Ketika Pangeran menyuruh Chi Su menjemput Li Shengxia, asisten pribadi Mo Nianchen itu sangat terkejut, karena majikannya selama ini tidak pernah membawa wanita pulang ke rumah. Majikannya itu berkata bahwa ia akan mengatur kamar untuk Li Shengxia. Pangeran bahkan berkata bahwa Li Shengxia akan tinggal di sini cukup lama ...
Tinggal cukup lama ...
Cukup lama Chi Su membeku saat ia mendengar penuturan dari Mo Nianchen. Apakah maksudnya Li Shengxia akan menjadi nyonya rumah ini?
Saat mendengar pernyataan dari majikannya, Chi Su juga tak berani lagi mengabaikan perintah Mo Nianchen. Sehingga ia bersikap sangat sopan kepada Li Shengxia ...
Ketika mendengar kata-kata Chi Su, Li Shengxia juga terdiam cukup lama.
Mo Nianchen tidak pernah membawa wanita lain untuk pulang dan tidur bersamanya? Apakah karena Mo Nianchen punya OCD? (T/N: Obsessive Compulsive Disorder, suatu bentuk kecemasan yang berlebihan terhadap kebersihan di sekitarnya). Namun, menyuruhnya tinggal seatap … mungkin seperti yang pernah dikatakan Mo Nianchen, untuk berakting dengan sempurna.
"Maaf, saya lupa memperkenalkan diri. Saya Chi Su, asisten pribadi Pangeran. Saya bisa dihubungi 24 jam," kata Chi Su memperkenalkan diri dan berharap meninggalkan kesan yang baik bagi Li Shengxia.
Chi Su? Chi Su … namanya terdengar seperti 'chi su' (vegetarian).
Chi Su, Chi Su. Chisu, chisu (vegetarian). Membaca sutra, Amitabha … Perut Li Shengxia terasa sakit karena berusaha keras menahan tawa.
Li Shengxia menyadari bahwa sikapnya kurang sopan, dan buru-buru berkata, "Namamu sangat istimewa."
"Ibuku suka mengkonsumsi makanan vegetarian, jadi ia memberiku nama seperti itu."
"Rupanya begitu." Li Shengxia tersenyum ringan. Entah mengapa, Li Shengxia merasa Chi Su tak lagi menakutkan baginya. Selain itu, sepertinya ia tidak terlalu gugup lagi.
Mobil berhenti di sebuah apartemen keluarga, lalu masuk ke tempat parkir pribadi. Li Shengxia melihat beberapa bunga ditanam di sebidang tanah yang besar dan luas, yang terlihat seperti kastil Eropa di abad pertengahan, tampak bagaikan mimpi.
Ternyata rumah Mo Nianchen telah berubah menjadi begitu besar … kedua keluarga ini begitu mirip saat keduanya masih kecil karena Mo Nianchen tinggal di sebelahnya. Saat ini, rumah Li Shengxia hanya sekecil itu, tapi rumah Mo Nianchen … telah menjadi begitu besar seperti kastil.
Li Shengxia mendadak tersentak, mencoba mencari alasan untuk menghindar, "Apakah kakek ada di rumah?"
"Maksud Anda, kakek yang itu?" Tanya Chi Su. "Beliau masih berada di luar negeri dan bisa kembali kapan saja."
Ternyata kakek Mo Nianchen tidak selalu berada di rumah. Jadi, apakah biasanya Mo Nianchen selalu tinggal di rumah sebesar itu sendirian?
"Silakan, Putri …"
Li Shengxia hanya bisa menggigit bibirnya dan berjalan maju.
Chi Su membawanya naik melalui tangga spiral ke aula.
Saat Chi Su berhenti di depan pintu kamar, Li Shengxia begitu tegang dan menahan napas ...
"Putri, ini adalah kamar Anda. Di dalamnya sudah berisi semua kebutuhan Anda sehari-hari. Jika ada sesuatu yang Anda dibutuhkan, Anda dapat menekan bel pelayanan kamar kapan saja. Nanti akan ada pelayan yang datang dan membantu Anda menangani masalah Anda."
Chi Su berkata demikian dan membuka pintu kamar ...
Li Shengxia menjulurkan kepalanya dan melihat ke dalam, kamar itu sangat luas dan cantik, serta tidak ada orang lain selain dirinya. Li Shengxia diam-diam menarik napas lega. Ternyata ini bukan kamar Mo Nianchen. Baguslah ...
Pangeran selalu berhubungan dengannya setiap hari. Mana mungkin ada hasrat untuk tinggal sekamar dengannya. Tarik napas … buang napas, buang napas ...
Kemudian, ia mendengar Chi Su berkata, "Pintu di sebelah adalah kamar khusus Pangeran. Kecuali jika Pangeran memanggil Anda, harap jangan ganggu Pangeran, terlebih jika Anda tidak ada urusan. Pangeran tidak suka ada orang yang masuk ke kamarnya dan memindahkan barang-barangnya. Saya harap Anda bisa mengerti."
"Aku mengerti." Li Shengxia segera menanggapi.
Tak kuduga ia tinggal di kamar sebelah. Li Shengxia tak tahu bagaimana ia menggambarkan perasaannya untuk sementara.
Saat merasa bahwa ia tidak tinggal sekamar dengan Mo Nianchen, Li Shengxia merasa aman. Setidaknya, ia tidak selalu dimonitor selama 24 jam. Namun, di saat yang sama, Li Shengxia merasa bahwa Mo Nianchen bisa masuk ke kamarnya kapan saja. Ini tidak aman ...
