Chereads / A Tired Love / Chapter 22 - 22. Dirga's Room

Chapter 22 - 22. Dirga's Room

Kedua langkah kaki Audy memasuki kamar pribadi milik Dirga. Kedua matanya langsung disuguhi nuansa abu muda yang dipadu dengan warna biru metalik, khas sekali kamar seorang cowok. Sisi dinding sebelah kanan berwarna abu muda, sedangkan sisi dinding sebelah kiri berwarna biru metalik.

Benar kata Bi Rahmi, banyak sekali kabel-kabel. Ternyata wifinya terletak di dekat meja televisi, tapi untuk bisa tahu passwordnya Audy harus bisa membuka komputer dan masuk ke pengaturan. Tapi jujur saja Audy belum pernah melakukan hal itu.

Komputer yang berada di meja Dirga itu kondisinya mati. Di depan meja televisi yang ditaruh di samping meja belajar di hadapan kasur itu terbentang kabel gamepad tanpa dibenahi kembali. Sudah jelas kalau itu kelakuan Dirga.

Tak henti-hentinya Audy mendecakkan lidahnya sejak masuk tadi. Karena kamar Dirga ternyata tidak seganteng orangnya, melainkan sangat berantakan dan kotor. Padahal Audy kemarin lihat sendiri kalau Bi Rahmi sudah membereskan kamar ini. Kenapa hanya dalam waktu semalam sudah berubah menjadi kapal pecah?

"Gila sih, jorok banget Kak Dirga." Gerutu Audy sambil memungut sebuah boxer bermotif spongebob yang terjatuh di lantai.

"Iyuuuuhhhh.." Audy langsung melempar boxer yang tadi ke sembarang arah.

Di atas kasur Dirga, selimutnya tidak dilipat. Spreinya juga berantakan dari sudut ke sudut. Banyak juga bekas kemasan snack yang tidak dibereskan sama sekali. Membuat bau ruangan jadi agak tidak karuan. Kamar Dirga tentu saja memiliki AC, jadi ruangan ber-AC akan pengap dan bau kalau isinya bekas makanan atau tidak pernah ada sirkulasi udara.

Namun, Audy dibuat kaget ketiga berjalan di sisi kiri kasur yang agak gelap. Di sana ada sebuah meja kecil yang sengaja ditaruh di bagian pojok dengan satu kursi kecil. Kedua mata Audy sedikit menyipit untuk mengetahui dengan jelas apa yang ada di atas meja.

Sebuah benda kecil berbentuk lingkaran, warnanya hitam, berbahan keramik yang mudah pecah. Dan benda tersebut berisi bekas puntung rokok yang jumlahnya ada dua.

"Kak Dirga merokok?" Tanya Audy dengan tidak percaya. Tangan kanannya memegang asbak rokok tersebut. Jelas sekali kalau itu bekas semalam.

Namun, tubuh Dirga sama sekali tidak bau rokok. Padahal semalam Audy juga berdekatan dengan Dirga karena kompresan. Napas Dirga juga tidak bau rokok, tapi di kamarnya cowok itu merokok.

Audy masih menyisiri ruangan kamar tersebut. Di atas nakas sebelah kanan kasur ada sebuah foto dengan bingkai piguran berwarna soft pink. Audy terduduk di pinggir kasur dan meraih foto tersebut.

Dapat dilihatnya dengan jelas foto Dirga dengan adik perempuannya. Terlihat Dirga memenangkan lomba basket juara satu saat masih kelas sebelas. Lelaki terlihat sangat gembira sekali dengan tangan kanan yang membawa piala dan tangan kiri yang merangkul erat sang adik.

Mereka berdua terlihat tertawa lepas di foto tersebut. Adik Dirga terlihat sangat cantik meskipun masih duduk di bangku SMP. Foto tersebut sangat manis sekali dilihat, apalagi tinggi adik Dirga hanya sampai di dada Dirga saja. Melihat itu Audy jadi agak terkekeh.

Karena tidak bisa mengutak-atik komputer, akhirnys Audy keluar saja dari kamar Dirga tersebut. Melihat Bi Rahmi yang sedang sibuk mencuci pakaian di mesin cuci.

"Bi, Audy boleh keluar apartemen?"

Bi Rahmi nampak terkejut kecil karena posisinya membelakangi Audy yang berdiri di ambang pintu belakang dapur. "Eh, mau ke mana neng?" Tanyanya.

