Kenza mengelus perutnya yang terlihat sedikit membuncit, bukan karena apa. Salahkan saja tuan muda Kenzo yang selalu menyuapi Kenza tanpa henti hingga semua makanan yang ada di meja ludes tak bersisa.
Tentu saja semua itu Kenza yang menghabiskan dan hanya dibantu sedikit oleh Kenzo.
"Kenza kenyang Kenzo. Kenza mau bobok." Kata Kenza sambil menguap, hal yang sedari tadi ia lakukan selain mengelus perutnya.
"Kita nggak jadi ke pantai?" Tanya Kenzo sambil menatap jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Kenza mau ke pantai. Suara Kenza semakin pelan bahkan nyaris tidak terdengar karena gadis cantik itu sudah mulai menjemput alam mimpi.
Kenzo tersenyum, ia mendekat dan mencuri satu kecupan di bibir Kenza, "Love you." Bisik Kenzo dan menggendong gadisnya bridal style.
Semua ini Kenzo lakukan dengan sengaja termasuk membuat gadisnya itu mengantuk dengan ia memberinya banyak makanan. Ia tidak akan mau mengajak Kenza ke pantai dengan cuaca terik dipagi menjelang siang seperti ini. Kulit Kenza terlalu sensitif jika terkena cahaya matahari langsung dan Kenzo akan menyalahkan dirinya sendiri jika hal itu sampai terjadi.
Seposesif itulah Kenzo.
***
Waktu kini menunjukkan pukul tiga sore dan Kenza masih bergelung nyaman di pelukan Kenzo. Kenza memeluk erat Kenzo layaknya sebuah guling.
Hingga,,,
Drrt
Kenzo menoleh sebentar pada ponselnya yang ada diatas nakas. Ternyata papahnya yang menelpon.
Kenzo memilih abai dan semakin mengeratkan pelukannya.
"Bangun sayang." Bisik Kenzo lembut di telinga Kenza. Tangannya mengelus rambut dan punggung gadis itu secara bersamaan. Hal yang dilakukan barusan semakin membuat Kenza terlelap nyaman.
"Kamu nggak mau ke pantai?" Tanya Kenzo, dalam hati ia menghitung dari angka tiga.
Tiga,
Du...
"Mau, Kenza mau ke pantai." Teriak Kenza sambil bangun dari tidurnya. Gadis itu begitu bersemangat sampai menarik Kenzo yang masih berbaring diatas kasur.
"Ayo Kenzo. Nanti pantainya tutup." Ucap Kenza polos.
Kenzo terkekeh, "Mana ada pantai tutup, sayang." Ucapnya kemudian.
Kenza memiringkan kepalanya, membuat keimutan gadis itu semakin bertambah.
"Nggak usah dipikirin, ayo ganti baju." Kata Kenzo dan menggendong gadisnya didepan menuju kamar mandi untuk ganti pakaian.
Kenzo maklum, wajar jika hal sepele seperti tadi Kenza tidak tahu. Ini semua memang karenanya, karena baru dua kali Kenza ke pantai. Yang pertama, waktu mereka masih kecil dan yang kedua adalah saat ini.
"Tapi kalo Kenza main di Dufan pas sore udah tutup." Kata Kenza menatap Kenzo.
"Itu kolam renang sayang." Jawab Kenzo lembut.
"Berarti beda ya."
"Iya sayang." Ucap Kenzo masuk ke dalam kamar mandi.
***
"Nggak diangkat." Ucap Devin menatap istrinya, Shafira.
Shafira menunduk lesu, bibirnya mengerucut tanda jika ia sedang kesal.
"Bibirnya jangan gitu. Nanti aku emut loh." Bisik Devin diakhir kalimat.
"Ya habis Kenzo gitu. Padahal kan Shafira mau ikut." Rengek Shafira. Matanya sudah berkaca-kaca dan siap tumpah kapan saja.
Devin menatap Shafira gemas, dan lumatan di bibir merah muda yang selalu menjadi candunya itu ia berikan.
"Nanti kita jalan-jalan sendiri." Kata Devin melepas ciuman mereka.
Shafira mengatur napasnya, "Mau lagi." Ucapnya kemudian.
Devin tersenyum, ya inilah sebenarnya sifat asli Shafira, tingkah lakunya tidak jauh berbeda dengan Kenza.