Setelah Chi Su pergi meninggalkannya, Li Shengxia segera mengunci pintu.
Meskipun begitu, Li Shengxia masih merasa tidak nyaman.
Bagaimana jika Mo Nianchen tiba-tiba masuk tengah malam? Li Shengxia mengunci jendela lagi. Kemudian, ia memikirkannya lagi. Bagaimana jika terkunci? Ini adalah rumah Mo Nianchen. Meskipun kunci pintu diubah, ia juga masih punya cara untuk membuka pintu.
Itu tak ada hubungannya apakah Li Shengxia setuju atau tidak, dan Mo Nianchen tidak akan pernah memberinya waktu untuk bersiap.
Saat memikirkan hal ini, Li Shengxia lagi-lagi merasa gelisah. Ia lebih suka Mo Nianchen berada di kamarnya, dan tidak berharap pria itu berada di sini sekarang, karena ia pasti sangat gugup.
Sepanjang malam, Li Shengxia tak tahu berapa kali ia terbangun.
Namun, matahari sudah bersinar, Mo Nianchen masih juga belum muncul ...
Sepertinya ia terlalu banyak berpikir! Mungkin Mo Nianchen akan memanggilnya saat pria itu membutuhkannya. Ini akan jauh lebih baik karena Li Shengxia akan punya lebih banyak ruang privasi.
Li Shengxia menyadari bahwa hari sudah beranjak siang, ia buru-buru bangun dan membersihkan diri.
Seseorang sudah menyiapkan sarapan untuknya. Ini membuat Li Shengxia yang selalu melakukan semuanya sendirian menjadi tidak nyaman. Namun, tidak ada orang berani memintanya untuk membantu. Ia juga tidak punya pilihan selain 'menikmati' hasil kerja mereka.
Namun, ini adalah rumah Mo Nianchen, tapi ia malah tidak melihat Mo Nianchen sepanjang hari. Ini membuat Li Shengxia tidak nyaman ...
Setelah sekian lama waktu berlalu, akhirnya Li Shengxia tidak sabar menahan rasa penasarannya dan bertanya kepada salah satu pembantu, "Di mana Pangeran?"
"Begini Putri, keberadaan Pangeran bukanlah sesuatu yang biasa kami bicarakan."
Bahkan, tak mungkin melaporkannya ...
Li Shengxia tersenyum canggung, "Itu memang yang dikatakannya."
Li Shengxia melahap sarapannya dengan tergesa-gesa. Tak peduli apakah Mo Nianchen masih tidur ataukah sudah keluar, atau tidak tidur di kamarnya semalam, Li Shengxia ingin meninggalkan rumah ini dan pergi ke kantor.
Namun, siapa yang tahu, pada saat itu, Mo Nianchen turun ...
Apakah dia ada di lantai atas? Bukankah ia ada di kamar sebelah semalam? Jantung Li Shengxia berdebar-debar, ingin sekali ia melarikan diri.
Tanpa diduga, saat Li Shengxia hendak bangkit dan pergi, Mo Nianchen berseru dengan suara tegas, "Duduklah!"
"Aku sudah selesai makan," jawab Li Shengxia.
Mo Nianchen segera memerintahkan salah satu pelayannya, "Pergilah, bawakan dia satu lagi!"
Li Shengxia tak bisa berkata apa-apa mendengarnya. "Tidak … tidak perlu. Aku tidak bisa makan sebanyak itu. Di sini masih ada. Aku makan sedikit saja."
Li Shengxia harus duduk menemani Mo Nianchen makan dengan patuh.
Tangan Mo Nianchen terbungkus perban, ia beberapa kali menggunakan pisau dan garpunya, tapi ia tidak makan apa-apa. Ekspresi wajahnya tampak begitu dingin ...
Li Shengxia diam-diam menatapnya.
Mo Nianchen berkata dengan nada dingin, "Lihat apa kau? Datanglah dan suapi aku."
"Tapi, aku belum selesai makan."
"Bukankah kau baru saja bilang kalau kau sudah kenyang?"
Li Shengxia tak bisa berkata apa-apa melihat tangan Mo Nianchen yang diperban, "Bagaimana tanganmu bisa terluka?"
Li Shengxia ingat bahwa kemarin Mo Nianchen telah membalut lukanya dengan baik. Akhirnya, hari ini lukanya sembuh. Tapi luka Mo Nianchen saat ini terlihat lebih parah dari lukanya. Mungkinkah luka bisa dipindahkan?
Mo Nianchen memecahkan kaca mobil semalam hingga retak, lukanya belum sembuh sekarang dan ekspresinya sangat muram. Ia membentak, memperingatkan Li Shengxia, "Saat makan tidak boleh bicara!"
Li Shengxia hanya bisa patuh dan menutup mulutnya.
"Apa yang kau lakukan? Kau sudah mengambil uangku, tinggal di rumahku, masih juga tidak ingin melakukan apa-apa? Kemarilah dan suapi aku!!"
Suara Mo Nianchen terdengar sangat keras dan sombong.
Para pelayan yang berbaris di belakang mereka berdua begitu terkejut mendengarnya.
Pelayan yang pertama langsung memandang Mo Nianchen dengan genit. Pangeran begitu tampan! Bahkan, memberi perintah pun begitu seksi.
Pelayan yang kedua begitu senang hingga rasanya terbang ke langit ketujuh. Duh, betapa bahagianya Putri.
Pelayan yang ketiga mulai berkhayal. Alangkah senangnya jika yang menyuapi Pangeran adalah aku.