Setelah makan, Mio mengintip dari pintu gubuk, dia sedang melihat Alfine sedang melakukan apa, Alfine hanya duduk saja di pinggir sungai. Mio memberanikan diri untuk mendekati Alfine
Gadis cantik polos itu pelan pelan mendekati Alfine yang sedang duduk di pinggir sungai.
"Alfine, ini aku kembalikan suntic punya kamu" bicara dengan nada yg kecil
Alfine melihat ke arah Mio dan mengambil suntic tanpa berbicara sedikitpun, Mio bingung topik apa yg cocok untuk bicara dengan Alfine, laki laki itu selalu tidak ada respon saat di ajak bicara.
"Kamu rencananya mau pulang ke kota asalmu kapan??" Tiba tiba Alfine bertanya dengan Mio
Mio belum ada rencana untuk mau pulang, dia masih mau berada di kota ini dan mencoba membuat Alfine tersenyum.
" Masalah itu, aku masih mau ada disini, soal aku ada janji dengan seseorang" janji yg dimaksud Mio ada janji kepada Amira, dia mau menolong Amira berjualan roti.
Mio bilang begitu ke Alfine supaya ada alasan biar tetap ada disini, Dia jarang sekali bisa keluar untuk melihat dunia luar.
" Terserah kau saja" ucap Alfine dengan singkat
Alfine berdiri dan langsung masuk ke dalam ruangan mesin kincir air untuk mengisi daya suntic. Mio akhirnya lega bisa berbicara sedikit dengan Alfine
Masih di hari yang sama, di tengah pemukiman Exile City di penuhi dengan asap putih, yang membuat pandangan menjadi terbatas karena tebalnya asap putih itu. Asap itu berasal dari kemampuan Manusia Abnormal, dia bisa mengubah karbon dioksida yang di keluarkan dari mulut menjadi asap putih, banyak tidaknya asap itu tercipta tergantung dengan kapasitas paru-paru untuk menghirup oksigen
Warga disana mulai panik dan warga yg berjalan kaki saling bertabrakan dengan satu sama lain. Manusia Abnormal yg menciptakan Asap putih namanya Simon , dia ada laki laki remaja, dia mencoba untuk mengambil dompet orang di dalam asap buatan itu. Dia dengan lincah mengambil dompet orang.
Merasa sudah cukup si manusia Abnormal itu pergi dari sana, asap putih itu pun hilang. Warga baru sadar kalau dompet mereka sudah di ambil, tapi warga mengira yg mengambil dompet mereka adalah orang-orang di sekitar mereka.
Tidak lama polisi Exile City datang, kepolisian di Exile City sangat buruk kinerjanya, bahkan saat ada peristiwa kriminal kepolisian disana tidak ada tindakan lanjut untuk penyelidikan.
Tepat tengah hari Mio sudah sampai di tengah pemukiman, dia bingung apa yg sedang terjadi disini, dia melihat ada beberapa polisi di sekitar pemukiman. Mio mau pergi ke rumah Amira dan berharap dia tidak akan tersesat lagi.
" Seperti jalannya kesini deh untuk ke rumah Amira" Mio mengingat- ngingat
Saat di perjalanan, perhatian Mio teralihkan dengan gerobak makanan yg menjual makanan Shushi Jepang, dia sangat suka makan Shushi. Gadis itu pun coba mampir melihat walaupun dia tidak punya uang untuk membeli.
" Selamat siang gadis cantik" sapa menjual shusi itu dengan ramah
Mio tersenyum dan dia bilang kalau dia tidak membeli shushi, hanya melihat saja. Tapi penjual itu memberikan gratis Shushi untuk Mio.
" Tolong cicipi ya, soalnya saya orang baru disini, jadi saya beri gratis untuk pelanggan pertama" ucap penjualan Shushi itu
Mio sangat beruntung bisa dapat Shushi gratis. Selagi makan, si penjual Shushi bertanya ke Mio mengenai kota ini dan bertanya apa yang telah terjadi tadi sampai membuat keributan. Mio menjawabnya kalau dia tidak tahu apa apa tentang kota ini.
" Aku disini juga orang baru juga kok" Mio menjawabnya dengan mulut masih mengunyah Shushi
Si penjual Shushi pun bertanya ke Mio, berasal darimana dia, dan Mio menjawab kalau dia berasal dari Rich City. Si penjual Shushi kaget mendengarnya. Setelah habis Shushi yg di makan Mio, dia berterima kasih dan langsung pamit.
Si penjual Shushi itu bingung, untuk apa orang yg berasal dari Rich City datang ke Exile City.
Mio melanjutkan perjalanannya ke rumah Amira, dan syukur Mio sampai ke rumah Amira tanpa tersesat.
---