Kenzo mendrible bola basket, mencoba mengecoh lawan didepannya sebelum melakukan shot dan mencetak poin untuk timnya sekaligus menandakan kemenangan bagi timnya.
"Gila njir, Kenzo keren banget sumpah." Suara cempreng dari sebrang lapangan indoor terdengar memekakkan telinga. Siapapun yang mendengar pasti akan menutup telinganya rapat-rapat.
"Heh itu mulut apa mercon? Kenceng banget." Salah seorang siswa mengomentari tingkah bar-bar ketua cheerleaders. Beruntung, tribun penonton dan tribun tempat cheer bersebrangan, jika tidak bisa dipastikan akan ada adu mulut dan menyebabkan pertandingan basket akan terhenti.
"KENZOO!!" Teriakan imut dari seorang gadis cantik seketika membungkam riuhnya suara penonton yang ada di tribun, bahkan Fara yang berniat memberikan botol minum untuk Kenzo mendadak berhenti.
Bagaikan slow motion, gadis cantik yang memakai tas bergambar kuda poni itu melangkah riang menuju orang yang dia panggil namanya. Langkahnya di iringi tatapan kagum dan penasaran dari semua siswa.
Semua mata menahan napas saat gadis cantik itu memeluk Kenzo, wajah mereka mendadak pias. Mereka kasian akan nasib buruk yang akan diterima gadis tersebut. Kenzo pasti akan dengan kejamnya mendorong gadis tersebut yang sudah dengan berani menyentuhnya.
Namun,
Mata mereka berganti melotot seakan ingin keluar saat Kenzo dengan santainya membalas pelukan tersebut dengan posesif.
"Kenza kangen sama Kenzo," ucap Kenza dalam pelukan Kenzo.
"Aku bau keringet loh, lepas dulu ya." Ujar Kenzo lembut.
Bukannya melepaskan, Kenza memilih mendusel didada Kenzo, "Nggak kenzo nggak bau."
Kenza mendongak tanpa melepas pelukan mereka yang terasa semakin mengerat, "Kenzo belum jawab balik ucapan Kenza."
"Ucapan yang mana sayang?" Tanyanya dengan teduh.
"Ih jangan gitu, yang Kenza ucapin pertama pas tadi peluk Kenzo."
Tidak ingin lagi menggoda gadisnya, Kenzo mendekap tubuh Kenza, bibirnya dia turunkan tepat di telinga Kenza, "Aku juga kangen sama kamu." Balas Kenzo meninggalkan kecupan di telinga Kenza yang merah karena malu.
Kenza menarik diri kala lengan Kenzo mendekapnya erat. "Mau kemana hm?" Bisik Kenzo menghidu aroma bayi yang menguar dari tubuh Kenza.
Kenza melarikan bola matanya, asal tidak menatap Kenzo, "Kenza mau, mau...."
Kenzo mengerutkan dahinya, "Mau apa sayang?"
"Kenzamaubelicoklatyangadadidepan," Kenza menjawab cepat, namun Kenzo bisa mengerti ucapannya dengan jelas. Sudah terlalu sering Kenza seperti ini jika ingin makanan manis darinya.
"Yaudah, nanti pas pulang kita beli!" Kenzo memberi izin.
"Boleh?"
Kenzo mengangguk kemudian mengecup bibir Kenza sekilas, "Kesini sama siapa tadi?"
Semua anak Nusa Jaya yang ada disana menjerit dalam hati, mereka iri pada gadis cantik yang bibirnya dicium Kenzo.
"Sama mamah," Kenzo mengangguk lalu menatap datar teman-teman timnya, "Gue duluan."
Kenzo menarik Kenza menjauh dari lapangan basket, tidak sudi membagi Kenza pada siswa kurang belaian disana. Ingin rasanya Kenzo mencolok mata mereka satu-satu dan untuk alasan itulah Kenzo memilih memasukkan Kenza di sekolah khusus perempuan. Dibalik sifat dingin Kenzo yang sudah diketahui banyak orang, Kenzo juga orang yang posesif.
