Chereads / Keluargaku Bukanlah Keluargaku! / Chapter 4 - Penyakit Kambuh

Chapter 4 - Penyakit Kambuh

Mata Huo Yao seakan menjadi gelap. Beberapa detik kemudian ia melepaskan tangannya dan dengan suara yang dalam berkata, "Jantungnya sakit lagi, Nek?"

Yang Qiuhua tersenyum dan menggenggam pergelangan tangan Huo Yao. Ia yang tampak sekarat pun ingin menenangkan cucunya itu dengan berkata, "Nenek baik-baik saja, hanya penyakit lama yang kebetulan kambuh. Kamu jangan khawatir."

He Xiaoman yang ada di samping juga ikut terkejut saat melihat ibunya tiba-tiba merasakan sakit pada jantungnya. Tidak lama kemudian, ia menyingkirkan tangan Huo Yao dan berkata, "Ibu, penyakitmu kambuh lagi? Apakah sakit? Apa perlu ke rumah sakit sekarang?" 

Huo Yao yang telah tersingkir ke arah samping pun mengerutkan kening. Dengan tenang, ia menatap He Xiaoman dan masuk ke dalam kamarnya.

He Xiaoman sedang mengambil ponselnya untuk memanggil ambulan. Namun saat melihat punggung Huo Yao, ia tersenyum menyindir, "Ibu, kamu lihat ini adalah orang yang kamu didik dari kecil sampai besar. Kondisimu sudah seperti ini, tapi dia malah seperti tidak bermasalah dan kembali ke kamarnya…."

He Xiaoman menggelengkan kepala, menunduk dan mulai menghubungi ambulan.

Tidak lama kemudian, Huo Yao keluar dari kamar dan tangannya mengambil secangkir gelas.

Setelah He Xiaoman menghubungi ambulan, ia membalikkan badan dan melihat Huo Yao sedang memberikan ibunya sesuatu. Sambil mengerutkan kening, ia pun merebut gelas itu dan melihat bahwa di dalam gelas itu bukan air putih biasa. He Xiaoman pun bertanya sambil berteriak, "Apa yang kamu berikan kepada ibuku?"

Huo Yao pun menatap gelas yang direbut oleh He Xiaoman, matanya malah lebih suram dari He Xiaoman. Wajah cantiknya itu langsung tidak berekspresi sama sekali dan sekujur tubuhnya memancarkan hawa yang berbahaya serta dingin.

He Xiaoman yang melihat ekspresi Huo Yao yang mengerikan itu sungguh merasa sangat asing dan ketakutan. Kaki yang mengenakan hak tinggi itu tanpa sadar mundur selangkah. He Xiaoman pun berkata dengan terbata-bata, "Kamu…. Ekspresi wajah apa itu?"

Nada bicara yang digunakan He Xiaoman pun terdengar lebih lemah daripada Huo Yao.

"Xiaoman, kembalikan gelasku. Itu adalah obat yang khusus dibelikan Yaoyao kepadaku." Setelah Yang Qiuhua melepas tangannya dari dadanya, ia berkata sambil menunjuk kearah He Xiaoman.

He Xiaoman yang mendengar perkataan ibunya itu langsung membelalakkan matanya. Ia tidak memberikan gelas itu, malah menuangkan semua air obat sisa dari gelas itu ke lantai. 

Dengan dingin He Xiaoman berkata, "Dia memberikan obat kepadamu? Dia adalah gadis kampung liar, mana mungkin bisa membeli obat? Bukankah bisa saja ini obat sembarangan?"

Yang Qiuhua melihat cairan obat itu berceceran di lantai. Ia dengan cepat menjelaskan, "Yaoyao obat ini…."

He Xiaoman tidak memberikan ibunya kesempatan berbicara sama sekali. Ia langsung memotongnya dengan nada tegas, "Berhenti, Ibu harus istirahat! Sebentar lagi ambulan akan datang. Setelah ke rumah sakit, kita akan memeriksa kondisi tubuhmu. Jangan minum obat sembarangan, nanti malah salah minum obat!"

Sambil menggelengkan kepala, He Xiaoman kembali menatap wajah Huo Yao, "Lalu kamu, jangan sembarangan memberikan obat kepada ibuku. Kalau sampai terjadi masalah, kau pun tidak akan sanggup membayar meski dengan seluruh nyawa keluarga Huo."

"Sekarang, aku masih memiliki sedikit perasaan kekeluargaan semenjak merawatmu. Jadi kamu segera pergi dari sini dan jangan kembali di hadapan kami!" Tambah He Xiaoman

"Xiaoman, kamu jangan banyak berbicara lagi!" Yang Qiuhua sangat marah dan panik. Ia pun memandang Huo Yao, "Yaoyao, ini adalah rumahmu. Kamu jangan mendengar perkataannya, kamu jangan pergi…."

Huo Yao hanya menunduk ke lantai. Untungnya nenek ini sudah minum cukup banyak cairan dari obat itu, ia juga malas mau berbicara dengan ibu angkatnya ini. Huo Yao pun perlahan berlutut kepada neneknya. Dengan tatapan yang jernih menatapnya, ia berkata, "Sebenarnya Anda sudah harus menikmati hidup."

Yang Qiuhua tampak bingung melihat Huo Yao, dalam hatinya tiba-tiba ada kepanikan yang tidak bisa dikatakan. Bibirnya yang tidak berwarna itu pun seketika terlihat semakin pucat dan dengan suara serak bertanya, "Yaoyao, apakah kamu mendengarkan percakapan kami di rumah tadi?"