Di Senin pagi yang cerah ini, Kenza berangkat bersama Amoy dan Om Nathan setelah sebelumnya ia dijemput di kediaman Aditama.
Kini keduanya, Kenza dan Amoy berjalan bersisihan sambil bergandeng tangan. Tak lupa senandung pagiku cerahku matahari bersinar ikut mengiringi langkah kaki keduanya yang riang gembira.
Nathan menggelengkan kepala, merasa geli sendiri melihat remaja yang tingkahnya persis seperti bocah umur lima tahun. Ia masih melihat keduanya hingga benar-benar tak terlihat, setelah dirasa keduanya masuk ke dalam sekolah ia mulai melajukan mobilnya meninggalkan halaman sekolah.
Hari ini ia tidak akan ke sekolah, ada rapat penting yang harus ia hadiri di perusahaan pagi ini. Nathan melirik ke belakang sebentar melalui kaca spion, ada puluhan bodyguard yang Kenzo tugaskan untuk menjaga Kenza, mereka selalu berpencar di setiap sudut sekolah. Setidaknya Nathan tidak akan risau bila harus meninggalkan dua bocah tersebut dalam waktu lumayan lama.
****
"Ihh dada Amoy kok merah-merah!" Kenza mulai mengeluarkan suaranya yang terdengar iri. Keduanya berada didalam ruang ganti sekolah, mengganti baju seragam mereka dengan baju renang dikarenakan pelajaran selanjutnya adalah olahraga.
"Iya dong, dada Amoy diisep sama Papah!" Amoy mulai sombong.
Kenza merengut, ia juga pengen digituin sama Kenzo.
"Kenza pengen!" Kenza merengek.
"Ya Kenza minta dong sama Kenzo! Pasti ntar dikasih!"
Kenza mengangguk, ia masih menatap iri dada Amoy dengan bibir cemberut. Pokoknya ia harus minta sama Kenzo nanti.
"Kenza jangan cemberut dong, Amoy kan jadi ngerasa enak."
"Ihh Amoy kok gitu sih!" Kenza makin kesal.
"Iya dong, kan Amoy bisa pamer. Kenza nggak ada merah-merahnya dadanya. Amoy ada loh." Amoy semakin menjadi-jadi dan Kenza jadi makin dengki.
"Amoy jahat, nanti Kenza bilangin ke Kenzo hiks!" Kenza menangis.
"Yaudah, ntar Amoy juga bakal bilangin ke papah!" Balas Amoy tanpa rasa bersalah.
"Kenza jangan nangis terus dong. Amoy kan nggak mau dimarahin sama Kenzo. Amoy kan masih pengen enaena bareng papah." Seketika tangisan Kenza berhenti.
Enaena
Kata Kenzo, 'enaena itu banana aku, aku masukin tempat pipis kamu'. Dan ucapan Kenzo kemarin langsung membuat Kenza mengingatnya.
"Kenza tau enaena. Enaena itu yang penisnya dimasukin tempat pipis kan?"
Amoy melongo, "Kok Kenza tahu sih?"
"Iya dong, Kenza gitu loh." Kenza tersenyum bangga karena tau sesuatu yang sebenarnya sudah diketahui banyak orang.
"Emang Kenzo pernah masukin penisnya ke tempat pipis Kenza?"
"Belum." Kenzo merengut sedih.
"Ih kasian, Amoy sama papah udah pernah loh. Enak tau pas penis papah sodok-sodok tempat pipis Amoy." Amoy dan kesombongannya semakin meraja-lela.
"Hikss, Kenza pengen." Kenza berlari keluar, tidak peduli jika masih jam pelajaran. Yang ada dipikirannya cuma ingin bertemu dengan Kenzo.
Keduanya tidak sadar jika ucapan mereka didengar dan dilihat dengan jelas oleh Kenzo sedari awal melalui ponsel. Ada cctv yang terpasang dalam cincin yang tersemat dijari manis gadisnya. Sehingga Kenzo dengan mudah bisa mengetahui setiap aktivitas Kenza.
