Sudah ada dua minggu sejak kejadian Audy dibully Bianca. Dua minggu berlalu dengan lancar-lancar saja di sekolah. Audy tetap menghindari Alan. Dan gadis itu selalu istirahat dengan Vallen dan Steffani, bahkan selalu ada Valdi yang menjaganya ketika sedang mengantri pesan makanan di kantin. Agar Alan tidak berani mendekati Audy karena keberadaan Valdi.
Sejak dua minggu berlalu juga Audy tidak pernah berjumpa dengan Dirga lagi. Padahal Audy sering mencoba mencari-cari cowok itu dengan alasan pergi ke perpustakaan sendirian. Karena letak perpustakaan dekat dengan gedung IPS. Tentu saja banyak anak IPS yang mendominasi perpustakaan itu. Anak IPA lebih banyak menghabiskan waktu di ruang kesehatan atau laboratorium buatan sekolah dari pada perpustakaan.
Sebenarnya maksud Audy mencari-cari Dirga adalah ingin memberikan sekotak coklat truffle yang ia beli di toko coklat yang cukup mahal. Sudah dua hari ini Audy tetap berusaha mencari Dirga dan belum ketemu. Tidak mungkin juga ia menuju ke gedung IPS dan naik ke kelas 12. Yang ada akan menjadi sorotan pasang mata kakak-kakak IPS di sana.
Jam istirahat usai pelajaran Bu Anggun -Guru Fisika- selesai, semua murid tentu saja langsung berhamburan keluar kelas. Bu Anggun yang sedang membereskan buku paket dan modul di meja dekat papan tulis itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Masih saja heran mengetahui para murid sangat antusias kalau bel istirahat berbunyi.
Audy juga sedang membereskan peralatan belajarnya. Menatap dengan rapi buku-bukunya di atas meja. Setelah istirahat nanti pelajaran Bahasa Inggris, jadi ia langsung menata buku untuk pelajaran tersebut.
"Yuk ke kantin." Ajak Vallen dengan antusiasnya dan berdiri di samping meja Audy. Steffani juga membuntuti Vallen.
Audy tampak masih tetap duduk. Gadis itu malah melemparkan senyum manis pada kedua sahabatnya. "Emm.. kalian duluan aja yah. Gue mau ke perpus bentar."
"Ya udah kita temenin aja. Sekalian nunggu kantin biar agak sepi dikit." Ujar Steffani.
Audy dengan cepat langsung menggelengkan kepalanya. "Nggak.. nggak usah ditemenin. Ada beberapa buku yang harus gue cari. Kalian nanti kalau nungguin bisa-bisa kelaperan dan jam istirahat habis. Gue nitip aja deh.."
Mendengar itu Vallen dan Steffani setuju saja. Mereka berdua kalau urusan jajan di kantin adalah nomor satu. Tentu saja tidak mau kalau jam istirahat habis dan mereka belum makan apapun di kantin.
"Oke deh.. titip apa?" Tanya Vallen.
"Jus jambu sama batagor aja deh.. ntar setelah kalian selesai makan gua langsung balik ke kelas. Kabarin aja lewat chat."
Vallen dan Steffani langsung menunjukkan jempol tangan mereka. Kedua gadis itu langsung berlari kecil keluar dari kelas. Meninggalkan Audy yang kini hanya sendirian.
Audy mengeluarkan kotak coklat truffle yang ada di dalam tasnya. Gadis itu membungkus kotak coklat truffle dengan dua plastik kantong. Lapisan dalam plastik kantong berwarna putih, dan luarnya lapisan kantong berwarna hitam. Karena di sekolah melarang membawa makanan di dalam kelas, jadi Audy bungkus seperti itu agar tidak terlihat seperti makanan.
Gadis itu langsung saja segera keluar dari kelasnya dengan mendekap barang yang ia bawa. Menuruni anak tangga sampai ke lantai satu di mana deretan kelas 10 IPA berada. Melewati lorong kelas dan akhirnya berada di area terbuka. Audy langsung menyebrangi lapangan olahraga yang luas, tentu saja gadis itu berjalan di bagian pinggir dekat jendela-jendela ruang guru. Langkahnya sangat semangat sekali menuju ke perpustakaan untuk memantau keberadaan Dirga. Siapa tahu ia akan bertemu lelaki itu di sana.
