Chereads / The Strange Feeling / Chapter 5 - Ch 4. Aurel membenci Nara

Chapter 5 - Ch 4. Aurel membenci Nara

Setelah diabaikan begitu saja sama Bastian. Aurel selalu menatap Nara penuh kebencian.

Aurel menemukan Nara di Perpustakaan sedang belajar bersama Alya. Aurel tersenyum miring. Ia mengambil beberapa buku dan duduk di depan mereka. Mereka tidak memperhatikan siapa yang duduk di depannya karena terlalu fokus belajar.

Aurel terus menatap Nara. Semakin dilihat Aurel semakin tidak mengerti apa yang menarik dari diri Nara. Aurel jelas lebih cantik, tubuh Aurel lebih tinggi dibandingkan Nara, warna kulit lebih cerah Aurel.

"Aneh ini sangat aneh! Gue ngga bisa kalah gitu aja sama anak kampung ini," gerutu Aurel dalam hati dengan tatapan mengintimidasi.

Nara merasa ada yang memperhatikan, mengangkat kepalanya dan melihat Aurel.

"Nih cewek kenapa?" batin Nara.

Aurel tersenyum pada Nara. Ia memberikan selembar kertas pada Nara, lalu pergi begitu saja. Nara mengambil kertas dilanjutkan membacanya.

'Ngga usah kegatelan deh jadi cewek! Jelas-jelas gue lebih unggul segalanya dari lo hahaha ... teruslah belajar karena sampai kapanpun lo ngga akan bisa ngalahin gue'

"Cewek gila!" gerutu Nara.

"Ya sekarang kita liat dulu saja," batin Aurel keluar perpustakaan.

Alya yang berada di samping Nara hanya diam.

***

Setelah Nara dipusingkan oleh Bastian, kali ini Nara dipusingkan oleh Aurel. Setiap kali Aurel berpapasan dengan Nara, ia menatap Nara dengan sinis bahkan Nara dapat merasakan aura kebenciannya.

Nara menghela napasnya seraya bergumam, "belum juga 3 bulan gue kuliah udah dipusingkan sama dua orang sekaligus."

"Hah apa Ra?" sahut Nathan yang sedang menyantap makan siangnya, mie ayam.

Nara tidak mendengarnya, ia terlalu sibuk dengan pikirannya sendiri.

"Nih orang ngga kesambetkan?" gumam Nathan sambil menjitak Nara.

Tak!

Nara langsung mengusap kepalanya diikuti tatapan tajam ke arah Nathan. Nathan dibuat merinding.

"Sorry sorry gue ngga maksud," ucap Nathan bermaksud meredakan amarahnya, namun gagal. Nara semakin menunjukkan amarahnya.

"Ra ampun Ra ... serius gue ngga ada maksud, gue cuma ngga mau lo kesambet gara-gara bengong. Lagian mikirin apaan sih? Tumben banget seorang Nara mikir keras," ucapan Nathan berhasil membuat kepalanya ikut merasa sakit bahkan lebih.

Tak!

"Coba kalau ngomong disaring dulu," omel Nara sesudah menjitak Nathan.

Nathan diam, ia tidak ingin membuat Nara lebih marah. Lalu Nathan melanjutkan makan sembari menahan rasa sakitnya.

***

Nara kembali ke dalam kelas, ia duduk di depan guna menghindari Aurel yang sering kali duduk di belakang bersama Bastian. Alya yang baru datang, langsung duduk di bangku sebelah Nara. Mereka berbincang-bincang seperti biasa.

Dari kejauhan Bastian memperhatikan Nara. Ia berpikir, "kok bisa sih cewek macem lo menolak pesona gue?"

Selain Bastian, ada Aurel yang memperhatikan Nara. Aurel melirik Bastian, ia tahu betul kemana arah pandang Bastian. Hal inilah yang meyakini Aurel kalau membenci Nara merupakan pilihan yang tepat.

10 menit kemudian, Dosen masuk dan memaparkan materi. Awalnya semua berjalan lancar sampai Dosen mengajukan tugas berkelompok yang sudah ditentukan olehnya. Sialnya Nara 1 kelompok dengan Aurel.

"Ck, sial!" umpat Nara dalam hati.

Kelompok Nara memutuskan untuk berdiskusi di Perpustakaan. Disana mereka membagi tugas dan sialnya lagi Aurel yang membuat power point untuk presentasi. Nara berharap semua berjalan lancar.

"Gue tunggu paling lama besok jam 9 malam ya," ucap Aurel sebagai penutup diskusi.

