Chereads / Za For Zo / Chapter 33 - Bagian 41

Chapter 33 - Bagian 41

Di siang yang cerah ini, Kenza dan Amoy akan berbelanja di supermarket. Sebenarnya hanya Amoy saja yang belanja, Kenza dengan kandungan sembilan bulan hanya mengikuti dari belakang.

"Amoy malu beli bakso!" Amoy yang sedang hamil empat bulan menarik Kenza menuju freezer.

"Amoy mau masak?" Tanya Kenza menatap pentol bakso ditangan Amoy.

"Iya dong, Amoy mau masak. Kan sekarang Amoy udah jadi istri. Kata internet yang Amoy baca kalo mau suaminya sayang istri harus bisa kenyangin perut suami." Jawab Amoy panjang lebar.

"Kenza juga harus bisa masak. Biar Kenzo seneng!"

Kenza menggeleng, "Kata Kenzo, Kenza nggak perlu masak, biar bibi aja yang urus semua. Tugas Kenza cuma jadi ratunya Kenzo bukan babunya Kenzo."

"Berarti Amoy jadi babunya Om Nathan dong? Kan Amoy masak!" Tanya Kenza dengan polosnya, tidak tahu saja jika Amoy sudah mendidih dikatai babu oleh Kenza.

"Ihh nggak gitu, ini namanya berbakti sama suami. Kan nambah pahala."

Kenza memiringkan kepalanya, "Kenza nggak ngerti!" Balasnya polos. Matanya kemudian menatap deretan pentol bakso yang berada di dalam freezer, "Pentol baksonya kecil, nggak kayak pentolnya Kenzo. Gede."

"Emang Kenzo punya pentol?" Tanya Amoy kepo.

"Punya loh! Yang dibawah penis Kenzo. Itu ada bulet-buletnya." Jawab Kenza.

"Oh iya Amoy tau. Papah Nathan juga punya loh! Gedenya segini." Amoy mulai ikut-ikutan membuat lingkaran menggunakan kedua tangannya.

Mereka terus bercerita sambil berjalan kesana-kemari dengan langkah riang dan bergandeng tangan.

Dibelakang keduanya, ada ratusan bodyguard milik Kenzo yang setia mengikuti istri tuan mudanya. Iya, hanya menjaga Kenza saja. Bukan Amoy. Para bodyguard tersebut menyebar di setiap sudut supermarket mengawasi keadaan sekitar. Mereka tidak ingin dipenggal kepalanya jika lalai menjaga istri tuan mudanya.

****

"Kenzoooo!" Kenza menghampiri Kenzo yang duduk di sofa depan kolam renang.

"Ihh Kenzo jangan bobok dong. Kenza udah pulang loh." Ucap Kenza kemudian duduk disamping Kenzo yang masih betah memejamkan matanya. Namun begitu tangannya menarik bahu Kenza lembut agar bersandar pada dada bidangnya.

"Capek hm?" Tanya Kenzo membuka matanya.

Kenza mendongak, "Nggak, Kenza nggak capek!"

"Tadi ngapain aja hm?" Kenzo kembali bertanya, kali ini tangannya mengelus lembut rambut Kenza yang panjangnya sebatas bahu.

"Tadi Kenza..." Dan mengalirlah cerita Kenza selama berada di supermarket tadi bersama Amoy. Semua Kenza ceritakan tanpa ada yang terlewat, termasuk obrolan mereka tentang lentol bakso.

Kenzo dengan tatapan lembutnya terus mendengarkan dan menatap wajah ceria yang kini selalu menemaninya.

****

"Pake handuk dulu sayang!" Ucap Kenzo pada Kenza yang baru saja keluar dari kamar mandi.

Keduanya habis mandi bersama, tentunya bukan hanya sekedar mandi.

"Capek hn?" Kenzo mengelap tubuh Kenza dengan handuk yang ia bawa sampai kering.

"Nggak, Kenza nggak capek!"

"Dasar!" Kenzo mengecup dalam bibir Kenza.

"Habis ini makan terus bobok sayang!" Perintah Kenzo dan diangguki Kenza dengan patuh.