"Hikss, Amoy jahat." Kenza terus berlari keluar hingga sampai di depan gerbang yang disana sudah ada Paman Reno dan mobilnya. Seperti menanti kedatangannya.
"Silahkan nona!" Paman Reno membukakan pintu untuk majikannya.
Beberapa waktu lalu Kenzo menghubunginya agar menjemput Kenza di sekolah.
****
"Kenza mau ketemu Kenzo hikss!" Ucap Kenza di depan meja recepcionist, masih sesenggukan. Paman Reno mengantarnya kemari, berarti Kenzo ada disini.
"Mari saya antar nona!" Wanita paruh baya yang masih cantik diusianya yang tidak muda lagi itu membungkuk sopan pada gadis yang menjadi kekasih atasannya.
Kehadiran Kenza bukan sesuatu yang baru, para pegawai disana sudah hapal betul siapa sosok Kenza. Gadis polos yang menjadi kekasih atasan mereka yang begitu dingin.
"KENZO, KENZA MAU TEMPAT PIPIS KENZA DI SODOK PAKE PENIS KENZO!" Kenza berlari ke arah Kenzo dan menerjang tubuhnya. Memeluknya dengan erat. Beruntung didalam ruangan hanya ada Kenzo.
"Cangkemmu sayang!" Kenzo membelai punggung Kenza dengan lembut. Sesekali mencium pelipis gadisnya dengan sayang.
"Jangan nangis terus, susah napasnya nanti kamu sayang!" Kenzo melepas pelukan mereka, kemudian mengusap dada Kenza naik turun.
"Hikss, Amoy jahat!"
"Iya, nanti aku cubit ginjalnya!" Balas Kenzo.
"Jangan!"
"Why?"
"Nanti Kenza nggak ada temen!"
Kenzo tertawa, ia mengecup bibir Kenza lama, sebelum berakhir melumatnya dengan penuh napsu. Membelai lidah Kenza, mengajaknya untuk berperang lidah.
"Ngghh..." desah Kenza.
Kenzo semakin menggila, kedua tangannya tak henti meraba sana-sini setiap jengkal tubuh Kenza.
"Masukin penis Kenzo ke tempat pipis Kenza!"
"No." Kenzo menggeleng tegas.
"Kenapa? Kenza pengen hikss!"
"Nanti sayang. Kalo udah nikah aku masukin milik aku kesini." Jawab Kenzo penuh pengertian, tangannya menelusup masuk ke dalam celana dalam gadisnya. Mengusapnya naik turun.
"Kata Amoy, tempat pipisnya udah disodok pake pe..." Kenzo mencium bibir gadisnya membuat Kenza tidak bisa melanjutkan ucapannya.
"Nggak sopan. Nggak boleh ngomong kayak gitu lagi. Aku nggak suka."
"Nanti habis lulus kita langsung nikah."
"Tapi Kenza pengen!" Kenza merengek manja.
"Kita nikah dulu sayang."
"Kapan hiks?"
"Dua bulan lagi sayang!"
Kenza mengangguk patuh, "Pinky promise?"
"Ya, sure." Kenzo mengecup bibir Kenza sebagai simbol jika ia telah janji.
"Good girl!" Kenzo menggigit bibir Kenza dengan gemas.
"Kenza cinta Kenzo!" Kenza memeluk erat leher Kenzo, masih dengannya yang duduk dipangkuan Kenzo.
"Too much baby!" Balas Kenzo meremas pantat bulat gadisnya.
***
Seorang lelaki dengan pakaian serba hitam menatap amplop coklat besar didepannya dengan penuh minat.
Sesaat kemudian, ia membuka amplop coklat tersebut dan mulai membaca setiap kata yang tertulis disana tanpa ada yang terlewat. Senyum kemenangan tersungging di wajahnya yang cukup menawan bagi setiap mata memandang.
"Tunggu aku sayang!" Katanya dengan senyum licik diwajahnya. Ia yakin seratus persen, rencananya kali ini akan berhasil.
_______
TBC