Kenza duduk manis dikursi kantin dengan kedua kakinya yang diayunkan. Setelah tadi sempat membuat kehebohan yang menyebabkan kaum jomblo berdecak iri, kini gadis cantik bak barbie itu duduk anteng dengan susu indomilk ditangannya.
Kenzo sedang memesan makanan dan sesuai perintah Kenzo, Kenza harus duduk di kantin dan tidak boleh kemana-mana.
"Hai, ketemu lagi kita." Suara bass laki-laki yang ala kadarnya tak membuat Kenza menoleh.
Ia memegang teguh rentetan pesan yang Kenzo berikan sebelum pergi tadi. Tidak boleh bicara sama makhluk asing.
Kenza terus menyedot susu kotaknya tanpa membalas atau melirik makhluk asing tak dikenal disampingnya.
"Gue Revan. Kita pernah ketemu pas kamu beli siomay di gerbang." Ucap Revan yang menurut kaum jomblowan begitu tampan namun bagi Kenza, makhluk asing yang ada didepannya itu tidak sebanding dengan Kenzo-nya yang jauh lebih menawan.
"Ehh eh ada capecewor!" Suara lain begitu menggema di kantin sekolah yang sepi. Bukan karena tidak berpenghuni, namun karena kehadiran Kenza dan Kenzo yang menyebabkan menjadi seperti ini.
Mereka -para murid- seakan enggan untuk bersuara dan lebih memilih drama picisan yang berlangsung live didepan mereka. Apalagi ditambah dengan camilan kecil ditangan mereka untuk menambah kelengkapan.
"Capecewor? Apaan tuh?" Tanya suara lain lagi.
Brill menatap sohib sehidup sematinya, "Calon perebut cewek orang!" Ucapnya santai. Ia lalu duduk didepan Kenza dan disamping Revan yang masih berdiri.
Farel mengerutkan dahi, "Siapa?"
Brill mengangkat bahu, matanya melirik sinis pada Revan, si ketua basket SMA Nusa Jaya.
"Yang ngerasa aja." Jawab Brill.
Farel mengangguk mengerti, kemudian ikut menatap Revan dengan pandangan sinis. Persis seperti yang dilakukan Brill beberapa saat yang lalu sebelum akhirnya ikut duduk di samping Brill.
"Lo ngapain disini?" Tanya Farel begitu bokongnya sudah mendarat dengan sempurna.
Merasa pertanyaan itu untuknya, Revan menoleh. "Ini kantin. Semua bebas kesini."
Farel mengangguk, "Tujuan lo bambang. Gak mungkin kan lo mau jadi patung liberty?"
Kenza tidak terpengaruh, bahkan ia tidak sadar jika aura disekitarnya mulai menggelap. Gadis itu dengan santainya minum susu indomilk yang tinggal satu hingga tetes terakhir.
"Bukan urusan lo!" Revan berujar sinis. Kentara sekali jika ketiganya tidak akur.
"Jelas urusan kita, lo gangguin pacar sahabat gue!" Brill menatap tajam Revan.
Revan tertawa sinis, "Lo jadi kacung?"
Brill sudah akan berdiri dan memberi bogem untuk manusia tidak tau diri yang ada disampingnya namun Farel malah menahannya.
"Kayaknya lo nggak bisa bedain mana kacung mana sahabat. Ya wajar sih lo kan nggak pernah ngerasain gimana enaknya punya sahabat. Ngeliat kelakuan lo yang kayak gini, orang juga pasti mikir ribuan kali untuk sekedar mau temenan sama lo."
"Mirisnya lagi, orang yang lo taksir nggak ada nanggepin."
"Kok gue pengen ngakak ya!"
Brill dan Farel kompak tertawa. Menertawakan Revan yang begitu menyedihkan. Keduanya tidak merasa bersalah, sikap mereka sudah benar mengingat bagaimana Revan yang selalu suka mencari masalah.
