"Jadi, kau ini adalah Tuan Kyle yang terhormat itu?"
Korvin bahkan sudah menanyai Nicholas untuk ke lima kalinya. Bahkan ketika ketiganya sudah masuk ke dalam rumah sekalipun. Nicholas yang ditanyai seperti itu agaknya tampak tenang. Dia melipat kedua tangannya di dada, sambil menyenderkan punggungya, memandang Korvin yang sudah memandangnya dengan penuh selidik.
"Maaf, bukannya aku mencurigaimu atau apa pun itu, Tuan Kyle. Hanya saja sekarang begini … bukankah kau adalah bos dari kakakku Grace? Bukankah kau pemilik dari kediaman Kyle? Lantas bagaimana bisa kau ada di sini? Mengantar seorang pegawai ke rumahnya? Sungguh mulia sekali, bahkan aku sampai merasa jika kau mungkin terlalu tak punya pekerjaan sampai dengan suka rela mengantar pegawaimu ke rumahnya,"
Grace tampak mengulum senyum, dia memandang Nicholas yang tampak dingin dan diam. Sementara adiknya, terus berceloteh panjang lebar. Sungguh, dua orang yang bertolak belakang, dan disatukan oleh keadaan.
"Jangan bilang kalau kalian?" kata Korvin kemudian, dia membuka mulutnya lebar-lebar, kemudian dia memandang Grace dengan tatapan penuh selidik.
"Grace, apa yang kau lakukan kepada Tuan Kyle? Apakah kau merayunya? Apakah wajah polos dan jelekmu itu berhasil mengelabuhi Tuan Kyle? Ck! Nyatanya kau adalah seorang perayu ulung,"
Nicholas akhirnya tersenyum, mendengar tuduhan itu terlontar dari mulur Korvin, dia langsung memandang Grace dengan seringaiannya.
"Bahkan, kakakmu itu sangat ahli ketika di atas ranjang," ucapnya.
Mendengar hal itu, wajah Grace berubah merah padam, dia langsung melempar Nicholas dengan minuman kaleng yang ada di tangannya. Sebuah hal yang memalukan, dan kenapa harus dibahas di depan Korvin, adiknya.
"Ya Tuhan, aku sudah menebak. Jadi kalian ini, berpacaran atau … atau yang lainnya?" selidik Korvin lagi. Nicholas kembali diam, dia menarik sebelah alisnya memandang pada Grace, seolah menantang Grace untuk menjawab atas pertanyaan yang dilontarkan oleh Korvin kepadanya.
"Tutup mulutmu, Korvy. kami tidak seperti apa yang kau tuduhkan, apakah kau tak berpikir jika barangkali laki-laki jelek itu akan membodohimu? Kenapa kau mudah sekali percaya dengan orang yang baru kau kenal."
"Aku bahkan lebih percaya dengan Tuan Kyle, dibandingkan denganmu, Grace," kata Korvin yang sudah berdiri di belakang Nicholas seolah meminta pembelaan. Nicholas kembali tersenyum, kemudian dia bertos-ria dengan Korvin.
Grace hanya mampu mencibir, dia sama sekali tak menyangka jika akan dikhianati oleh dua laki-laki yang ada di depannya ini.
"Kau mau buat apa? Ada tamu agung di sini, dan kamu mau membuatkan dia roti bakar? Kenapa kau sangat pelit sekali, Grace!"
"Diamlah, Korvy! kenapa kau selalu mempermainkanku seperti ini!"
"Aku sudah memesan beberapa makanan, bisakah kalian tidak ribut sekarang?"
Grace dan Korvin pun diam, keduanya tampak tersenyum manis. Bagaimana tidak, sepertinya Nicholas sedikit terganggu dengan suara ribut yang keduanya ciptakan.
"Maafkan kami, Tuan Kyle."
"Kau bisa memanggilku Nicholas atau Nick, tak perlu formal," jawab Nicholas kemudian. Korvin pun menganggukkan kepalanya.
"Nanti malam kau tidur denganku, aku akan menyiapkan tempat tidur kita."
"Kenapa aku tidak tidur dengan Grace?" tanya Nicholas yang berhasil membuat Korvin memekik kaget.
