Frustasi, itulah yang Louis rasakan ketika ponsel Amira sengaja dimatikan. "Amira sayang, please aktifkan ponsel mu." Ucapnya entah pada siapa karena nyatanya dia sedang sendirian didalam mobil.
Kebohongan besar yang telah dia lakukan pada Amira semakin membelenggu hingga berkali - kali mengusap kasar wajahnya. Tidak mau terus menerus terbelenggu ke dalam rasa sesal, segera dilajukannya mobil dengan kecepatan tinggi.
Ingin rasanya segera sampai di apartement untuk mengguyur tubuh dengan air dingin. Nyatanya, ada hal yang sangat serius yang harus segera di selesaikan. Kini, mobil yang dia kendarai telah membelah pusat kota, menandakan bahwa sebentar lagi akan sampai pada tempat tujuan.
Masalah besar yang membelenggu ke dalam himpitan rasa sesak telah membuatnya bercengkerama dengan luapan emosi hingga hilang fokus.