Hari ini, tepatnya pagi ini semua murid SMA Nusa Jaya dikagetkan dengan banyak foto yang terpajang apik di mading sekolah.
Bukan hanya murid, tapi semua guru juga terkejut. Jelas, alasannya karena mereka tidak percaya. Tapi, bukti foto seakan mematahkan kepercayaan mereka.
Diantara semua siswa dan guru, dua orang yang tidak lain adalah sohib sejati Kenzo, menatap mading yang berisi puluhan poto itu dengan pandangan prihatin.
Bukan prihatin terhadap poto yang mereka lihat, tapi lebih ke prihatin dengan orang yang mencoba cari masalah pada Kenzo.
"Menurut lo gimana?" Brill bertanya sambil mengerutkan dahi. Sok mikir.
"Palingan juga dipenggal kepalanya sama bigboss." Brill bergidik ngeri membayangkannya.
"Menurut lo, kalo Kenza tau ini dia bakal gimana?" Farel bertanya.
"Nangis?" Brill menjawab tidak yakin.
"Lo kira sinet indosiar? Dikit-dikit ku menangis." Farel menanggapi.
Brill mengendikkan bahu, "Yang jelas yang nyebarin ini nggak selamat sih."
"Tapi kenapa lewat poto yang dicetak gini? Dia bisa kan nyebar lewat website. Lebih gaul bro, kalo gini kesannya itu anak kudet banget." Farel mengomentari, merasa miris sama orang yang nyebar poto, gaptek banget hidupnya.
"Jawaban lo itu cuma dia dan Tuhan yang tau. Bye, gue mau boker!"
"Heh bambang tungguin gue!"
***
"KENZOOOOOOO!" Kenza berteriak senang melihat kehadiran Kenzo didepan ruang kelasnya. Gadis itu tidak menyangka Kenzo datang menjemputnya.
Ia kira akan pulang bersama dengan Amoy setelah tadi pagi sahabatnya itu datang menjemputnya.
"Jangan teriak, tenggorokannya sakit nanti." Kenzo mengelus tenggorokan Kenza dan menciumnya didepan ratusan siswa yang hilir mudik ingin pulang. Hal yang sudah menjadi pemandangan mereka sejak tiga tahun terakhir.
Kehadiran Kenzo disana bukan suatu hal baru, awal-awal masuk memang iya. Tapi setelah itu semua biasa saja. Yang mereka sesalkan, kenapa mereka selalu punya sifat iri dan dengki setiap kali melihat keduanya. Keuwuan mereka yang tidak tau tempat sukses membuat siswa perempuan disana menggigit jari. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk tidak peduli daripada endingnya malah makan hati. Tapi tetap saja, keuwuan keduanya tidak boleh dilewatkan begitu saja. Kenza si gadis polos yang baik hati bersanding dengan Kenzo yang dingin dan tak berhati. Perfect bukan, dengan begitu keduanya saling melengkapi.
"Kenzo mau lagi." Rengek Kenza kala Kenzo menghentikan ciumannya dileher Kenza.
"Suka hn?" Kenzo kembali mencium leher Kenza seperti yang diminta gadisnya tadi, namun kali ini disertai hisapan dan gigitan sehingga meninggalkan jejak kemerahan yang terlihat mencolok dileher putih gadisnya.
"Suka. Kenza suka..ah." Kenza mendesah. Beruntung sekolah sudah sepi karena murid perempuan disana pada sadar diri.
"Mmmm Kenza mau hisap leher Kenzo." Kenza meminta, merengek tepatnya.
Kenzo menghentikan cumbuannya dan menarik Kenza kembali memasuki kelas, mengangkat dan mendudukkan gadisnya diatas meja hingga kini posisinya Kenza lebih tinggi darinya.
Kenza dengan semangat melakukan apa yang Kenzo lakukan tadi. Menggigit dan menghisapnya.
Kenzo menutup mata, sesekali mengerang nikmat.
"Yeee leher Kenzo jadi merah." Kenza berujar senang.
"Rambutnya dikuncir sayang. Karet rambutnya masih di tas kan?" Seingat Kenzo ia selalu meninggalkan karet rambut di dalam tas gadisnya.
Kenza mengangguk, "Iya, ada di tas."
Kenzo mulai merapikan rambut Kenza dan menjadikannya satu saat gadisnya itu memberikannya karet rambut.
Kenzo sengaja, dengan begini semua orang akan tau jika Kenza miliknya. Tanda dileher gadisnya itu seakan menjawab semuanya.
"Kenzo kok udah pulang? Kenzo nggak masuk sekolah?" Tanya Kenza yang berada dalam gendongan Kenzo. Mereka keluar kelas menuju mobil yang Kenzo tinggal di tempat parkir.
"Nggak sayang." Jawab Kenzo mencium mesra bibir Kenza.
"Kenapa? Kenzo masuk kantor?"
Kenzo mengangguk membenarkan, "Iya, aku tadi ke kantor."