Namun saat kedua langkah Audy baru sampai di samping jalanan perpustakaan, Bianca dan dua temannya tiba-tiba menghadang dirinya. Belva yang bersedekap dada di samping kanan Bianca, dan ada Stela yang sibuk mengunyah permen karet di samping kiri Bianca.
Audy tergugup. Pengangannya dalam mendekap kotak coklat truffle itu mengerat. Tubuhnya disudutkan oleh Bianca sampai punggungnya menabrak tembok gedung ruang guru.
"Ngapain lo di sini?" Tanya Bianca.
"M-mau ke perpus kak." Jawab Audy agak takut. Ingatannya kembali berputar bagaimana Bianca pernah memperlakukan dirinya sangat buruk di dalam kamar mandi.
Bianca terkekeh melihat Audy yang ketakutan. "Gue manusia. Gue juga makan nasi. Ngapain lo takut? Cupu banget. Tamara bego banget sih kalau sampai nunjuk lo sebagai kapten cheers. Lo gak guna banget di cheers. Lembek. Nggak tegas. Sama gue aja lo takut, gimana mau mimpin ekstrakulikuler cheers hah?"
Gigi Audy gemeretak di dalam. Diolok seperti itu rasanya sangat panas dalam hatinya.
"Kenapa? Lo gak bisa jawab balik gue? Hahahaha.. lo bawa apaan tuh?" Tanya Bianca yang tatapannya penuh selidik pada sebuah kotak yang Audy dekap.
Audy tidak menjawab, mempererat dekapannya pada kotak yang berisi coklat truffle yang akan diberikan pada Dirga.
Bianca melayangkan tatapan tegas pada Belva, menyuruh Belva merebut paksa kotak yang Audy bawa.
"Siniin." Ujar Belva sambil berusaha merebut kotak dari Audy.
"Lepasin!" Perintah Audy sambil tetap menahan kotak itu.
Namun Stela dengan senang hati ikut campur dan memegangi kedua tangan Audy sehingga Audy tidak bisa lagi mempertahankan kotak tersebut. Belva berhasil merebut kotak coklat truffle itu dari tangannya.
Bianca menyengir senang, diraihnya bungkusan kotak itu dari tangan Belva. Plastik kantong tentu saja langsung dibuang begitu saja ke bawah. Kotak coklat truffle itu bentuknya seperti kotak kado. Di sela-sela bagian tutup kotak memang sudah Audy rekatkan dengan banyak selotip agar kalau dibawa di dalan tas tidak terbuka dan isinya tidak berantakan.
"Ck. Apa ini? Buat siapa?" Tanya Bianca yang kesulitan membuka. Membuka kotak itu memang harus menggunakan gunting. Bianca juga tidak mau kalau kuku-kuku cantiknya itu rusak karena ingin membuka kotak itu.
Audy tetap tidak mau menjawab apapun pertanyaan dari Bianca dan dua temannya.
Selanjutnya Bianca tersenyum devil dengan maksud lain. "Entah ini isinya apa dan untuk siapa gue gak peduli. Yang penting lo udah jauhin Alan. Tapi.... gak seru dong kalau isi di dalam kotak ini gak hancur?" Tanyanya dengan senyum seperti hantu.
Dan detik selanjutnya kotak berisi coklat truffle yang berada di tangan Bianca itu ia banting dengan sangat keras. Menghantam jalanan samping perpus yang berbahan semen. Tentu saja sudah bisa Audy tebak kalau isinya hancur.
Tepat saat Audy mengangakan mulutnya karena melihat coklat trufflenya dibanting Bianca, Bianca and the gang langsung memilih untuk pergi meninggalkan Audy. "Cabut." Ujar Bianca pada kedua temannya yang melihat Audy dengan wajah mengejek.
Audy luruh ke bawah. Dengan cekatan ia langsung memungut kotak coklat trufflenya dan memasukkan kembali ke dalam plastik kantong yang dijatuhkan Bianca tadi. Ingin sekali Audy menjambak Bianca, namun tentu saja nyalinya tidak sebesar itu. Dan lagi ia tidak mau memancing keributan murid lain yang berlalu-lalang di sekitar lapangan.
***