"Devin, Shafira mau lagi." Rengek Shafira menggoyang lengan Devin yang dari tadi diam.
Devin tersenyum lembut kemudian mendekat, memangkas jarak keduanya.
Namun,
Saat bibir keduanya akan saling menempel, ponsel Devin berbunyi.
"Kenzo?" Tebak Shafira antusias kemudian mendekati Devin.
Safira menunduk, tangannya bergetar hebat sewaktu melihat siapa yang menghubungi Devin. Bukan Kenzo, tapi..
Renata is calling.
Satu nama itu meruntuhkan keceriaannya dalam sekejap.
Safira melangkah mundur dengan tubuh yang semakin bergetar. Ia tidak berani menatap Devin yang berdiri didepannya, masih dengan ponsel yang mengeluarkan nada suaranya.
Safira berbalik, memberi ruang untuk suaminya saat Devin yang sepertinya akan mengangkat panggilan tersebut.
Safira menutup pintu dan langsung jatuh duduk dengan posisi berjongkok. Beberapa kali ia memukul dadanya yang terasa sesak.
Bagaimana jika Devin meninggalkannya. Kalimat itu terus terpatri dalam pikirannya yang semakin membuatnya kalut.
Beruntung, saat iti sebuah pelukan hangat melingkupi tubuhnya.
"Devin jangan pergi," rengek Safira sesenggukan. Ia menggenggam erat kemeja Devin.
"Ssst, maaf sayang. Aku nggak angkat telponnya." Ucap Devin memberitahu sekaligus meminta maaf.
Mendengar ucapan Devin, Safira berangsur tenang.
Ia menatap Devin dengan airmata yang masih mengalir deras, "I love you." Bisik Devin dan melumat bibir Safira dengan lembut.
Safira terbuai, ia meremas rambut Devin menyalurkan rasa nikmatnya. Wajahnya memerah karena habis menangis dan malu.
***
Kembali pada Kenza dan Kenzo yang kini berada diatas tebing, keduanya melihat pemandangan pantai dari atas sana. Pantai itu begitu sepi, maklum, sejak korona menyerang bumi, Kenzo langsung menutup tempat destinasi wisatanya. Untuk jaga-jaga.
"Pake sunblock dulu sayang." Ucap Kenzo pada Kenza yang bersandar nyaman didadanya.
Kenza mengangguk, ia membalik badannya menghadap Kenzo.
"Lepas dulu bathrobe-nya, sayang." Kata Kenzo lagi, ia mengijinkan sekalipun gadisnya itu telanjang disini. Tentu saja karena alasannya tempat yang mereka kunjungi sangat sepi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan selain mereka berdua. Ia sudah meminta para pekerjanya untuk menutup tempat ini. Jelas, ia tidak ingin aktivitasnya dengan Kenza diganggu orang luar.
Pikiran nakal Kenzo kembali melanglang buana, apalagi ditambah tempat terbuka seperti ini yang semakin membuat imajinasinya meliar kemana-mana.
"Kenza udah lepas bathrobenya Kenzo!" Kenza melapor, gadis itu kini memakai bikini mini yang melilit tubuh sintalnya.
Dengan pemandangan yang tak lepas dari Kenza, Kenzo mulai menuang sunblock ke tangan kemudian mengoleskannya ke tubuh Kenza tanpa terkecuali.
Ctak.
Kenzo melepas kaitan bra yang dipakai Kenza begitu juga dengan kain segitiga yang sejak tadi tidak pernah benar menutupi lubang surgawinya. Padahal ia sendiri yang memilih celana dalam itu dan memasangkannya.
Kenza? Ia diam saja. Gadis cantik itu sepertinya tidak masalah sama apa yang dilakukan Kenzo.
"Ganti Kenza, Kenza mau kasih Kenzo sunblock." Rengek Kenza kala Kenzo menutup kembali botol tersebut.
"Bisa?"
"Bisa, Kenza bisa loh." Gadis itu kemudian menarik celana boxer yang dipakai Kenzo dan langsung menampilkan burungnya yang berdiri tegak. Membuat Kenza berdecak kagum.
"Wahh, Kenza mau kasih penis Kenzo sunblock." Pekik Kenza senang. Tak tanggung-tanggung gadis itu langsung menuangkan sunblock tersebut langsung pada adik kecil Kenzo yang menegang.
"Sayang." Kenzo tak habis pikir tapi dia juga menyukainya.
_______
TBC