Setelahnya ganti Kenza yang menceritakan apa saja yang ia lakukan di sekolah tadi.
"Mine." Bisik Kenzo, terdengar begitu posesif.
***
"Kenzo nggh." Bukan mendesah, Kenzo menggumam nama Kenza dalam tidurnya. Keduanya sudah sampai di rumah dan Kenzo langsung disibukkan dengan pekerjaan kantor sejak dua jam yang lalu. Berarti ini sudah dua jam juga Kenza tertidur disampingnya.
"Love you." Bisik Kenzo mengecup lama bibir Kenza yang sedikit terbuka. Tanpa rasa jijik, Kenzo mengusap lembut air liur Kenza yang keluar dari mulutnya. Iya, Kenza ngiler.
"Nggh, Kenzo." Kenza kembali menggumam, kali ini ia berbalik dan memeluk erat Kenzo.
"Sssttt, aku disini sayang." Berkali-kali Kenzo mengecup kening Kenza dengan lembut, mengelus bahu gadisnya agar tetap tenang. Namun bukan semakin terlelap tapi Kenza malah membuka mata.
"Kenzo."
"Ya." Bisik Kenzo di telinga Kenza, bibirnya mencium leher Kenza yang selalu beraroma bayi, wangi yang selalu membuatnya tenang.
"Kenzo ngapain?"
Belum sempat menjawab, suara gadisnya yang bergetar menahan tangis sudah cukup membuat Kenzo menghentikan pekerjaannya.
"Kenzo jangan kerja terus, Kenzo ntar capek. Kenza nggak mau Kenzo capek hikss." Kenza menangis dan menggeser laptop yang ada dipangkuan Kenzo hingga jatuh diatas karpet bulu, dibawah sofa.
"Kenza sebel sama laptop Kenzo. Dia bikin Kenzo capek."
Kenzo? Lelaki tampan itu memeluk erat Kenza.
Marah? Tentu saja tidak, setidaknya ia sudah menyimpan file yang ia kerjakan tadi.
Laptop yang rusak bisa dibeli, tapi Kenza tidak akan pernah bisa ia beli.
"Sssst, maaf sayang." Kenzo semakin erat memeluk Kenza.
"Laptopnya jahat."
"Iya, nanti aku buang." Kenzo berucap santai.
"Sekarang."
Kenzo berdiri dengan menggendong Kenza, mengambil laptop dan membuangnya ke tempat sampah.
Kenza tersenyum puas, sekarang Kenzo nggak akan capek lagi.
"Dadah laptop jahat." Kenza berujar ceria, membuat Kenzo terkekeh pelan.
"Nakal." Kata Kenzo menggigut pipi Kenza gemas.
Well, siapa sebenarnya yang posesif?
"Sekarang kita makan ya." Kenzo membuka knop pintu dan turun ke lantai bawah.
"Kenza mau susu indomilk yang rasa pisang."
"Kenapa?" Akhir-akhir ini gadisnya itu begitu menyukai sesuatu yang berbau pisang, bahkan stok susu indomilk di kulkas semua rasa pisang.
"Soalnya kayak penis Kenzo. Kenza suka penis Kenzo."
"Cangkemmu!"
Kenza tertawa saat Kenzo mencium bibirnya.
***
Hari ini Kenzo mengajak Kenza ke sekolah, hari ini Sabtu dan gadisnya itu libur sekolah. Berbeda dengan Kenza yang masuk sekolah selama lima hari, Kenzo masih masuk sekolah selama enam hari.
"Mamah, Papah, Kenza berangkat dulu." Kenza salim ke Devin dan Safira, begitu pula dengan Kenzo.
"Hati-hati sayang. Dadah!"
"Dadah mamah, dadah papah." Kenza melambai dengan tangan kiri, sedangkan tangannya yang sebelah kanan sudah di genggam Kenzo.
Butuh waktu dua puluh menit untuk keduanya sampai di sekolah.
Kenzo membuka pintu mobil untuk Kenza dan menaruh tangannya diatas kepala Kenza, menjaga kepala gadisnya agar tidak terantuk saat keluar.
"Ayo sayang." Kenzo menggandeng Kenza.
Keduanya terus berjalan, dengan Kenza yang terus mengayun tangan mereka yang saling bertaut sambil bernyanyi riang.
Kenza tidak sadar jika lelaki tampan yang menggenggam erat tangannya itu mengeluarkan aura membunuh yang begitu mencekam.
Semua murid yang sempat berpapasan dengan Kenzo bergidik ngeri, bulu kuduk mereka berdiri.
"IHH INI APAAN? KOK ADA POTONYA KENZO?" Kenza berteriak histeris saat melihat poto Kenzo dengan perempuan lain didalam mading.
Sedangkan tak jauh dari tempat ZaZo, seseorang dengan tampang licik berdiri.
"It's show time!"
Seseorang itu mungkin tidak menyadari jika nyawanya telah terancam.
_______
TBC