"Ok!" jawab 2 orang dalam kelompok serempak.

"Kalau gitu gue dulun ya," ucapku berdiri meninggalkan mereka.

Ditengah perjalanan aku baru mengingat, kalau aku tidak bisa mengirim tugas kelompok karena tidak memiliki kontak Aurel.

"Oh shit!" umpatku berbalik arah menemui Aurel.

Nara semakin dibuat jengkel ketika tidak mendapati Aurel di Perpustakaan. Meskipun jengkel Nara tetap mencari Aurel. Nara sudah mencari di Kantin, di Kelas, di bangku dekat tangga tidak ada. Terakhir ia mencarinya di Lapangan, untung saja Aurel ada sedang tertawa bersama gengnya. Tanpa pikir panjang Nara menghampiri Aurel.

"Aurel, gue minta no lo," ujar Nara begitu sampai seraya menyerahkan ponselnya.

Aurel memandang ponsel beserta Nara bergantian dengan wajahnya yang terlihat jelas enggan memberikan nomornya.

Nara memutar bola matanya jengah, "buat tugas, kalau ngga juga ogah gue minta," tegas Nara.

Aurel menaikan sebelah alisnya, "hmm, oh ya udah," Aurel mengambil ponsel Nara dengan kasar, lalu memberikan nomornya.

Setelahnya ia memberikan kembali ponsel Nara. Nara mengambilnya dan langsung berbalik meninggalkan kesan tidak menyenangkan untuk gengnya Aurel.

"Dih sombong banget, makasih makasih kek!" celetuk Rhea, geng Aurel.

"Udahlah biarin aja, kalau dia berulah lagi baru kita kasih kejutan hahaha," sahut Melly.

"Lho bukannya dia udah berani-beraninya deketin Bastian? Bastian doi lo, kan Rel?" sambung Fay.

"Iya, tapi kalian tenang aja. Gue bakal kasih dia pelajaran," ucap Aurel.

"Bagus!" puji Fay.

"Awas!" teriak salah seorang laki-laki memperingatkan bola basket yang melambung ke arah Nara.

Dengan sigap Nara mundur menghindari lemparan bola tersebut. Nara melirik sekilas ke arah bola dan seorang laki-laki yang lari ke arahnya, lalu berjalan seolah tidak terjadi apa-apa.

"Wow," puji Raka, laki-laki yang berlari.

Bastian menyaksikan itu semua, kini ia dibuat kagum oleh Nara. Ia pikir Nara akan terkena bola lalu pingsan seperti sinetron yang sempat ia tonton dulu. Memang sinetron hanyalah sinetron.

***

Saat ini Nara sedang berjalan ke depan jalan raya untuk menaiki angkot sambil mendengarkan musik menggunakan earphone.

Drrtt ... drttt ...

Nathan is calling ...

Nara langsung mengangkat panggilan tersebut.

"Hallo ..." ucap Nara saat mengangkatnya.

"Lo dimana? Pulang bareng ngga?" ucap Nathan di tempat parkir motor.

"Ngga Nat, gue lagi pengen pulang sendiri."

"Kenapa lo? Bete?"

"Ya gitulah ... udah ya, gue mau naik angkot."

"Eh tung—"

Pip pip ...

"Haahh ... dasar anak yang satu ini," keluh Nathan saat Nara menutup panggilannya secara sepihak.

Nara memasukan kembali ponsel ke dalam tas, ia sangat menikmati musik yang didengarnya. Setelah sampai di pinggir jalan raya, Nara langsung menaiki angkot yang telah dihentikan terlebih dahulu.

Hari ini sangat melelahkan bagi Nara.

***

Di satu sisi.

"Gila bro, baru kali ini gue lewat cewek santai ngeliat bola ke arahnya. Biasanya teriak sambil nutupin muka bukan ngehindar kaya tuh cewek," komentar Raka kepada Bastian saat kembali ke lapangan dengan bola basket di tangannya.

"Gue aja kaget bro sekaligus kagum. Jadi makin tertarik," sahut Bastian.

"Tertarik? Jangan bilang itu cewek yang lo maksud?"

"Yoi."

"Mantap banget bro! Jarang cewek kaya dia, tapi lo yakin bisa dapetin tuh cewek?"

"Lo kira gue siapa? Bastian Keenan Valentino yang selalu mendapatkan apa yang diingikan termasuk cewek," kata Bastian dengan bangga.

"Hahaha ... tapi bro kalau lo ngga berhasil buat gue ya," ucap Raka seenaknya.

Bastian mengabaikan ucapan Raka.

***