Revano Geraldo. Lelaki biasa aja menurut Brill dan Farel. Orang sok keren yang suka iri hati dan mencari gara-gara dengan mereka atau lebih tepatnya dengan Kenzo. Semula bermula saat pemilihan ketua basket, guru olahraga sejak awal mengajukan Kenzo sebagai ketua tim basket. Namun, saat dilakukan voting, Kenzo tidak hadir dan malah indohot dengan Kenza. Selain itu, Kenzo tidak pernah mau menjadi ketua basket. Kenzo yang tidak hadir dianggap gugur dan anggota tim basket yang lain memilih Revan sebagai ketua yim basket yang baru.
Namun, guru olahraga yang menilai kemampuan Kenzo jauh lebih baik dibanding Revan berniat melakukan pemilihan kembali. Hal ini membuat Revan marah, dirinya merasa seakan-akan sedang dipermainkan.
Kenzo yang dari awal sudah tidak tertarik menjadi ketua basket memilih menolak dengan dingin begitu guru olahraga kembali menawarinya.
"KENZOOOOOO!" Semua terkejut begitu mendengar teriakan nyaring dari Kenza. Semua murid menatap tak mengerti ke arah Kenza.
"Jangan teriak sayang, nanti tenggorokannya sakit!" Kenzo menghampiri Kenza dengan nampan berisi makanan.
"ORANG B AJA INI TADI MAU DUDUK DIDEKET KENZA, MAU DUDUK DITEMPAT KENZO DUDUK TADI! KENZA NGGAK SUKA." Muka Kenza memerah, tanda jika ia marah dan tidak suka.
Kenzo mengelus dan mencium pipi Kenza lama membuat gadis itu memekik senang.
"Ini juga!" Kenza menyentuh bibirnya dengan jari telunjuknya.
Kenzo terkekeh tapi tetap melakukannya, membuat kedua temannya mengumpat kasar dan Revan yang menggeram tak suka. Tangannya terkepal kuat. "Gue bakal milikin lo, Kenza." Batin Revan bertekad dan melangkah pergi dengan berjuta rencana licik diotaknya.
Namun sebelum itu terjadi, "Putuskan hubungan kerjasama dengan Geraldo Company!"
Langkah Revan terhenti, ia membalik cepat tubuhnya dan menatap tajam pada Kenzo.
"Ini balasan untuk orang yang mendekati milikku!" Kenzo berujar dingin membuat siapapun merinding mendengar ucapannya, tak terkecuali Revan.
Ya, sekejam itulah Kenzo jika hal itu berhubungan dengan Kenza.
"Wahh soto!" Suara Kenza yang begitu imut, membuat Kenzo menoleh cepat dan membelalakkan matanya.
"Sayang, jangan masih pa...nas!"
Terlambat, kuah soto itu sudah masuk kedalam mulut mungil Kenza.
Kenzo panik, ia dengan cepat duduk disamping Kenza.
"Kenzo sakit, lidah Kenza sakit hikss." Pekik Kenza kesakitan.
Kenzo terus menyalahkan dirinya sendiri karena lalai mengawasi pujaan hatinya hingga menjadi seperti ini.
"Ssst, maaf sayang."
"Buka mulutnya, aku mau lihat!" Kenzo meminta dengan lembut.
Masih dengan sesenggukan Kenza membuka mulutnya.
"Keluarin lidahnya sayang."
Kenza kembali menurut, dan kejadian selanjutnya membuat semua siswa yang menonton secara live menjerit kencang.
Kenzo dengan santainya menghisap lidah Kenza yang menjulur kedepan.
"ANJIR!" Brill mengumpat.
"MATA GUE NGGAK SUCI COY!"
"EMAK, BELIIN KENZOO DI SHOPEE!" Jeritan kencang yang berasal dari semua siswa SMA Nusa Jaya yang ada di kantin begitu memekakkan telinga. Mereka iri, tentu saja. Dimana mereka bisa mendapatkan cowok keren seperfect Kenzo. Shopee saja belum tentu punya.
Namun semua itu tentu saja diacuhkan oleh Kenzo yang semakin dalam menghisap lidah gadisnya.
_______
TBC