Setelah mereka pergi, tribun penonton kembali berisik, jika tadi sunyi senyap seperti kuburan, kini ramainya mengalahkan penonton bayaran. Mereka langsung update di wassap Grup Pecinta Kenzo. Kenzo bahkan memiliki fanbase sendiri yang dibuat oleh anak-anak Nusa Jaya. Mereka mendeklarasikan diri sebagai KENZOLOVERS.
Kenzo Alviano Aditama, putra pemilik Sekolah Nusa Jaya, tajir melintir, ganteng, anggota basket, ketua osis, dan tentunya pinter. Siapapun pasti mengantri jadi pacarnya atau yang paling mainstream rela jadi pembokat di rumahnya. Seperfect Kenzo pasti punya kekurangan, Kenzo dikenal dengan mulut tajamnya juga sifat dinginnya yang sudah mendarah daging. Itulah yang membuat para siswa takut untuk mendekatinya. Para Kenzolovers lebih memilih memberi surat di loker dibanding berhadapan langsung dengan Kenzo, yang ada mereka lebih dulu pipis dicelana.
***
"Berita terhot abad ini, Kenzo punya cewek gaesss!!"
"Ceweknya si Kenzo cantik banget."
"Mamahh! Bibir Kenzo udah nggak suci lagi."
"Gila anjir! Website sekolah isinya Kenzo semua."
"Ini sih ngalahin orang yang nggak bisa bikin indomie."
Kenzo memilih acuh dengan komentar dua orang disebelahnya. Farel dan Brill, dua orang yang suka mainin hati wanita namun masih sering ngompol dicelana itu adalah sahabat anak papah Aditama.
"Gue heran, kegantengan gue itu sebelas duabelas sama babang Kenzo, tapi kok gue nggak pernah jadi headline di website sekolah." Brill berujar pede.
"Lo nggak nyadar? Lo gantengnya kalo diliat dari sedotan."
"ANJ...."
"Hehehe, peace bro." Brill mengangkat dua jarinya membentuk tanda damai saat Kenzo menatapnya tajam.
"Kak Brill kenapa?" Kenza bertanya, suaranya begitu imut membuat dua orang manusia tidak tau diri itu jadi gemas. Kenza sudah kenal dua orang teman Kenzo tersebut, mereka sering main di kediaman Aditama.
"Jangan ngomong sama laki-laki lain." Kenzo sedikit menekankan ucapannya.
"Maafin Kenza, Kenzo jangan marah."
Kenzo mengangguk, "Aku maafin, tapi jangan diulang lagi."
"Yailah bro, pececip bener jadi orang." Farel berkomentar.
"Mulut lo mau gue robek?" Kenzo bertanya datar.
"Becanda bos becanda."
Selepas dari lapangan basket Kenzo menarik Kenza meuju kantin, permainan tadi membuat Kenzo menjadi haus dan secara kebetulan dua sahabat kampretnya sudah nongki duluan di kantin.
Sebenarnya Kenzo malas menemui mereka, namun karena dua teman kampretnya terus memanggil namanya layaknya orangutan, Kenzo terpaksa menghampiri dan memutuskan untuk istirahat sebentar sebelum pulang ke rumah.
"Gue cabut!"
Farel dan Brill melambaikan tangan, mereka masih ingin nongki-nongki disana, lumayan untuk cuci mata daripada lumanyun.
***
Kenza duduk disamping kursi kemudi sambil menopang dagu, ia sedang menunggu Kenzo membeli coklat yang letaknya disebrang sekolah. Wajahnya berseri saat Kenzo masuk kedalam mobil dengan menenteng kresek berlogo toko tersebut.
"Coklat Kenza!"Kenza bermaksud merebut coklat ditangan Kenzo namun Kenzo malah menariknya danmencium bibirnya lembut.
TBC