"Jadi, kalian ini—"
"Nick akan tidur bersamamu, Korvin. Lekas persiapkan tempat tidur untuknya,"
"Baiklah,"
Korvin pun memutuskan untuk segera menyiapkan tempat tidur untuk Nicholas, menbuat Grace mendekati Nicholas dengan mimik wajah kesalnya. Merasa tidak takut, Nicholas langsung menarik tangan Grace sampai tubuh Grace berhasil duduk di atas pangkuannya. Tangan Nicholas mulai merayap pada celah kaus milik Grace, kemudian dia mulai menggoda di dada Grace.
"Kenapa kau begitu cangggung, Grace? Bukankah kita sudah pernah tidur bersama? Hanya tidur satu ranjang denganku, seharusnya tidak akan semengerikan itu kan?"
Grace yang tampak kesal pun langsung mendorong tubuh Nicholas, tapi sayang Nicholas semakin menariknya membuat bibirnya tak sengaja membentur bibir Nicholas. Keduanya kini tampak saling diam, Grace tampak menelan ludahnya dengan susah sekarang. Ya, Grace tak tahu apa yang harus dia lakukan, bahkan dia tak tahu apa yang harus dia lakukan sekarang.
Nicholas seolah telah kehilangan kendali, dia sudah lama menahan, dia sudah lama membatasi dirinya dari Grace. Tapi wanita itu seolah menggodanya dengan sangat nyata.
Pelan, Nicholas mulai melumat bibir Grace. Membuat tubuh Grace mematung dengan sempurna. Awalnya Grace merasa canggung, namun lama-kelamaan Grace pun mulai membalas ciuman dari Nicholas. Grace melingkarkan kedua lengannya dengan nyata di leher Nicholas, keduanya berciuman dengan sangat intim dan liar. Tangan kanan Nicholas terus menekan tengkuk Grace, seolah dia ingin lebih dalam mencumbu bibir Grace, sementara bagian kiri tangannya sudah mulai menyelinap masuk pada bagian bawah celana Grace, mulai memainkan perannya dengan begitu rincah. Grace mendesah, dia sudah mulai basah. Dia seolah ingin meminta lebih kepada Nicholas, saat ini juga. namun ….
"Nick, aku sudah menyiapkan kamar kita. kau bisa istirahat jika lelah."
Grace dan Nicholas sudah di tempat masing-masing, keduanya tampak sangat canggung membuat Korvin agaknya bingung dengan sikap mereka. Nicholas tampak tersenyum memandang Grace, terlebih ketika Nicholas memandang bibir Grace yang sudah bengkak itu.
"Aku akan menyiapkan beberapa minuman, kau masuklah ke kamar,"
"Terimakasih," jawab Nicholas kemudian, dia hendak melangkah masuk ke dalam kamar, tapi langkahnya terhenti, tepat di belakang Grace yang saat ini sedang membuka lemari es.
"Aku tidak akan melakukan yang lebih jauh dari itu, sebelum kau memintanya sendiri kepadaku, Grace," bisiknya. Menggigit pelan telinga Grace dan hal tersebut membuat napas Grace nyaris berhenti dengan sempurna. Grace tahu ini gila, dan Grace benar-benar tak menyangka jika Nicholas bahkan jauh lebih gila dari apa yang dia bayangkan. Namun, yang lebih gila dari pada Nicholas adalah dirinya. Kenapa Grace menginginkan lebih, Grace rindu buayain tangan Nicholas, dia rindu setiap sentuhan Nicholas. Apakah dia sudah mulai jalang sekarang?
"Grace, apakah makanan yang dipesan oleh Nick sudah datang?"
"Aku gila."
"Apa?" kaget Korvin. Grace pun langsung melonjak kaget, mengetahui jika Korvin sudah ada di depannya dengan mimik wajah penasarannya itu. "Kau … bibirmu, kenapa menjadi bengkak seperti itu. jangan bilang kau telah ciuman dengan Nick? Jangan pernah kau bercinta dengannya di rumah kita. kau tahu, rumah kita dindingnya tipis, aku tidak mau mendengar suara desahan jelekmu itu."
Plak!!
"Dasar kau! Berhentilah berbicara seolah kau ini makhluk suci atau semacamnya, Korvy, kalau tidak aku akan mengulitimu!"
"Aku yakin kalau Ibu dan Ayah ada, mereka pasti sangat senang dengan ini, kau telah menemukan laki-laki yang mencintaimu, Grace."
Grace langsung terdiam mendengar ucapan dari Korvin itu, kemudian dia menundukkan wajahnya dalam-dalam. Setiap membahas orangtuanya, nyali Grace benar-benar langsung hancur.