Chereads / Flakes of destiny / Chapter 5 - 5. Exile City

Chapter 5 - 5. Exile City

Hari sudah mulai gelap, Mio harus bergegas pulang tapi Amira masih belum bisa berdiri karena kakinya terkilir, Mio memutuskan untuk mengantarkan pulang Amira, Rino dan Dino juga mau mengantarkan pulang Amira, kemudian Rino menggendong Amira. mereka berjalan menuju rumah Amira,kata Amira rumah nya lumayan jauh dari pemukiman, rumahnya sedikit masuk ke dalam hutan.

Karena Sudah mulai malam, Amira kemudian untuk menyuruh mereka untuk menginap di rumahnya. Karena saat malam orang jahat banyak berkeliaran di pemukiman.

"Sebenarnya nama tempat ini apa??" Tanya Mio

Amira,Rino, dan Dino menjelaskan tempat ini saat perjalanan ke rumah Amira, nama tempat ini ada Exile City yaitu sebuah kota yg tertutup atau bisa di bilang kota buangan, jaringan internet juga tidak bisa di akses disini dan di tempat ini banyak manusia Abnormal tinggal di kota ini.

"Ha..? Manusia Abnormal" Mio kebingungan

Rino kemudian menjelaskan kalau manusia Abnormal itu adalah manusia yg memiliki kekuatan aneh. Banyak Manusia Abnormal yg menggunakan kekuatannya untuk kejahatan.

Mio baru tahu tentang manusia Abnormal, di Rich City dia tidak pernah mendengar tentang Manusia Abnormal, jarak dari Rich City dengan Exile City sangat jauh, hanya bisa di Akses menggunakan kapal untuk menyeberang dan Exile City biasa juga sebagai tempat pembuangan akhir, banyak kapal pembawah sampah membuang ke Exile City.

Tidak lama kemudian mereka sudah sampai di rumah Amira, rumahnya ada sebuah gubuk tua yg di terangi menggunakan obor api.

"Nenek, Amira pulang" Amira memanggil neneknya

Kemudian pintu gubuk terbuka dan nenek Amira kaget melihat cucunya di gendong, Amira bilang ke neneknya kalau kakinya terkilir. Nenek Amira berterima kasih kepada mereka yg telah membantu mengantarkan pulang.

" Ayo nak masuk ke dalam, sebaiknya kalian menginap malam ini" Nenek Amira menyuruh mereka masuk

Mereka kemudian masuk ke dalam, di dalam tidak ada perabotan sama sekali, penerangan menggunakan lampu minyak dan lilin, dan beralaskan tikar yg sudah sobek sobek.

" Maaf kak, kalau rumah jelek" ucap Amira

Mio tersenyum manis ke pada Amira dan Nenek Amira, Mio tidak mempermasalahkan rumahnya jelek, untuk gadis orang kaya yg hidup di rumah mewah seperti istana dia tidak terlihat mengeluh sama sekali, justru dia terlihat senang saat bertemu orang baru di kenal.

Kemudian mereka makan malam, nenek Amira menghidangkan singkong rebus, Mio pertama kali makan singkong rebus dia terlihat menyukainya, Rino dan Dino juga makan dengan lahap. Sambil makan malam, mereka menanyakan darimana asal Mio, karena mereka blm pernah melihat seperti orang baru di kota ini. Mio kemudian menjelaskan kalau dia berasal dari Rich City dan dia bisa ada kesini karena di bawa penculik dan berhasil melarikan diri. Mereka pun kaget saat mendengar cerita Mio.

"Kamu ini sudah cantik, ramah ,dan murah senyum sekali" nenek Amira memuji Mio

Mio tersipu malu saat nenek Amira memujinya.

"Benar kak, mata biru kakak juga indah sekali" ucap Amira

Semua orang memuji Mio karena kecantikannya dan keramahannya.

Masih di hari yg sama dan di kota yg sama, ada laki laki misterius dan perempuan misterius di atas bangunan tinggi.

" Oh,,,jadi ini kota yg kita selidikinya" ucap laki laki misterius

"Benar, di kota ini kita harus mencari informasi tentang markas organisasi gelap, yg mencoba untuk menggunakan kekuatan manusia Abnormal untuk kejahatan" ucap perempuan misterius

2

orang misterius itu adalah seorang agent rahasia yang bertugas untuk mencari informasi tentang organisasi gelap, mereka di tugaskan di Exile City. Laki laki misterius itu terjadi membawa sebuah payung, dan perempuan misterius membawa tongkat besi.

Pagi pun menjelang, Mio bergegas untuk pulang ke tempat tinggal Alfine. Mio, Rino dan Dino berpamitan dengan Amira dan Nenek. Mereka bertiga berjalan bersama menuju tengah pemukiman.

" Aku duluan dulu ya" Mio melambaikan tangan ke Rino dan Dino

Karena pemukiman masih sepi , Mio berlari dan dia mulai sedikit ingat jalan menuju pulang. Dia akhirnya menemukan jalan hutan menuju kediaman Alfine. Setelah cukup lama berjalan kaki, dia pun sampai. Kemudian dia masuk ke dalam gubuk dan di dalam gubuk ada Alfine, dia terlihat mengantuk dan kelelahan.

" Maaf Alfine kemarin aku..." Saat Mio mau memberi tahu, Alfine menampar wajah Mio

"Bisanya kamu hanya merepotkan orang saja" Alfine terlihat marah dengan Mio

Mio tidak tahu apa salahnya tapi dia meminta maaf ke Alfine, Mio meneteskan air mata sambil memegang pipinya yg di tampar Mio. Alfine terlihat begitu marah karena semalaman mencari cari Mio di pemukiman, Alfine terlihat khawatir dengan Mio ternyata. Alfine terlihat selalu memasang muka sangar.

Alfine memandang Mio, kemudian dia memegang kepala Mio dan kemudian keluar dari gubuk. Mio bingung dengan Alfine, ada masalah apa dengan hidup, dia tidak pernah melihat Alfine tersenyum sama sekali dan terlihat cuek. Mio tidak berani keluar gubuk karena takut dengan Alfine, tidak lama kemudian Alfine membawakan makanan yg baru dia masak.

"Makan!!"  Dengan singkat Alfine menyuruh Mio makan,

Mio kemudian mengusap matanya, saat Mio mau mengajak makan bersama Alfine langsung keluar dari gubuk. Gadis itu berencana ingin membuat Alfine tersenyum dan berjanji tidak akan bandel lagi.

Di luar Alfine terdiam di pinggir sungai, merenung karena merasa bersalah setelah menampar wajah Mio. Alfine tidak bisa mengekspresikan suasana hatinya karena dia memiliki trauma di masa lalu.

----