gue jawab pertanyaan lo, lo malah makin berisik. Bisa gak sih lo diem kalau lagi sama gue?"

Audy nyengir dengan menunjukkan gigi pepsodentnya. "Ya emang sengaja gini."

"Sengaja buat apa?"

"Biar lo gak mau ajak gue nemenin lo makan lagi besoknya.. Wlleeeee.." ujar Audy dengan menjulurkan lidahnya meledek Dirga.

Dan Dirga hanya bisa berdecak lidah lagi dan lagi. Kalau Audy bukan manusia, sudah Dirga jambak saja rambutnya dan ia buang ke tengah jalanan.

Kali ini entah mengapa Audy bebas berekspresi. Semua reaksi tawa, cemberut, bahkan menangis saja menjadi sangat percaya diri di hadapan Dirga. Padahal Dirga juga dingin dan banyak ketusnya, tapi tidak separah Alan. Kalau Alan julukannya memang manusia es yang tidak akan pernah mencair.

Beda saat dirinya sedang bersama Alan. Audy jadi sadar bagaimana dirinya berekspresi saat dengan Alan. Semua reaksi cerianya hanya untuk memancing perhatian Alan. Dan Audy juga tidak pernah mendapatkan feedback dari Alan. Tapi dengan Dirga, rasanya Audy lebih bebas berekspresi dan banyak bicara.

"Ngapain lo ngelamun?" Tanya Dirga yang mengetahui Audy hanya menatap kosong makanannya.

"Hah? Emm.. hehe lagi pengen ngelamun aja."

"Lo cewek aneh lama-lama semakin aneh. Buruan makan."

"Iya iyaa.."

"Lo bisa masak?" Tanya Dirga.

"Bisa. Tapi yang gampang."

"Masak apa?"

"Nasi goreng, mie goreng, sandwich."

"Besok masakin gue nasi goreng di apartemen. Pulang sekolah." Tuntut Dirga.

"Hah? Lo gila apa gimana kak?"

"Gak ada penolakan." Ujar Dirga tegas. Padahal Audy baru bertanya saja, belum menjawab iya apalagi menolak.

***