"Kenapa sayang?" Kenzo khawatir kala tangannya digenggam kuat oleh Kenza.

"Perut Kenza sakit hiks."

"Sakit Kenzooo hikss!" Kenza terus merintih kesakitan.

"Kita ke rumah sakit sayang!" Panik Kenzo menggendong Kenza bridal style setelah sebelumnya memasangkan baju yang menurut Kenzo tertutup.

***

Dokter Vanya menghampiri Kenza tepat saat Kenza dipindahkan diatas brankar. Ia berjalan disamping kanan sedang Kenzo di samping kiri.

"Sakitt Kenzo hikss!"

"Sepertinya jadwalnya maju!" Gumam Dokter Vanya dengan santai.

"Sepertinya anak kalian sudah tidak sabar ingin cepat-cepat keluar dan bertemu kalian!" Kenzo menatap tajam Dokter Vanya yang menurutnya terlalu banyak bicara.

"Baiklah-baiklah. Bawa istrimu itu ke ruang UGD. Aku akan melihat sudah pembukaan berapa." Dokter Vanya menyerah, tatapan tajam bocah yang usianya jauh dibawahnya itu begitu menakutkan.

Para perawat dengan cepat membawa Kenza ke UGD, mereka tidak ingin melakukan kesalahan sekecil apapun itu. Ingatkan, jika Kenzo adalah pemilik rumah sakit tempat mereka bekerja. Termasuk pula tempat Kevin mengais makan.

"Sudah pembukaan sembilan. Kita pindahkan Nyonya Aditama ke ruang operasi!" Dokter Vanya menginteruksi para perawat yang ada disana, sekitar 10 orang yang standby diruang UGD.

"Baik dokter!" Mereka dengan cepat mempersiapkan ruang operasi dan semua perlatan yang dibutuhkan. Dari awal, Kenzo menghendaki proses persalinan Kenza dilakukan secara ceasar, jelas alasannya karena Kenzo tidak ingin Kenza merasakan sakit terlalu lama.

"Hikss, Kenzo perut Kenza sakit." Rintih Kenza kesakitan.

"Sebentar lagi sayang! Istri aku kuat," Kenzo mencium bibir Kenza lama, mencoba mengalihkan rasa sakit yang dialami wanitanya.

"Semua sudah siap dokter." Dokter Vanya mengangguk. Ia berjalan lebih dulu ke ruang operasi, dibelakangnya ada perawat yang mendorong ranjang brankar yang ditempati Kenza.

Begitu Kenza dan Kenzo memasuki ruang operasi semua sudah siap. Bahkan ruang operasi yang Kenza tempati berbeda dengan ruang operasi pada umumnya. Kenzo sengaja mendesain satu ruang operasi khusus dan satu ruang kamar VIP bergambar barbie kesuakaan Kenza.

"Ihh ada Barbie sama Ken!" Disela rasa sakitnya, Kenza masih sempat mengomentari.

"Kenza suka, ahh sakit!"

Kenzo kembali menatap tajam kearah Dokter Vanya, matanya seolah mengatakan cepatlah, atau kepalamu taruhannya. Dan itu sangat ampuh membuat Dokter Vanya ketakutan.

Dokter Vanya mulai menyuntikkan jarum yang berisi obat bius agar saat proses persalinan nanti Kenza tidak merasa kesakitan.

"Kita mulai!" Mereka semua mulai berdebar dan juga gemetar, nyawa mereka tergantung pada operasi kali ini. Jika mereka tidak mampu menyelamatkan anak dan ibu, maka kepala mereka adalah jaminannya.

Berbeda dengan Kenza yang sudah nampak tenang, napasnya terasa putus-putus karena terus menahan sakit.

Matanya lama-kelamaan mulai tertutup dan hal ini membuat Kenzo panik setengah mati. Tidak, Kenzo tidak mau kehilangan secepat ini.

Bersamaan dengan itu suara tangis bayi menggema di ruang operasi. Telinga Kenzo berdengung, ia tidak bisa fokus.

"Selamat, bayi kalian laki-laki!" Ucap Dokter Vanya.

Kenzo tidak merespon, ia menatap wajah Kenza dengan pandangan kosong.

_______

END