"Hehe.. Audy mau pulang. Mau naik taksi aja. Nanti kalau Dirga pulang sekolah, bilang aja Audy udah pulang sendiri."

Bi Rahmi langsung terlihat panik. "Aduuhh.. jangan atuh neng. Tadi Bibi ketemu den Dirga di bawah. Dia pesan kalau neng Audy di sini dulu sampai kakinya sembuh. Si neng mah disuruh istirahat aja di kamar katanya."

"Yaahh.. Audy mau pulang Bi.."

"Duh bagaimana ya.. Bibi takut kalau den Dirga marah." Ucap Bi Rahmi dengan sangat gelisah.

Audy jadi tidak enak melihat Bi Rahmi gelisah seperti itu. "Kenapa harus marah? Kan Audy juga butuh pulang. Meskipun udah dibantu temen tentang ijin ke orang tua, tapi Audy gak nyaman Bi terlalu lama di sini." Jelas Audy.

"Neng boleh kok ngapain aja biar nggak bosen. Den Dirga bilang tadi kalau bakal anterin neng pulang nanti." Ujar Bi Rahmi yang tetap mencegah Audy untuk pulang.

Melihat usaha Bi Rahmi yang nampak sangat gelisah itu Audy akhirnya menurut saja. "Ah, baiklah Bi.. iya aku nggak pulang deh."

Bi Rahmi langsung mengelus dadanya terlihat sangat lega.

"Bibi kok panik banget?" Tanya Audy karena merasa reaksi Bi Rahmi berlebihan.

"Ah a-anu neng.. tapi jangan bilang si aden ya kalau Bibi bilang ini.."

Audy mengangguk dan siap mendengarkan.

"Den Dirga kalau marah itu serem neng.. meskipun Bibi gak kena marah, tapi di dalam kamar segala benda dibanting. Besoknya kacau balau."

Mendengar itu Audy jadi agak merinding. Merasa bahwa Dirga tidak seperti penampilannya yang bersih, wangi, dan keren. Ternyata suka marah dan suka memberantakkan sesuatu.

"Oh ya?"

Bi Rahmi mengangguk. "Bibi sebenarnya kasian sama den Dirga. Gak ada yang bisa nenangin dia kalau dia lagi marah. Jujur, baru pertama kali Bibi lihat den Dirga sikapnya hangat. Ya kemarin pas nolongin neng Audy."

"Emang sikap Dirga kayak gimana Bi sebelumnya?"

"Dingin. Bicara sama Bibi aja seperlunya. Sakit nggak pernah bilang. Bibi kesepian banget di sini."

Audy terkekeh kecil. "Iya masa Dirga mau nemenin Bibi beres-beres..hehe."

Bi Rahmi juga jadinya memasang cengirannya. "Eh ya udah neng istirahat saja. Hari ini Bibi pulangnya jam satu siang, nanti jam sebelasan bibi antar makan siang ke kamar ya.."

Mendengar itu Audy mengangguk sopan, kemudian memilih berlalu saja dari wilayah dapur. Meninggalkan Bi Rahmi yang kembali sibuk dengan aktivitasnya menunggu mesin cuci.

Audy kembali masuk ke kamar milik adiknya Dirga tersebut. Agak aneh karena tidak ada foto yang terpajang dan Audy baru sadar hari ini. Ia tidak terlalu mempedulikan hal itu, karena sudah melihat bagaimana wajah sang adik tadi di kamar Dirga.

Sebelum merebahkan dirinya di atas kasur, Audy melihat sebuah kertas yang terjatuh di bawah kolong lemari. Gadis itu jadinya mengambil kertas tersebut dan duduk lagi di pinggir kasur. Ternyata selembar kertas folio.

Namun, dalam selembar kertas folio tersebut hanya ada satu kalimat dan nama si penulis kalimat tersebut.

Tulisannya begini :

'Kak Dirga, makasih ya udah selalu ada buat Nana.' - Diana Rizky Prasetya -

Audy mengernyit keheranan. Apa tulisan ini sebenarnya belum selesai? Tapi untuk apa adik Dirga menulis kalimat terima kasih? Padahal Dirga tentu saja akan selalu ada untuk gadis itu. Namun kalau Audy perhatikan lagi, kertas folio itu nampak agak usang. Seolah terlalu lama berada di bawah kolong lemari tadi.

***