Chereads / Aku Istri Sah Bukan Istri Simpanan / Chapter 29 - Akui Kamu Rindu Louis!

Chapter 29 - Akui Kamu Rindu Louis!

Saat ini Amira sedang sendirian berteman dengan amarah. Ingin rasanya meluapkan amarahnya tapi, pada siapa? Sementara seseorang yang menjadi peyebab dari kemarahannya inipun tak tahu kalau Amira sedang marah. Yang Louis rasakan justru rasa khawatir akibat ponsel Amira yang tidak dapat dihubungi.

"Amira, Amira, kamu kenapa lagi sih sayang?" Desah lelah Louis entah pada siapa karena nyatanya dia sedang sendirian didalam ruang kerjanya.

Sementara yang Louis pikirkan masih saja bercengkerama dengan emosinya. Tidak mau semakin tenggelam ke dalam lautan amarah yang hanya akan merusak hati dan juga pikiran, langsung Amira putuskan untuk melenggang ke lantai bawah dan tujuan utamanya adalah ruang sholat.

Kini, dia sudah mensucikan diri dengan air wudhu untuk melantunkan ayat - ayat suci al-quran. Dan suara merdunya pun terdengar oleh Yoza hingga memilih untuk berbalik arah dengan mendekati ruangan tersebut. Seketika tatapannya dimanjakan dengan keberadaan putri tercinta yang sedang bercengkerama dengan kesucian.

Tanpa dapat ditahan lagi bibir Yoza menyungging senyum bahagia. Satu hal yang paling dia sukai dari lantunan lembut, selalu terdengar indah hingga menenangkan hati dari himpitan rasa sesak yang sedang membelenggu jiwa.

Bibir kokoh kembali tersenyum sebelum memutuskan ke kamar untuk membersihkan diri sebelum menemui putri tercinta.

"Tuan, tunggu!" Panggil Inem, dan yang dipanggil langsung memutar tubuh sembari mengangkat sebelah alisnya seolah berkata, ada apa?

Inem mendekat. "Inem, cuma mau tanya malam ini Tuan Yoza pengen menu opo biar Inem siapno."

"Tidak perlu, Nem. Saya sudah makan malam dikediaman, Tuan Besar. Siapkan makan malam untuk Amira saja."

"Si Non ora gelem makan. Bilange ora selera lho, Tuan."

"Kalau begitu siapkan menu kesukaan Amira dan bawakan ke kamarnya!" Perintah Yoza sembari melangkahkan kaki menuju kamar kesayangan. Sementara Inem langsung menuju dapur menyiapkan semua menu kesukaan Nona nya.

"Ini sudah malam, Nem. Buat apa masak sebanyak ini?" Tanya Tuti, rekan sesamanya. Inem pun langsung menolehkan wajahnya berpadukan dengan senyum nyengir. "Iki Tuan sing nyuruh, Tut."

"Memangnya ada acara apa?"

"Ora enek acara. Si Non ora selera makan dadi yo kabeh menu kesukaanne aku masak. Mengko ben si Non dewe sing milih."

Tak ayal Tuti langsung memijat kepalanya disuguhi kelakuan si Inem yang menurutnya ga masuk akal. Nem, Nem, kamu itu aneh. Gitu kok ya Tuan Yoza masih mempertahankan kamu kerja disini. Kalau aku yang jadi majikan, sudah aku tendang kamu, Nem.

"Ngopo meneng wae. Ayo rewangi aku." Pinta Inem dengan suara sedikit meninggi.

Namun, belum juga Tuti membantu sudah terhalang oleh panggilan Yoza. Tak ayal Inem pun mendesah lelah. "Yo wes kono ben tak siapno dewe kanggo Nona kesayangan."

"Ya sudah kalau gitu aku tinggal ke kamar Tuan Yoza dulu ya?"

"Iyo, iyo, wes kono ndang."

Saat ini Tuti menuju ke kamar Tuannya. Begitu kamar terbuka terlihat sang Tuan sedang duduk santai disofa panjang berteman dengan layar ponsel. Dan kedatangan Tuti telah membuatnya mengalihkan tatapannya sejenak. "Buatkan saya kopi pahit."

"Baik Tuan, akan Tuti siapkan." Bersamaan dengan itu langsung membungkukkan badan sebelum melenggang dari hadapan Tuannya. Namun, baru beberapa langkah sudah dihentikan oleh suara bariton. Tak ayal Tuti pun langsung memutar tubuhnya sembari membungkukkan badan. "Iya, Tuan. Ada lagi yang Tuan perlukan?"

