"Oh, iya Amira kenapa kau terbangun? Apa suaraku mengganggu tidur mu?" Tanyanya dengan suara lembut, begitu juga dengan tatapannya yang menyilau penuh kehangatan.
"Pertanyaan macam apa ini? Tentu saja tidak. Aku sengaja bangun untuk sholat malam."
"Kalau begitu ayo ku bantu ke kamar mandi untuk membasuh wajah mu dengan air wudhu." Yang langsung dihadiahi oleh seulas senyum hangat berpadukan kata, terima kasih.
"Ayo!" Sembari melingkarkan sebelah tangannya pada pinggang ramping. Seketika Louis tertegun. Ini bukan mimpi kan? Gumam Louis beriringan dengan ekor mata melirik pada wanita cantik yang kini menyandar pada pundak kekar.
Oh, Tuhan. Tubuh Amira terasa pas ditangan ku. Terasa hangat saat bersentuhan dengan ku. Dan jika aku boleh meminta, ijinkan aku untuk terus memeluknya hingga maut memisahkan. Pinta Louis dalam hati.