Dirga menghembuskan napas beratnya pelan. "Kalau gue bisa bagi waktu, gue akan lakukan itu Vi.. lo penting. Lo sahabat gue dan---"
"Dan pacar lo nggak penting?" Tanya Viviane dengan berani.
"Ya gak gitu dong Viii.." seru Dirga dengan cemberut.
"Ya lo sok-sokan banget mau bagi waktu. Lo kira gue istri kedua lo apa?!" Sungut Viviane dengan nada lemahnya.
Dirga yang mendengar itu langsung menyengir kuda saja dan menggaruk bagian kepalanya yang tak gatal.
"Ini nih tanda-tanda kalau lo mau sembuh. Kalau lo udah bisa bacot sama nge-gas berarti udah mau sembuh." Ujar Dirga sok tahu sambil terkekeh.
Otomatis bantal kecil berbentuk love berwarna putih itu melayang pada Dirga begitu saja. "Kurang ajar lo!!" Kesal Viviane.
"Hahaha... ampun ampuuunn.."
Viviane menghentikan aktivitasnya melempari bantal kecil dan boneka pada Dirga. Lama-lama tangannya merasa pegal juga.
"Ayah lo tahu lo sakit?" Tanya Dirga serius.
"Dia tahu gue di sini dan gue sakit. Tapi gue belum pernah ketemu dia."