"Non Amira, sudah selesai belum ngajinya?"

"Belum, Tuan. Tadi, sewaktu Tuti kesini Non Amira masih berada diruang sholat."

"Ya sudah kalau gitu kamu boleh pergi."

"Baik, Tuan. Saya permisi." Yang dijawab dengan deheman.

Kini, setelah kepergian Tuti. Tatapan Yoza kembali fokus pada layar ponsel. Saat ini ia tengah terlibat perbincangan dengan ayah tercinta yaitu Tanzel. Keduanya terlibat ke dalam perbincangan mengenai Louis dan juga cucu kesayangan.

"Untuk hal sebesar ini harus kita bicarakan dulu dengan Amira dan Louis."

"Itu ga perlu, Yoz. Langsung atur saja persiapan pernikahan mereka."

"Tapi, Pa ... "

"Tidak ada tapi - tapian, bantahan, ataupun penolakan. Segera persiapkan semuanya. Papa, mau melihat mereka menikah secepatnya."

Perbincangan yang berujung pada perdebatan terus saja membelenggu keduanya hingga tanpa disadari arah jarum jam menunjukkan pukul sembilan malam. Dihembuskannya nafas berat sembari bergumam. Amira sudah tidur belum ya?

Tidak mau hanya sekedar menebak - nebak dia pun mengarahkan langkah kaki menuju kamar putri tercinta. Dan ketika pintu terbuka sangat dikejutkan dengan keberadaan Inem dan Tuti yang terlihat sedang membereskan hidangan makan malam.

Yoza mendekat. "Dimana, Non Amira?"

"Ada di balkon, Tuan."

"Apa Non Amira sudah makan malam?"

"Belum, Tuan. Non Amira menolak makan malam dan meminta kami untuk membereskan semua hidangan ini."

Yoza pun mendesah lelah dan bersamaan dengan itu meminta kepada para pembantunya untuk menata kembali hidangan tersebut.

"Baik, Tuan." Jawab Tuti berpadukan dengan tatapan nanar pada punggung kekar yang mulai menjauh dari pandangan.

"Tuan kita iki tarah aneh kok, Tut. Wong jelas - jelas si Non ga mau makan kok malah awak'e dewe dikon nyiapne maneh." Kesal Inem.

"Sudahlah Nem, kita ini kan pembantu jadi ya kita lakukan saja apa perintah, Tuan."

"Yo wes ayo tinimbang diseneni. Duh, aku wae wes mari dibentak - bentak ambek, Non. Ogah aku nek sampek diseneni karo, Tuan Yoza. Iso - iso yo kecantikanku luntur."

Haduh, cantik dari mana sih, Nem. Dilihat dari semua sudut tetap aja ga ada cantik - cantiknya. Kesal Tuti.

Melihat Tuti yang tampak mencibir dia pun langsung mendekat ke telinga Tuti berirama dengan suara meninggi. "Kerjo woi."

"Ih, kamu ini apa - apaan sih, Nem. Sakit ini telinga aku."

"Yo, makane iku. Ojo ngelamun terus. Iki lho ndang dikerjakno." Kesal Inem.

"Iya, iya, sabar. Lagian, siapa juga yang melamun."

"Kok ngeles. Wong jelas - jelas ngelamun ngono kok. Awak'e dewe ki dibayar dadi yo kudu semangat nek kerjo. Ojo leha - leha."

"Kamu juga kerja dunk jangan asal main perintah." Bentak Tuti.

Huh, iki yo si Tuti wes koyo majikan ae ngatur - ngatur. Kesal Inem dalam hati dan bersamaan dengan itu menyiapkan hidangan dengan bibir ditekuk.

Setelah semua hidangan tersaji langsung melangkahkan kaki mendekati Tuan dan Nonanya. "Permisi, Tuan."

Yoza langsung menolehkan wajahnya berpadukan dengan sebelah alis terangkat seolah berkata, ada apa?

"Hidangan sampon siap, Tuan."

Amira mengernyit hingga keningnya berkerut. "Hidangan apa?"

"Hidangan makan malam, Amira sayang. Ayo!" Ajak Yoza sembari mengaitkan jemarinya diantara jemari lentik.

"Tapi, Pa. Amira lagi ga selera makan."

"Tidak ada penolakan, Amira." Berpadukan dengan tatapan menajam.

"Tapi, Pa ... "

Yoza menggeram. "Amira, ayo!"

"Papa, Amira lagi ga selera makan."

🍁🍁🍁

Next chapter ...