Mo Nianchen sepertinya tidak mendengar Li Shengxia. Gadis itu mencoba untuk bangun, tapi ia jatuh ke pelukan Mo Nianchen lagi.
Hingga akhirnya bulu mata Mo Nianchen bergerak-gerak ...
Dengan suara keras, Li Shengxia memanggil namanya, "Mo Nianchen? Kau sudah bangun?"
"Berisik!" Kedua alis Mo Nianchen bertautan. Ia membuka kelopak matanya lebar-lebar, seolah-olah bingung karena Li Shengxia yang pertama kali dilihatnya. "Mengapa kau bisa berada di sini?"
Li Shengxia buru-buru menjelaskan, "Ouyang yang meneleponku dan menyuruhku kemari. Dia bilang kau mabuk …"
Saat ini, jarak antara mereka berdua begitu dekat. Suara Mo Nianchen terdengar begitu menawan hati dan mengharukan. Ia bertanya balik, "Kau sendiri?"
"Apa?"
"Kalau begitu, kau sendiri yang ingin datang?" Nada suara Mo Nianchen menjadi lebih lembut dari sebelumnya, membuat siapa saja yang mendengarnya seperti sedang bermimpi.
Li Shengxia tertegun sejenak, seolah berada di dunia lain. Mengapa Mo Nianchen bertanya seperti ini? Apakah ia hendak mempermainkanku?
Li Shengxia tahu bahwa dirinya tak bisa lagi dipermainkan. Ini benar-benar melelahkan sekaligus menyakitkan.
"Saat itu, aku sudah tidur."
Li Shengxia menjawab dengan nada datar dan tidak menjawab pertanyaan Mo Nianchen. Ia tidak mengatakan bahwa ia ingin datang, tapi ia juga tidak mengatakan bahwa ia tidak ingin datang.
Mo Nianchen memiringkan bibirnya seolah mengejek. Apa yang diharapkan Mo Nianchen? Pria itu benar-benar menanyakan pertanyaan bodoh kepada Li Shengxia. Mo Nianchen meremas tubuh Li Shengxia tanpa sadar, nada suaranya terdengar membahayakan, "Apa? Kalau begitu, aku benar-benar sudah mengganggumu."
Li Shengxia menimpali, "Ingat, kau harus mengganti ongkos taksi."
Mo Nianchen yang mendengar jawaban Li Shengxia hampir saja meremas pergelangan tangan gadis itu.
Li Shengxia mengerutkan keningnya karena kesakitan. Ia bertanya sambil mendesah menahan rasa sakit, "Apakah kau bisa melepaskanku?"
Dengan dingin, Mo Nianchen menaikkan kedua sudut bibirnya dan kembali bertanya, "Bukankah kau yang justru tidur tengkurap di atas tubuhku dan tidak ingin bangun?"
Pipi Li Shengxia mendadak memerah karena malu, lalu menjawab, "Tanganmu selalu memegangku. Aku tidak bisa melepaskannya.
"Hehehe." Mo Nianchen tersenyum dingin dan mencibir, lalu membuang tangan Li Shengxia menjauh darinya.
Namun, siapa yang tahu bahwa Li Shengxia menahan gerakannya terlalu lama. Tangannya menjadi kaku, hingga akhirnya ia benar-benar terbaring di atas dada Mo Nianchen saat ia hendak bangun.
Li Shengxia tampak sangat malu saat itu juga.
Dia hanya mendengar suara ejekan Mo Nianchen yang tanpa arti, "Sekarang, kau masih berani mengatakan bahwa kau tidak sengaja?"
Entah bagaimana, Li Shengxia merasa suara Mo Nianchen terdengar begitu gembira.
Wajah Li Shengxia memucat karena menahan rasa sakit dan berkata lirih, "Tanganku mati rasa."
Mo Nianchen juga tidak peduli apa yang dikatakan Li Shengxia, ia menarik gadis itu ke dalam pelukannya dan membopongnya dengan tangannya yang kekar.
Li Shengxia yang terkejut mendapat perlakuan demikian dari Mo Nianchen pun langsung berseru, "Apa yang kau lakukan?"
Namun, Mo Nianchen hanya menjawab singkat dengan suara lantang dan jelas, "Mandi!"
Saat itu juga, Li Shengxia langsung merasa tidak nyaman, lalu berteriak lantang, "Kau yang akan pergi mandi, untuk apa memelukku? Turunkan aku!"
Mo Nianchen tanpa rasa sungkan mengabaikan kata-kata Li Shengxia. Ia terus membopongnya masuk ke dalam kamar mandi. Sambil berjalan, pria itu berkata dengan nada jijik, "Aku tidak suka wanita yang kotor dekat-dekat denganku."
"Seluruh tubuhmu jelas-jelas berbau alkohol!" Li Shengxia memprotes karena tidak puas dengan ucapan Mo Nianchen.
Mo Nianchen meletakkan tubuh Li Shengxia ke dalam bak mandi tanpa mengatakan apa-apa. Kemudian ia menyalakan pemanas air. Ia menyemprotkan air yang hangat dari pipa, dan masuk ke dalam bak mandi bersama Li Shengxia.
Li Shengxia segera melipat tangannya sendiri, tapi tak henti-hentinya memprotes, "Kau …"
"Kita mandi bersama." Mo Nianchen langsung mengutarakan keinginannya tanpa malu-malu, sama sekali tidak memberikan Li Shengxia pilihan.
"Tidak. Tidak perlu …" Li Shengxia ketakutan, ia berdiri dan ingin lari meninggalkan kamar mandi.
Namun, siapa yang menduga bahwa Mo Nianchen menyeret tubuhnya dan kembali ke bak mandi.
Kali ini, wajah Li Shengxia menyentuh jantung Mo Nianchen.
Wajah Li Shengxia langsung memerah seperti kepiting rebus dan memanas.
Tak lama kemudian, Li Shengxia mendengar suara khas Mo Nianchen yang dingin di telinganya ...
"Aku sama sekali tidak ingat bahwa aku pernah memberimu hak untuk mengatakan tidak."
Sekujur tubuh Li Shengxia mendadak menegang mendengarnya.
Li Shengxia terdiam dan terus mendengarkan Mo Nianchen berkata-kata, "Apa kau yang akan melepaskan pakaianmu sendiri ataukah kau ingin aku membantumu?"
Li Shengxia benar-benar gemetar karena terkejut. Akhirnya, ia menjawab singkat, "Biar aku saja."
"Jangan bergerak." Mo Nianchen berkata kepada dirinya sendiri.
Li Shengxia menegang. Mo Nianchen memandikan gadis itu dari kepala hingga ke kaki. Setelah itu, tiba-tiba ia menekan telapak tangan Li Shengxia, "Apakah tanganmu sakit?"
"Tidak …" Jawab Li Shengxia. Ingin sekali ia menarik tangannya dari genggaman Mo Nianchen.
Namun, Mo Nianchen justru menggenggamnya lebih erat. Ia membalikkan tubuh Li Shengxia, meletakkan tangannya di hadapannya, dan memperhatikannya dengan sangat hati-hati. "Terkena pecahan kaca?"
"Ya."
"Mengapa tidak mengatakannya kepadaku?"
"Ini hanya masalah kecil."
"Kau jangan lupa, sekarang kau adalah milikku! Kau tidak punya hak untuk melukai barang-barang milikku!"
Li Shengxia tidak bisa berkata apa-apa lagi.
Setelah mengeringkan tubuh Li Shengxia, Mo Nianchen melepaskan jubah mandi dari tubuh gadis itu dan berkata, "Tunggu aku di sini!"